Our Love Meeting [End]

By febystory

10.3K 5.1K 431

Bercerita tentang perempuan polos yang di jodohkan dengan ketua geng motor oleh kedua orang tua mereka karena... More

Prolog
[1]-Menikah
[2]-Buatin Susu
[3]-Sekolah
[4]-Suapin
[5]-Bolos
[6]-Mancing
[7]-Unboxing Kado
[8]-Pelecehan
[9]-Mati Lampu
[10]-Anak Ayam
[11]-Pingsan
[12]-Rumah Bunda
[13]-Markas
[14]-Balapan
[15]-Mimisan
[16]-Overthinking
[17]-Taman
[18]-Ulang Tahun
[19]-Bertemu Vegas
[21]-Rumah Hantu
[22]-Mati Lampu²
[23]-Kecebur
[24]-Lomba
[25]-Di Culik
[26]-Trauma
[27]-Kesempatan Kedua
[28]-Nginap Di RS
[29]-Kedatangan Seseorang
[30]-Sidang
[31]-Hamil
[32]-Kenyataan Pahit
[33]-Petak Umpet
[34]-Ngidam
[35]-Rujak
[36]-Nobar
[37]-Susu Ibu Hamil
[38]-Ulangan Susulan
[39]-Bully
[40]-Melahirkan
[41]-Ending
Epilog

[20]-Cincin

137 87 13
By febystory

Rio menolak tawaran penjaga kasir tersebut dengan halus."tidak, terimakasih."

Kartu ATM Rio di kembalikan oleh penjaga kasir tersebut. Setelah itu ia membawa barang belanjaannya di bantu oleh yang lain.

Mereka berjalan keluar mall dan berjalan menuju parkiran motor.

Rio melirik jam tanganya."setengah jam lagi istirahat kedua... Lo pada mau balik ke sekolah atau seharian ini kita full bolos? " tanya Rio.

"Gue sih pengennya full bolos." sahut Putra di angguki oleh yang lain.

Rio mengangguk pelan."okay, tapi kita singgah di rumah gue dulu buat letak ni barang belanjaan. Besok kita numpang letak di bus aja." usul Rio di setujui oleh mereka.

Mereka menaiki motor masing masing dengan kantong plastik besar yang mereka bawak.

Motor mereka melaju melewati jalan raya menuju rumah Rio yang lumayan jauh dari tempat mereka berbelanja.

Setelah menempuh waktu 30 menit akhirnya mereka sampai di rumah Rio dan Seva.

Seva turun dari motornya dan membawa barang belanjaan mereka di bantu oleh Rio ke dalam rumah.

Yang lain masih di atas motor dengan alasan malas untuk turun.

Setelah meletak barang barang itu di dalam rumah mereka kembali melanjutkan perjalanan mereka menuju markas horvios.

Sesampai di markas horvios Rio dan yang lain berjalan memasuki markas dan duduk di atas sofa.

Rio menyenderkan badanya di sofa sembari merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku.

Seva sendiri duduk di sebelah Rio sembari meminum susu kotak.

Di markas tidak ada orang lain selain mereka. karena anggota horvios yang lain masih berada di sekolah, lagi pula mereka tidak ada membuat janji ngumpul tadi.

Teman teman Rio duduk di sofa yang tersedia di sana.

"Seva, gue mau nanya sama lo. Tadi lo ada ngomong sama seseorang? " tanya Putra mendadak membuat seluruh atensi langsung tertuju pada Seva.

Mendengar pertanyaan itu Seva langsung gelagapan. Ia menatap Rio sejenak lalu mengangguk.

"i-iya kak."

Kening Rio berkerut mendengarnya, ia memposisikan tubuhnya untuk duduk menghadap Seva."sama siapa lo ngomong? " tanya Rio.

Seva menelan slivanya dengan susah payah."aku tadi ketemu kak Vegas..." cicit Seva.

Putra menepuk meja lalu berdiri."gue tau siapa Vegas yang dia maksud."

Mereka semua menatap Putra bingung pasalnya pemuda itu sangat jarang bersikap seperti ini.

Rio mengerutkan keningnya sembari mengingat ngingat siapa orang yang bernama Vegas.

Putra menatap Seva dalam."Vegas yang lo temui tadi itu pakai jaket hitam dengan gambar ular? " Seva mengangguk membuat Putra semakin yakin bahwa itu orang yang sama.

"Fix! Lo semua enggak nyadar? Dia udah bicarakan Vegas berkali kali sama kita tapi kalian tetap gak nyadar? " mereka menatap Putra heran. Mereka seperti tak asing dengan Vegas namun mereka tak ingat dengan orang yang bernama Vegas itu.

Putra berdecak."ck... Lo pada serius gak ingat Vegas?! Vegas Putra Damian. Dia wakil ketua Vezero sekaligus sahabatnya Theo! " mereka langsung teringat dengan Vegas.

Sosok Vegas memang jarang sekali berurusan dengan mereka. bahkan, mereka sangat jarang bertemu dengan sosok itu.

Rio menatap Seva tajam."lo gak ingat apa yang pernah gue bilang? Gue pernah peringati lo buat jangan dekat dekat sama anggota Vezero terutama anggota inti! Tapi kenapa lo gak ngerti juga Seva! " Seva menundukkan kepalanya.

"Aku gak tau kak, aku gak tau kalo kak Vegas anggota Vezero." lirih Seva membuat Rio mengusap wajahnya frustasi.

Shaka menjentikkan jarinya."gue ingat, dia memang jarang ketemu sama kita soalnya yang gue tau itu dia sekolah di luar negeri. Mungkin sekarang ini dia balik lagi kesini."

"Seva... Gue peringatkan sama lo buat jangan dekat dekat sama orang asing paham? Gue gak mau lihat lo dekat dekat lagi dengan Vegas atau siapapun itu." tegas Rio.

"Tapi kak Vegas itu baik! Dia udah kayak kakak aku sendiri kak! " bantah Seva membuat Rio kaget karena Seva tak pernah membantahnya sekalipun selama ini.

Rio memegang kedua pundak Seva. Ia menatap Seva dalam."dia gak sebaik yang lo pikirkan Seva, dia jahat dan dia licik. Dia sama jahatnya kayak Theo, gue gak mau lo kenapa napa. Lebih baik lo turuti gue! " sentak Rio.

Seva menyentak tangan Rio membuat Rio tersentak kaget."kak Rio kenapa selalu larang aku?! " protes Seva

"KARENA GUE SAYANG SAMA LO! GUE GAK MAU LO KENAPA NAPA SEVA! " bentak Rio membuat Seva kaget. Selama ia hidup baru sekali ini ia di bentak oleh seseorang.

Mata Seva berkaca kaca membuat Rio merasa bersalah. Pemuda itu memeluk tubuh Seva.

"M-maafkan gue, gue gak sengaja ngebentak lo... Gue gak mau kehilangan lo Sev, gue mohon turuti gue sampai masalah ini selesai." lirih Rio. Seva menggelengkan kepalanya.

"Kak Vegas gak sejahat itu kak." bisik Seva.

Mereka yang menyaksikan hal itu bingung harus melakukan apa, mereka tak ingin ikut campur jika masalahnya seperti ini.

"Seterah lo mau percaya sama gue atau enggak, sekarang anggap aja kalo Vegas itu baik... Tapi gue minta lo jangan dekat dekat sama dia." mohon Rio membuat Seva menatapnya dalam.

"Kenapa? "

"Karena gue cemburu lo dekat sama orang lain Sev." ungkap Rio apa adanya. Selain cemburu ia juga takut kalo Vegas merebut Seva darinya.

Seva membalas pelukan Rio."k-kalo itu, aku gak bakal dekat dekat sama dia kak." bisik Seva membuat Rio tersenyum tipis.

"Jangan tinggalin gue." lirih Rio membuat teman temanya dapat merasakan seperti apa takutnya Rio kehilangan sosok Seva

Pelukan keduanya terleps, Rio mengusap air mata yang jatuh di pipi Seva."don't cry babe..." Seva mengusap matanya.

Rio mengecup pipi Seva membuat teman temanya semakin frustasi pasalnya kedua sejoli itu tidak kenal tempat jika ingin bermesraan.

Handphone Seva berdering membuat kening Rio berkerut. Seva yang melihat itu cepat cepat menyembunyikan handphonenya namun ia kalah cepat dari Rio.

Rio mengambil handphone itu, ia menatap nyalang nomor yang menelpon Seva.

Ia mengangkat panggilan telepon tersebut.

"Akhirnya lo angkat juga."

"Siapa lo! " tanya Rio the point.

Orang di sebrang sana tertawa remeh. "Ternyata suami tercintanya yang ngangkat... Gue cuman pengen beritahu, bersenang senang aja malam ni... Karena besok, hidup lo bakal hancur."

Tutt
Panggilan di matikan membuat Rio berdecak kesal."ck, Theo bangsat." makinya.

Seva menelan slivanya dengan susah payah saat Rio menatapnya dalam."lo selalu angkat telepon dari dia? " Seva menggelengkan kepalanya.

"Aku gak pernah angkat kak, kalo dia nelpon aku selalu matikan teleponya."

"Bro, kayaknya Theo udah kelewat batas..." sahut Satria di setujui oleh teman teman Rio yang lain.

Rio menghela nafasnya."gue setuju sama kalian, besok di tempat camping gue bakal beri dia pelajaran." kata Rio.

"Lo tenang aja, kalo dia main keroyok kita semua bakal bantu lo." kata Kafka.

"Iya, gue rasa dia ngincar Seva bos... Lo harus lebih merhatiin Seva, dia bisa aja berbuat nekat." Rio mengangguk.

"Gue setuju sama Shaka... Kami semua juga bakal bantuin lo buat jaga Seva." Mereka mengangguk setuju.

"Thank's buat bantuanya, gue benar benar gak tau lagi harus kayak gimana kalo gak ada kalian." ujar Rio.

Arkan berdecak malas mendengarnya."yaelah, lo santai aja kali."

Seva mengigit bibir bawahnya dengan perasaan gelisah."kak Rio, mimpi aku semalam gak bakal jadi kenyataan kan? "

Tatapan Rio berubah senduh. Dengan perasaan ragu ia menggelengkan kepalanya."gak mungkin terjadi, itu cuman mimpi." gumam Rio.

Shaka bangkit dari duduknya. Ia mencari sebuah barang di dalam laci, setelah menemukannya ia langsung memberinya pada Seva.

Seva mengerutkan keningnya saat Shaka memberinya sebuah kalung dan cincin.

"Itu kalung ada GPSnya, jadi kemana lo pergi gue bisa ngelacak keberadaan lo,"

"Terus di cincin ini ada tombol," shaka menekan tombol di cincin itu membuat mereka terkejut saat cincin itu mengeluarkan benda berbentuk pisau yang berukuran kecil.

"Yang kecil ini pisau, kalo ada yang jahatin lo, lo bisa nekan tombol ini dan ngeluarin pisaunya untuk ngelukai orang yang jahatin lo."

Seva menatap benda benda itu kagum, bukan hanya Seva saja. Arkan, Kafka dan Satria juga ikut kagum melihatnya.

"Sekarang lo pakai semuanya, lo harus terus makai semua barang ini sampai masalah horvios sama Vezero selesai paham? " Seva mengangguk paham. Ia memakai semua barang pemberian Shaka.

Kening Rio berkerut melihatnya."dari mana lo dapat barang-barang kayak gini? " tanya Rio membuat Shaka menyengir kuda.

"Yang cincin itu gue beli online. Sementara yang kalung gue buat sendiri."

"ANJING?! BUAT SENDIRI! KOK BISA? " tanya Arkan dengan wajah kaget membuat Satria mendorong bahunya karena suara cempreng Arkan membuat telinganya sakit.

Shaka kembali duduk di sofa."gue gak buat sendiri, gue buatnya sama abang gue yang kuliah di luar negeri. Dia juga punya geng motor kayak kita, tapi di luar negeri." jelas Shaka membuat mereka ber oh ria.

Kening Seva berkerut, ia melihat cincin itu dengan seksama."kak? Kakak serius ada yang jual barang kayak gini di toko online? "

Shaka mengangguk."harganya juga lumayan mehong, dan juga banyak peraturanya. Contohnya harus di gunakan dengan bijak, kalo lo gunakanya untuk sebuah kejahatan kriminal lo bakal di penjara." kata Shaka membuat Seva bergidik ngeri.

"Kak, kalo aku mau makan terus aku lupa buat masukin pisaunya gimana? Bisa bisa robek bibir ku."

Shaka memutar bola matanya malas."ya lo mastikan dulu lah! Gimana sih." Seva menyengir kuda.

"Thanks ya, kalo masalahnya udah selesai barang barangnya bakal gue kembalikan." ucap Rio membuat Shaka berdecak malas.

"Ck, lo kayak lagi sama siapa aja... Ini juga demi kepentingan Seva! Seva itu udah gue anggap kayak adik gue sendiri jadi gak apa dong. Kalo dia mau bisa aja barang itu gue kasih buat dia." ujar Shaka membuat Arkan menatapnya heran.

"Lo? Lo jangan bercanda. Lo gak lagi demam kan? Tumben banget lo gak pelit. Biasanya bagi kripik aja lo gak mau." sindir Kafka membuat Shaka mengidikan bahunya.

"Karena gue sayang sama Seva mungkin? " sontak Rio menatapnya tajam membuat Shaka menggelengkan kepalanya cepat.

"B-bukan sayang cinta! Tapi sayang sebagai adik gitu, lo paham lah! Mana mungkin gue cinta sama bini orang." jelas Shaka karena tatapan Rio saat ini seakan ingin membunuhnya sekarang.

Putra yang duduk di sebelah Shaka berdecak malas."kebiasaan banget dah lo, makanya kalo ngomong jangan blak-blakan. Untung lo gak langsung di cincang sama dia." cetus Putra membuat Shaka menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Tok tok tok
"Pizza." mereka semua menatap satu sama lain lalu pandangan mereka tertuju pada Arkan yang tampak tersenyum cengir.

Pemuda itu lari menuju pintu lalu mengambil pesanan pizza pesanannya.

Ia kembali dengan empat kotak pizza. Hal itu membuat Rio menggurut batang hidungnya. Ia tak mengeti lagi dengan Arkan.

Di saat yang lain berdiskusi bagaimana cara untuk melawan Theo, ia malah memesan makanan.

"Gilak lo emang, bisa bisanya pesan pizza. Gak penuh tuh perut? " cibir Kafka.

Arkan tertawa garing."gak apa kali, gue juga dah lama gak beli pizza. Lo pada gak mau emang? "

Mereka tak munafik. Mereka mengambil potongan pizza itu lalu memakanya.

Setelah memakan pizza yang di beli oleh Arkan mereka semua berkumpul di teras markas sembari berbincang-bincang.

"Rio, lo gak kepikiran buat bikin anak? " tanya Shaka blak-blakan membuat Arkan mencubit sikunya.

Rio menggelengkan kepalanya. Ia menatap Seva sembari tersenyum tipis."gue gak setega itu, lo bayangkan aja. Seva masih enam belas tahun, kalo dia hamil di usia muda bisa membahayakan nyawanya saat lahiran nanti. Gue gak mau dia kenapa napa, lebih baik gue nunggu sampai waktunya tepat di timbang kehilangan dia di waktu yang cepat." kata Rio membuat Seva terharu.

Seva menyenderkan kepalanya di bahu Rio.

Arkan yang mendengar perkataan Rio saja di buat salting, apa lagi Seva?

"Salut gue sama lo, kalo gue yang ada di posisi lo mungkin belum beberapa minggu bini gue dah hamil." kata Kafka tersenyum cengir.

"Lo orangnya mesum, yaiyalah." sindir Arkan.

Seva menatap Putra, karena membicarakan soal bayi dan anak ia langsung teringat dengan adik Putra yang bernama Sky.

"Kak Putra, aku pengen ketemu adik kakak... Kapan kapan bawak aja adik kakak main ke rumah..." ujar Seva membuat Putra tersenyum.

"Gue bakal bawak dia kapan dia gak sekolah... By the way gue sama bokap gue udah pisah rumah..." ungkap Putra membuat mereka menatapnya.

"Pisah rumah? " Putra mengangguk.

"Tabungan gue udah cukup buat beli rumah, nanti malam juga gue mau balapan lagi biar dapat duit."Lalu ia tertawa pelan.

"Gue tau kok lo kuat, kalo lo pengen cerita. Cerita aja, gue sama yang lain siap dengerin cerita lo." kata Shaka.

Rio mengangguk setuju."lo udah jadi sahabat kita selama bertahun-tahun, lo bisa anggap kita semua keluarga lo."

Putra tersenyum mendengar perkataan mereka semua."makasih udah nemenin selama bertahun-tahun ini."


Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 130K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5M 287K 33
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
2.5K 1.2K 17
SEBELUM LANJUT MEMBACA SEBAIKNYA FOLLOW TERLEBIH DAHULU⚠️⚠️ Diam seperti cupu bergerak menjadi Suhu -Starlight✨ Laura Desi Permata seorang gadis can...
7.9M 290K 55
[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] [PART SUDAH TIDAK LENGKAP] BEBERAPA PART DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN. Kisah perjodohan most wanted disekolah d...