Personal Assistant : WIFE!

By GreyaCraz

3.9M 115K 6.2K

Di penghujung usia tiga puluh, Jemima akan melepas masa lajangnya. Ketika ia pikir tak memiliki alasan untuk... More

2 : Visiting
3 : Sleepover
4 : Lipstick
5 : Marry
6 : Stalking
7 : Darya
8 : Mad!
9 : Suggestion
10 : Divorce
11 : Heart Beat
12 : See You
13 : Invitation
14 : Restless
15 : Hero
16 : Accepted
17 SAH
Open PO

1 : Overtime

248K 11.3K 407
By GreyaCraz

Abyasa Praja Bakhtiar : 32 Tahun
Status : Suami dari tumpukan pekerjaan
Hobi : Kerja
Makanan kesukaan : apapun yang dimakan di meja kerja
Yang ditakuti : ngga kerja

~~~

Jemima Pratista : 30 Tahun
Status : Istri dari si tukang kerja
Hobi : Ngga kerja
Makanan kesukaaan : apapun asal ga sama si tukang kerja
Yang ditakuti : kerja


*

Pukul sebelas malam, lebih beberapa menit yang terus bergerak, membuatnya semakin mendekati tengah malam.

Masih duduk di depan komputer yang menyala, Jemima menyangga kening saat pandangan mulai mengabur dan huruf yang terlihat di monitor tampak seperti deretan semut.

Tabel-tabel yang ia buat terlihat seperti labirin dan diagram batang yang menunjukkan perbandingan data mulai berbayang-bayang.

Jemima sudah berada di titik akhir perjuangan. Lima hari ia selalu pulang larut malam, demi menganalisa laporan pengeluaran dari beberapa proyek yang sedang berjalan.

Ada aliran dana yang membengkak dari rencana awal, sebagai personal assistant yang ia singkat menjadi BABU, Jemima memiliki tugas untuk membantu meringankan pekerjaan atasan walau sebenarnya itu tugas sekretaris yang malah pulang tepat waktu.

Menjadi BABU ... Kerennya asisten pribadi! Jemima harus mendedikasikan waktu yang ia punya tak peduli itu dini hari ketika ia masih enak-enaknya bermimpi.

Tiap bos menelepon, ia harus angkat tepat waktu pun jika diminta untuk datang, ia harus datang.

Lalu sekarang, bos meminta ia menganalisa sekaligus membuat rincian laporannya, dan tak peduli meski itu tugas sekretaris, jika bos menyuruh ia yang mengerjakan, maka ia harus kerjakan.

Itu adalah titah yang tak boleh diabaikan.

Kampret betul!

Memangnya Jemima mahluk nokturnal ... Tidak. Lebih tepatnya Abyasa menganggap dia sebagai manusia yang akan tetap hidup meski tak tidur siang dan malam.

Oh ... Jemima benar-benar tak tahan. Kelopak mata bak digantungi batu yang membuat ia kesulitan untuk membukanya.

Jemima ingin tidur.

Hanya tidur.

"Sudah selesai, Mima?"

Kepala kontan jatuh dari telapak tangan yang menyangga. Jemima yang untuk beberapa detik mengalami tidur yang paling nikmat, langsung angkat kepala dan melihat sosok pria yang berdiri di sampingnya sambil menatap layar monitor, memeriksa pekerjaannya.

Dari gerak alis pria itu, Jemima tahu ada komplen yang akan keluar dari si mulut katana ini.

"Kamu ngerjain apa, sih? Dari tadi segini aja."

Benar, kan?

Menatap layar monitor di hadapannya lagi, Jemima mengernyit dalam sebagai respon dari tuduhan bos yang tak benar.

Jelas dia sudah merampungkan nyaris delapan puluh persen pekerjaannya. Hanya sisa sedikit lagi saja dan andai pria ini mau memberi waktu, ia akan lanjutkan besok pagi, atau jika tidak serahkan saja pada Difa, sekretaris pria ini.

Tapi sebagai mahluk menjengkelkan, Aby pasti tak menyukai ide itu.

Melihat bagaimana Difa yang tak pernah direpotkan oleh pria ini, Jemima menebak ada hubungan antara keduanya.

Tapi ... Hubungan apa yang mereka jalin jika waktu Aby lebih banyak dihabiskan dengan Jemima?

"Pulang saja kalau di sini kamu malah tidur."

Eh ... Sebentar.

Dia disuruh pulang?

Pulang?

Seperti mendengar kata keramat yang biasanya sulit sekali keluar dari mulut Abyasa, Jemima yang semangatnya tiba-tiba merasuk, langsung bangkit dari duduknya. Tak menatap kiri dan kanan lagi, ia ambil ponsel dan tas jinjingnya sebelum bersiap untuk pergi

Dia disuruh pulang, itu artinya titah yang tak boleh tak dilakukan.

"Heeh!" Abyasa, pria yang terlihat tetap menarik seolah tak memiliki limit tenaga itu segera menarik tali tas Jemima yang sudah memunggungi ia. "Mau ke mana kamu?"

Jemima dengan tatapan membulat menatap pria yang selalu membuat ia kesal sekaligus iri. Kesal karena memperkerjakan ia tak manusiawi, iri karena pria ini terlihat tak berubah sejak mereka bertemu pertama kali.

Padahal Jemima yang tadinya cantik, sepuluh tahun mendekam di perusahaan ini, berubah menjadi indukan sapi. Tapi Abyasa malah kian klimis saja.

"Pulang. Tadi kan bapak yang bilang pulang aja."

Menatap dingin seolah pria ini tak kenal akan ekspresi lain, Abyasa menarik lengan Jemima untuk duduk kembali. "Berapa nilai bahasa Indonesia kamu. Sarkasme aja ngga tau."

Jemima yang tak mau menggunakan otaknya lagi untuk memikirkan jawaban apa yang bisa membuat Abyasa bungkam, kemudian pasrah ketika ia harus kembali duduk di kursi yang rasanya akan membentuk pola pantatnya yang bulat jika ia duduki lebih lama lagi. "Harusnya aku udah di rumah," keluhnya pada diri sendiri dengan bisik pelan namun cukup untuk dapat Abyasa dengar dan andai pria ini marah, ia tak lagi peduli. Malah lebih bagus lagi jika ia dipecat. Jadi tak perlu membayar denda apapun andai mengundurkan diri.

Lagian ini salah Jemima juga. Sudah tahu atasannya bukan orang yang murah hati, ketika kontraknya habis empat tahun yang lalu, ia malah memperbaharui dengan kontrak baru lagi.

Kalau saja ia tak memiliki kredit apapun dan bukan golongan sandwich generation yang membiayai bukan hidupnya saja tapi juga orangtua, Jemima pasti tak perlu melakukan hal bodoh dengan tetap membiarkan kakinya terikat di perusahaan yang tadinya menerima ia sebagai tim marketing saja.

Tapi Jemima yang harus memenuhi banyak kebutuhan, ikut maju ketika mendapat kabar jika direktur yang baru mencari personal assistant dengan iming-iming gaji yang hampir dua kali lipat dari gaji yang ia dapat dengan menjadi karyawan biasa--sekarang sudah menjadi empat kali lipat tapi Jemima korbankan kebahagiannya karena ternyata atasan yang ia dampingi merupakan jelmaan setan.

"Lembur setiap hari, memangnya siapa yang tanggung jawab kalau aku sakit?" Wanita itu meneruskan keluh kesahnya sambil memandangi layar monitor seolah tak ada siapapun di sampingnya yang akan mendengar gerutuannya itu.

"Lanjutkan bekerja. Kalau kamu punya keluhan, masukkan ke kotak pengaduan."

Rahang bawah Jemima lantas jatuh ke bawah. Apakah saraf peka Abyasa benar-benar sudah mati sangking jarangnya digunakan? Sama seperti nurani yang sudah mati.

"Langsung kirimkan ke email kalau sudah selesai. Nanti kita diskusikan--"

"Pak!" Jemima tiba-tiba menghardik. Tak sengaja sampai ia gigit lidah sendiri. Tapi karena sudah terlanjur, sekalian saja ia lanjutkan, mumpung ada keberanian. "Saya capek, pak." Tak mungkin ia sanggup mendiskusikan hasil kerja mereka malam ini juga!

Itu tugas Difa yang diijinkan pulang lebih awal dengan meninggalkan sebagian pekerjaan yang kemudian Abyasa limpahkan kepada Jemima.

Gila, kan?

Jemima malah merasa tugas Difa ia ambil alih semua dan wanita itu hanya menerima hasilnya saja.

Sialan!

Jemima anak baik yang tak boleh bicara kasar, sudah menjadi brutal semenjak bekerja bersama Abyasa yang merupakan anak hasil persilangan jin dan kera.

Bangsat!

Menautkan alis, namun tak ada ekspresi tak suka karena Jemima membentaknya. Abyasa mengangguk sambil perbaiki letak kacamatanya. "Silahkan tidur dua jam. Nanti saya bangunkan kamu."

Rahang Jemima hampir menyentuh lantai. "Saya mau pulang, pak."

Berjalan jauhi asisten pribadi yang sudah kehilangan pamor karena lemak yang tak hanya ngekos tapi sudah membangun rumah di tubuh wanita itu, Abyasa kembali duduk di kursi kerjanya. "Tentu kamu akan pulang. Siapa yang nyuruh kamu tinggal di sini?"

Jemima kehabisan akal untuk memperjuangkan haknya di hadapan Abyasa yang begitu tenang seolah memperkerjakan ia melebihi waktu yang semestinya ini adalah hal yang biasa.

Tapi ... Sepertinya memang sudah biasa karena hampir sepuluh tahun Jemima diperlakukan seperti ini.

"Saya mau pulang sekarang, pak." Seolah sudah tak lagi tahan, tangis wanita itu nyaris saja keluar.

Terdengar dari suara yang bergetar. Tapi sekali lagi, peka tak diciptakan untuk Abyasa. Alih-alih paham, pria itu malah menghela napas seolah ia lah yang lelah menghadapi Jemima.

Abyasa lalu menatap lurus pada wanita yang mengalami banyak perubahan selama bekerja dengannya. Perubahan paling besar dan paling terlihat tentu di tubuh yang makin berkembang.

Jika dilihat oleh mata saja Jemima terlihat makmur, itu artinya Jemima senang bekerja dengannya, kan?

Tapi mengapa wanita ini selalu mengeluarkan banyak keluhan kepadanya. Hal yang paling tak ia sukai adalah ketika wanita itu memperlihatkan penderitaan yang begitu kentara.

"Kamu pulang juga cuma untuk tidur, kan? Jadi apa bedanya tidur di kos kamu dan di sini?" Dagunya mengedik ke arah sofa. "Kamu bisa tidur di sana. Saya jamin, itu lebih nyaman daripada kasur kamu di kosan."

Hey ... Siapa pria itu hingga menilai di mana letak kenyamanan Jemima?

"Bapak tau apa soal kasur di kosan--"

"Bulan lalu saya kan ke tempat kamu."

Oh ... Jemima seketika teringat pada momen yang ingin ia lupakan di mana dirinya mencoba untuk menghilang dari Abyasa dengan bolos bekerja, abaikan semua panggilan pria itu, tapi kemudian tiba-tiba Abyasa datang ke kosannya dan langsung menerobos masuk bahkan tanpa menunggu untuk dipersilahkan.

"Rapikan file di laptop, ya."

Pria yang datang sambil memeluk laptop itu tidak bertanya kemana dan mengapa Jemima menghilang. Tidak. Pria itu langsung sodorkan pekerjaan pada Jemima yang hanya melongo di pintu.

Bahkan tanpa permisi, Abyasa yang datang dengan setelan santai itu langsung duduk di atas ranjang Jemima dan menyalakan laptopnya.

Pria itu tak punya sedikit saja hati untuk Jemima yang butuh istirahat hari itu. Tapi tak sampai di sana saja tingkah menyebalkan Abyasa. Karena pria yang bahkan tak peduli pada pakaian tidur yang masih melekat di tubuh Jemima, langsung berkomentar akan kasur yang diduduki.

"Besok saya kasih kamu bonus. Beli kasur yang baru."

Lalu seenaknya mengambil guling untuk menjadi dudukan.

"Kasurnya terlalu keras. Pantat saya bisa sakit. Saya kan bukan kamu."

Artinya, Abyasa bukan Jemima yang tak akan merasakan apa yang Abyasa rasakan karena daging pria itu tak setebal dagingnya!

Uuh ... Hari itu Jemima sangat ingin melempar Abyasa keluar dari kamar kosnya tapi dia bahkan tak punya tenaga untuk sekadar mengangkat jari.

Abyasa membuat Jemima frustrasi.

"Sudah. Tidurlah, dulu. Saya juga mau ngopi."

Santai sekali pria itu!

Tbc....

Cerita ini tuh Idenya udah lama banget. Lebih dari satu tahunbdeh. Kerangka kasarnya aku udah buat beberapa bulan lah. Dan karena ga semua suka cerita fantasi terus minta aku bikin cerita seperti biasanya juga.

Jadi aku tes yang ini yaah.

Tapi cerita ini udah ada beberapa part kok. Jadi untuk beberapa minggu ke depan aman lah. Tgl edit2 doang.

Padahal mau fokus ke The Daisy aja. 🥲

With love,
Greya

Continue Reading

You'll Also Like

251K 23.4K 74
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.
177K 20.2K 74
Ini Hanya karya imajinasi author sendiri, ini adalah cerita tentang bagaimana kerandoman keluarga TNF saat sedang gabut atau saat sedang serius, and...
639K 32.5K 41
Ini adalah sebuah kisah dimana seorang santriwati terkurung dengan seorang santriwan dalam sebuah perpustakaan hingga berakhir dalam ikatan suci. Iqb...
976K 2.5K 17
🔞 Bluesy area, mengandung 21+ 🔞 - oneshoot ! ranked; #1 Karina 24/6/2023 #1 Bluesy 25/6/2023 #1 Karinajeno 7/9/2023