Love Shoot! | Sungsun โœ”

By piscesabluee_

133K 13.1K 1.5K

[COMPLETED] "Fuck a princess, I'm a King." Kenneth Raymond, adalah seorang cucu laki-laki dari pemilik perusa... More

-PROLOG
-Meet The Characters
One
Two
Three
Four
Five
Six
Seven
Eight
Nine
Ten
Eleven
Twelve
Thirteen
Fourteen
Fiveteen
Sixteen
Seventeen
Eighteen
Nineteen
Twenty
Twenty One
Twenty Two
Twenty Three
Twenty Four
Twenty Five
Twenty Six
Twenty Seven
Twenty Eight
Twenty Nine
INFORMATION

Thirty

4.2K 357 55
By piscesabluee_

Vote & comment! Thanks for your support guys Happy reading!

∘₊✧──────✧₊∘

Semua orang memujinya cantik. Sangat cantik. Dan Ray hanya tersenyum menanggapi hal tersebut. Kemeja berwarna putih dengan dibalut jas berwarna senada, sepatu pantofel nya juga membuat dirinya terlihat sangat bersih dan suci. Hari ini Ray akan menjadi pangeran seharian.

"Apa itu?" tanya penata rias yang Winter rekomendasikan padanya.

"Earpiece. Aku harus menghubungi temanku yang tidak bisa datang." jawab Ray sambil memasang benda kecil tersebut pada telinganya.

"Jangan lama-lama, sepuluh menit lagi kau harus keluar."

Ray mengangguk dan penata rias tersebut pergi meninggalkannya.

"Apakah dia sudah datang?" tanya Ray saat ia tersambung dengan Axell yang sedang mengintai menggunakan teropong dari kamar tamu. Lelaki itu bertugas mengawasi para tamu yang baru datang.

"BK 639 No. Aku melihat mobil hitam itu mengantri untuk diperiksa." jawab Axell.

Cih...

Berani sekali orang itu datang kesini setelah mencelakai Steve-nya.

"Terima kasih Axell."

"Kau yakin akan melakukannya sendiri?" tanya Axell.

"Aku bisa melakukannya untukmu."

"Tidak biarkan aku sendiri. Kau bisa kembali ke bawah, Sam mungkin sedang mencarimu."

Saatnya beraksi. la punya waktu sepuluh menit sebelum orang yang tidak jelas laki atau itu datang kembali untuk memeriksa hasil riasannya.

Ray keluar dari kamar dan melihat keadaan sekitarnya yang lumayan sepi, semua orang pasti sibuk di halaman belakang karena upacara pernikahan akan segera dilaksanakan. Tanpa ragu Ray berlari ke lantai atas, ternyata Axell masih menunggunya di sana.

"Aku sudah menyuruhmu turun kan?" kata Ray setelah menutup pintu kamar.

Lelaki itu mengambil tas senapannya yang Axell letakkan diatas tempat tidur.

"Aku ingin melihat seorang pengantin yang sedang membunuh orang." jawab Axell.

Kurang dari satu menit barrett Ray telah siap. la menghampiri jendela yang terbuka dan mulai mencari mangsanya. Jangan sampai sang target keluar dari mobil, itulah rencana Ray.

Axell berdiri di sebelah Ray dan ikut melihat kearah kerumunan orang yang baru datang. Ia memang tidak bisa melihat Salvador, tapi Axell tahu dimana mobil Salvador diparkir.

Itu dia sedang bersiap hendak keluar.

Begitu tangan Salvador memegang pintu mobil, Ray langsung melepas pelatuknya. Salvador mati dalam posisi duduk di dalam mobil. Tidak ada saksi, tidak ada yang tahu. Bahkan suara pecahan kaca pecah di redam oleh hiruk pikuk suara para undangan yang baru datang.

Axell bertepuk tangan dan melirik Ray, "Perhitungan yang akurat. Seharusnya aku tidak mengundurkan diri dulu dari Snow White."

Axell membongkar senjatanya lagi.

"Boleh ku simpan barrettmu?"

"Memangnya selama ini aku memintanya darimu?" balas Ray.

Setelah memasukkan senjatanya ke dalam tas, Ray mendorong tas tersebut masuk ke bawah kolong tempat tidur. la menuju toilet untuk membasuh tangannya sedang Axell bertugas membersihkan selongsong peluru yang terjatuh.

Keduanya langsung keluar dari dalam kamar setelah memastikan tempat itu bersih.

"Dari mana saja kalian?" Itu suara Bryan, submisif itu berdiri berdampingan dengan Willard.

"Aku hampir saja meminta Red Blood untuk mencarimu." bisik Will saat Ray memeluknya.

Mereka bercengkrama sejenak sebelum Ray dipanggil untuk memasuki tempat upacara.

Steve sudah sering membayangkan hal ini, dan ia pikir bahwa ia telah siap. Nyatanya ia tetap gemetar saat melihat Ray berjalan mendekat bersama kakeknya.

Submisif itu terlihat cantik dengan jas putihnya. Dan semakin cantik saat tersenyum, barulah Steve sadar bahwa ini pertama kalinya Ray tersenyum semanis itu padanya. Tidak akan ada yang mengira bahwa dibalik senyum itu terdapat sosok submisif yang kuat, berambisi, dan tidak mau kalah. Submisif yang tidak takut memegang senapan dan menembak orang.

Kenneth-nya berbeda. Dan Kenneth ini adalah miliknya.

"Kuserahkan cucu kesayanganku padamu."

Steve menerima tangan Ray dan hampir menangis saat melihat Grayson Raymond meneteskan air mata. Pria tua yang sangat ia hormati itu benar-benar sangat menyayangi Ray lebih dari apapun.

"Terima kasih kek."

Kedua mempelai langsung menghadap pendeta yang sudah menunggu. Semua undangan di minta berdiri dan janji pernikahan pun akan di serukan.

"Saya Steve Jeremy Smith, mengambil engkau Kenneth Raymond sebagai suami saya yang sah dan satu-satunya, di hadapan Tuhan, gembala, dan jemaat. Saya tahu kita banyak perbedaan tapi..." Steve mengucapkannya sambil menatap mata Ray dengan lekat.

"Saya berjanji akan tetap setia, menemani mu dalam suka maupun duka, sehat maupun sakit, senang maupun susah, sampai Tuhan datang. untuk kedua kalinya, bahkan sampai maut memisahkan,"

Setetes air mata Ray mulai jatuh, ia menarik nafas panjang dan mengucap janji suci pernikahannya sendiri.

"Saya Kenneth Raymond, menerima engkau Steve Jeremy Smith sebagai suami ku yang sah dan satu-satunya, dihadapan Tuhan, gembala, dan jemaat. Saya berjanji akan menemanimu dalam suka maupun duka, sehat maupun sakit, senang maupun susah, kurus maupun gendut, tampan maupun jelek."

Steve tertawa begitu juga dengan para undangan.

"Sampai Tuhan datang untuk kedua kalinya bahkan sampai maut memisahkan."

Satu air mata mulai jatuh lagi, namun Ray tetap tersenyum cantik menatap Steve. Begitu pendeta mengesahkan mereka menjadi suami suami dan mengizinkan Steve untuk mencium sang mempelai submisif, tepuk tangan para undangan mulai terdengar.

Steve yang selalu tidak bisa menyia-nyiakan kesempatan, langsung melumat bibir Ray dengan penuh. la merasakan perbedaan saat mencium Ray sebelum dan sesudah sah menjadi suami-suami.

Akhirnya semua orang tahu bahwa Kenneth adalah milik Steve. Dan bahwa Steve adalah milik Kenneth.

*

Ray keluar dari kamar mandi setelah membersihkan diri. la bisa melihat Steve yang setengah telanjang tidur diatas ranjang sambil mengotak-atik ponsel. Mereka baru saja melaksanakan malam pertama sebagai dominan-submisif. Tidak tanggung-tanggung langsung dua ronde.

Dan sekarang hampir pukul tiga pagi saat Ray teringat sebuah bingkisan kecil yang ia terima tadi malam. Bingkisan dari Steve.

"Kau bilang ini dari Harry?" tanya Ray.

"Hmmm." hanya itu yang keluar dari mulut Steve. Sepertinya pria itu merajuk karena dengan terpaksa harus menerima kado kecil tersebut.

"Miniatur?"

Steve mendongak untuk melihat hadiah dari Harry. Sebuah miniatur berbentuk kapal dengan ukiran nama Kenneth Raymond.

Ternyata Harry sangat pelit. Untung saja Ray tidak jadi menikah dengannya. Steve turun dari ranjang hanya mengenakan boxernya saja dan memeluk Ray dari belakang.

"Aku terpaksa menerima hadiah itu, karena kau sudah menjadi submisif ku sekarang."

"Terima kasih." Ray mengecup sudut bibir Steve saat kepala pria itu bersandar di bahunya.

"Kau yakin kita tidak perlu bulan madu?"

Ray mengangguk. Ia membiarkan bibir Steve dan tangan Steve yang sudah meremas dadanya.

"Boleh aku minta yang ketiga pagi ini? Hadiah karena aku sudah mau menerima bingkisan dari Harry?"

Ray berbalik dan mendorong Steve hingga jatuh ke atas tempat tidur.

"Ini hadiahnya sayang."

Ray melepas bokser Steve dan melepas pakaiannya sendiri sebelum menunggangi pria itu.

Selain doggy style, bottom on top adalah posisi bercinta favorit Steve.

Keduanya mendesah saat Ray menyatukan tubuh mereka. Ray bahkan mendongak karena merasakan sensasinya yang luar biasa.

Dengan pelan ia menggerakkan tubuhnya naik turun.

"Seksi..." desah Steve membawa wajah Ray mendekat untuk menciumnya.

Ray akan berubah menjadi ganas saat dengannya. Dan Steve suka itu.

Winter melirik jam yang berada di atas dinding ruang makan, lalu beralih menatap sepasang pengantin baru yang tengah sarapan sambil melihat salah satu tablet milik Steve. Kepala keduanya berdekatan sehingga tampak seperti kembar siam.

"Kalian baik-baik saja?" tanya Winter.

Sekarang baru pukul tujuh pagi, tapi pengantin baru yang Winter pikir akan keluar kamar menjelang malam malah sudah menunjukkan batang hidungnya di meja makan. Bahkan kedua orang tua mereka belum bangun, Winter bangun pagi hanya karena ada ujian praktek. Kalau tidak mungkin dia akan bangun lebih siang.

Tapi sepasang sejoli yang punya alasan kuat mengurung diri di dalam kamar sehari semalam, malah sudah duduk manis di sini. Karena itu pertanyaan Winter tidaklah salah, apakah mereka benar-benar baik-baik saja atau tidak.

Ray dan Steve menoleh.

"Kau mau kemana pagi-pagi begini?" tanya Steve setelah meneliti penampilan adiknya dari atas ke bawah.

"Aku ada ujian." Winter mengambil tempat duduk di depan Ray. "Apa yang kalian lakukan disini?"

"Makan." jawab Ray sambil menunjukkan sendoknya.

Winter memutar bola matanya, "Maksud ku sedang apa kalian pagi-pagi disini? Seharusnya kalian masih bermain perang-perangan, kucing-kucingan, masak-masakan, atau apapun itu diatas ranjang."

Ray dan Steve menatap Winter dengan pandangan aneh. "Maksudmu kami seharusnya masih bergulat di atas ranjang?"

Winter menjentikkan jari menyetujui pernyataan kakaknya.

"Bergulat dan berperang juga memerlukan banyak tenaga. Jadi kami harus mengisinya dulu."

Jawaban Steve membuat Winter mengangguk. Lalu ada satu lagi yang mengganggu penglihatan Winter. Keduanya nampak berpakaian rapi. Bahkan Steve memakai kemeja lengan pendek.

"Kalian mau keluar?" akhirnya ia bertanya.

Kali ini Ray lah yang mengangguk, "Aku ingin melihat hadiahku."

"Selamat pagi."

Ketiganya menoleh dan melihat Red datang dengan senyumnya yang cerah. Pria itu membungkuk untuk mengecup bibir Winter tanpa sungkan.

"Kau sudah sarapan?" tanya Winter pada kekasihnya.

"Belum."

"Mau ku ambilkan apa?"

Kini giliran Ray dan Steve yang menyaksikan kemesraan dua orang tersebut.

"Kau sudah dengar?" kata Red saat Winter pergi ke dapur untuk meminta bekal dan Ray pergi ke atas untuk mengambil tasnya.

"Kemarin sore kami menemukan mayat Salvador Luis di dalam mobilnya. Sepertinya dia sudah meninggal sejak pagi. Anak-anak curiga karena setelah upacara pernikahan ia tidak terlihat sama sekali, jadi mereka mendekati mobilnya untuk melihat keadaan. Dia mati dengan luka tembak di dahi."

Steve mendengarkan penjelasan Red dengan penuh minat.

"Peluru 416 inc, dan ditembakkan dari jarak sekitar seratus meter. Peluru tersebut menancap pada sandaran kursinya. Jarak dari rumahmu ke tempat mobil Salvador di parkir kurang lebih segitu. Dan dari luka tembak yang Salvador terima, sepertinya peluru tersebut datang dari atas."

"Maksudmu Salvador di tembak dari lantai atas rumahku?" Red mengangguk, "Bukankah suamimu punya barrett istimewa."

Steve tidak kaget mendengar hal itu, apalagi ia mencium bau aneh dari pakaian suaminya kemarin saat mereka tengah berdansa.

"Kenapa kau pikir itu Ray dan bukan Axell?"

"Well Ray bukan tipe orang yang suka menyuruh. Apalagi jika itu menyangkut keselamatan orang yang ia sayang." jawab Red.

"Dia pasti mendengar percakapan kita minggu lalu."

"Ayo honey..!!" ajak Winter yang sudah mendapat apa yang ia mau.

Red pun berdiri dan mendekati Steve. "Sekarang aku harus lebih berhati-hati lagi jika ingin mengusik seorang Steve Smith. Karena Nyonya Smith ternyata jauh lebih menakutkan dibanding Steve Smith itu sendiri."

Red menyeringai, menepuk pelan bahunya dan berlalu pergi.

"Kau sudah siap?"

Steve menoleh pada Ray yang baru datang. Submisif ini memang menakutkan. Apalagi kalau sampai dia menghilang. Steve bisa gila karenanya.

Steve meraih pinggang suaminya dan membawanya duduk di pangkuannya.

"I love you." bisiknya.

Ray tersenyum dan menangkup pipi Steve, "I love you too." balasnya sebelum mereka berciuman.

Pagi itu mereka menuju pelabuhan untuk memenuhi undangan seseorang, uncle George menelpon Ray dan mengatakan bahwa hadiah pernikahan Ray yang sesungguhnya ada di sana. Sebuah yacht mewah yang bentuknya sama persis seperti miniatur yang ia terima subuh tadi.

Harry memberikan yacht khusus padanya. Dan Ray memekik gembira, tapi tidak dengan Steve. Sebagai hadiah karena mau menerima pemberian Harry atas permintaan Ray. Mereka memutuskan untuk bulan madu di atas kapal tersebut.

Dan tidak ada yang lebih indah bagi Steve selain bercinta sepuasnya dengan sang submisif diatas kapal Harry.

Yeayyy...!! Akhirnya selesai juga ini book setelah sekian lamanyaa😭 karena aku hiatus mulu jadi agak lama ya nyelesain 30 chapter🥲

Yahh intinya book ini udah selesai! Aku sangat berterimakasih banget sama kalian yang udah mau nunggu ini book berbulan-bulan bahkan hampir mau 2 tahun😭😭 and aku juga berterima kasih buat yang udah vomment dari awal chapter hingga akhir I really appreciate it.

saya sebagai author dari cerita ini ingin meminta maaf klo ada kata yang menyakiti hati kalian dan ketypoan yg membuat kalian bingung😓

Happy New Year! 🎉

Maaf yaaa endingnya ga sesuai ekspetasi kalian😔🙏

Don't forget to vomment, sorry for the any typos and thank you for the reading ❤

Jagoan aq inii😭 Maaf aq cm mau ngasih tunjuk foto ini😭😭 seneng bgttt sunoo taki bisa seframe😭

Continue Reading

You'll Also Like

568 97 6
Warn! Heejake || BxB Story! *** Heeseung hanya pergi ke desa tempat Neneknya tinggal, saat musim dingin tiba. Namun siapa sangka, nyatanya dirinya m...
569 65 4
"My love for u is infinite Jean" Warn! BXB Jangan salpak Lokal PSH: top JKS: bot
16.5K 2.2K 13
[END] - Story remake of "Love for You || KM" From @kmjiee -SunSun BxB Dear you... I want to give you more and more love please stay with me...
19.3K 1.5K 8
Seokmin tidak ingin tahu terhadap apa pun yang sedang terjadi saat ini. Yang ia tahu Kwon Soonyoung adalah miliknya. Sampai kapan pun akan tetap mili...