Takdir Cinta (TAMAT)

By Qori48

1.5K 71 9

Dua insan yang saling jatuh cinta. Namun cinta mereka terhalang perbedaan. Akankah Jung Yoon dan Anaya bisa b... More

Takdir Cinta
Sebuah Perpisahan
Berusaha Untuk Tegar
Merantau Ke Jakarta
Masa Lalu Yang Menyakitkan
Bayang-bayang Rindu
Bayang-bayang Masa Lalu
Sebuah Perjodohan
Cinta Terhalang Perbedaan
Pertemuan Jung Yoon Dan Hyun
Hyun Kembali Ke Jakarta
Tak Ingin Kehilangan
Rencana Pendekatan
Perdebatan Antar Sahabat
Pindah Ke Jakarta
Murid Baru
Terbongkarnya Rahasia
Memberi Hadiah
Kekecewaan Yang Mendalam
Memperjuangkan Cinta
Memegang Teguh Sebuah Janji
Pertunangan Araa Dan Hyun
Pertemuan Jung Yoon dan Anaya
Salah Paham
Pernikahan Jung Yoon Dan Anaya
Malam Pertama
Rumah Baru
Honeymoon Ke Paris
Drama Hyun Dan Araa
Sarapan Pagi
Cupcake
Lunch In Paris
Mendambakan Kehadiran Buah Hati
Kabar Baik Dan Kabar Buruk
Melahirkan
Kenyataan Yang Pahit
Surat Dari Anaya

Pertemuan Ibu Dan Anak

36 1 0
By Qori48

Wanita itu menatap dedaunan basah yang masih meneteskan air dari permukaannya. Hujan sudah reda, namun semilir angin setelah hujan membuatnya sedikit menggigil kedinginan. Nyonya Kim harus bertahan sejenak di sana untuk menuntaskan rasa penasarannya terhadap asal usul pria yang berada di sampingnya.

Namun pria itu hanya terdiam sambil merunduk karena sedikit canggung berduaan dengan wanita yang baru saja ia kenal. Mata sipit itu sesekali melirik ke arah Nyonya Kim yang sejak tadi belum membuka suara.

"Sebenernya Ibu ini mau bicara apa denganku?" batin Adrian.

Ya, Anaya dan Nyonya Kim sudah sampai di kota Bogor, dan sekarang Nyonya Kim dan Adrian tengah duduk di gazebo yang berada di taman rumah sakit. Nyonya Kim beralasan mengajak Adrian membeli makanan di kantin rumah sakit.

Nyonya Kim menoleh ke samping, memperhatikan Adrian yang sedari tadi hanya terdiam. Ia pikir, mungkin anak ini merasa canggung berduaan dengannya.

"Siapa nama lengkapmu?" tanya Nyonya Kim seraya bibirnya mengulas senyum simpul.

"Ugh, n-nama lengkap aku?" Adrian mengerutkan dahinya.

"Iya," senyum simpul masih bertahan terpatri di wajahnya.

"N-nama lengkapku Adrian Aditya Putra," balasnya dengan gugup.

"Nama yang bagus, siapa yang memberi nama itu? Maksudku, Ibumu atau Ayahmu?"

Adrian mengerutkan dahinya, kenapa wanita ini menanyakan masalah namanya? Aneh.

"Eum kata Ibu sih, Bapak yang memberikan nama itu."

Nyonya Kim hanya diam sambil mengangguk, namun otaknya tengah berpikir keras mencari pertanyaan apa lagi yang harus ia tanyakan pada Adrian, yang sekiranya tak membuat Adrian curiga.

Ia bersyukur karena Bu Rani tak mengenalinya, karena Bu Rani dan Nyonya Kim sebelumnya tidak pernah bertemu. Mereka berdua hanya mendengar dari cerita Pak Firhan saja. Namun ada satu hal yang tak diketahui oleh Nyonya Kim, memang benar Bu Rani tidak mengetahui wajah bekas majikan suaminya dulu, namun Bu Rani tahu nama bekas majikan suaminya. Dan untung saja, tadi Anaya tidak memberi tahu nama lengkap Nyonya Kim pada Bu Rani dan juga Adrian.

"Saya turut berduka cita ya atas meninggalnya Ayah kamu," tangannya terulur menyentuh pundak pria itu

"Ugh, Anda tahu dari mana kalau Bapak saya sudah meninggal?" matanya membulat lucu.

"Kakakmu," balasnya singkat.

Adrian hanya mengangguk, "Oh."

"Adrian?" panggilnya seraya menatap lekat kedua bola mata Adrian.

"Ya?" mata Adrian pun membalas tatapan mata yang kini mulai berkaca-kaca.

"Perasaan apa ini? Kenapa tatapan itu begitu menenangkan?" batin Adrian.

"Kenapa wajahmu tidak mirip dengan Anaya atau pun Ibu kamu?"

Adrian tersentak mendengar pertanyaan dari Nyonya Kim. Ia terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaan dari wanita yang baru saja ia kenal.

"Kenapa Anda menanyakan hal itu?"

"Oh, maaf, saya tidak bermaksud lancang. Hanya saja, saya sedikit penasaran," ia pun menunduk, menatap air yang menggenangi lantai gazebo. Ia menghela napas pelan sebelum kembali mengalihkan tatapannya pada Adrian yang tengah termenung, memikirkan jawaban apa yang harus ia lontarkan pada wanita yang tak seharusnya tahu mengenai asal usulnya, ia pikir itu sangat memalukan.

Dengan kepala merunduk, ia pun memejamkan mata seraya mengambil napas dalam-dalam. Mencoba untuk menepis rasa sakit yang kembali singgah di hatinya.
"Maaf, saya tidak bisa memberi tahu Anda mengenai wajah saya yang tidak mirip dengan keluarga saya," pria itu menghela napas sebelum melanjutkan ucapannya.

"Yang jelas saya adalah anak dari Ibu saya dan Bapak saya," Adrian beranjak dari duduknya, menoleh ke arah Nyonya Kim yang masih terpaku mendengar jawaban dari Adrian.

"Saya pikir kita terlalu lama meninggalkan Ibu saya dan Teh Anaya, lebih baik kita segera kembali ke ruang rawat Ibu saya!"

"Ugh. Oh i-iya kita terlalu lama ya di sini!? Maaf ya!?"

Adrian hanya mengangguk seraya kakinya melangkah meninggalkan gazebo. Sedangkan Nyonya Kim membuntuti Adrian dari belakang, diam-diam air mata sudah menyusuri pipinya. Dengan cepat Nyonya Kim segera menghapus air matanya.

"Adrian?" si empu nama pun menghentikan langkahnya, lalu berbalik menatap wajah Nyonya Kim yang merunduk menyembunyikan seribu luka pun penyesalan yang teramat mendalam.

"Iya, kenapa?" balasnya datar.

"Saya mau ke mobil saya dulu ya, mau mengambil barang saya yang ketinggalan. Kamu duluan saja! Nanti saya menyusul," bohong Nyonya Kim.

"Oh, baiklah. Kalau begitu saya duluan, permisi," pamit Adrian.

Nyonya Kim hanya mengangguk seraya menatap tubuh Adrian yang mulai menjauh dari pandangannya. Ia pun mengambil napas panjang lalu melangkahkan kakinya menuju ke tempat parkir mobil.

Setelah sampai, ia bergegas masuk ke dalam mobil, rasanya tak sanggup lagi menahan air mata yang seakan berlomba-lomba ingin segera menunjukkan jati dirinya. Tangisnya pun pecah seraya tangannya mencengkram kuat setir mobil.
Ia berpikir, apa Adrian sebegitu bencinya pada Ibu kandungnya? Atau justru Adrian belum mengetahui tentang asal usulnya? Entah lah, yang jelas Adrian sepertinya tidak mau membahas tentang asal usulnya.

Dia merasa sudah begitu egois memaksakan keinginannya pada Adrian dan juga Anaya untuk menceritakan tentang asal usul Adrian. Anggap saja semua ini adalah ganjaran atas dosa di masa lalunya.

Ia merutuki dirinya di masa lalu yang sudah menuruti emosi dan hawa nafsu, yang jelas-jelas akan merugikan dirinya dan penyesalan adalah hadiah yang sudah pasti akan ia terima. Meskipun suaminya sudah melakukan dosa pada dirinya, dan tak seharusnya ia juga membalasnya dengan sebuah dosa.
Untuk ke sekian kalinya Nyonya Kim merasakan penyesalan, perasaan di mana ia berada di antara kasihan dan membenci dirinya sendiri.

"Maafkan Mama Nak! Maafkan Mama! Hiks hiks hiks," setelah cukup lama ia menangis meratapi nasibnya, akhirnya ia memberanikan diri untuk menyusul Adrian ke ruang rawat Bu Rani.

Namun saat beberapa langkah lagi sampai di ruang rawat Bu Rani, ia tak sengaja mendengar percakapan Anaya dengan Adrian mengenai biaya operasi Ibunya.

Ia pun bersembunyi di balik tembok pembatas, berniat untuk menguping pembicaraan mereka yang tengah duduk di kursi tunggu di depan ruang rawat Bu Rani.

"Kasihan sekali mereka, tidak memiliki biaya untuk operasi Ibunya," batin Nyonya Kim.

Ia pun melangkah pergi menuju ruang administrasi, berniat untuk membayar operasi Bu Rani.

***

Nyonya Kim kembali ke ruang rawat Bu Rani bersama dua orang suster.

"Ayo Bu, kita siap-siap untuk melakukan operasi!" ucap salah seorang suster.

"Lho sus, kita kan belum punya uang untuk biaya operasi Ibu saya," ucap Anaya karena merasa bingung dengan ucapan sang suster.

"Ibu ini sudah membayar semua biaya operasi Ibu Rani. Jadi, kita harus segera melakukan operasi," suster menunjuk sopan pada Nyonya Kim yang hanya terdiam sembari mengulas senyum.

Sontak Anaya, Adrian dan juga Bu Rani menoleh ke arah Nyonya Kim.

"Ya ampun Nyonya, seharusnya Nyonya tidak perlu melakukan itu! Saya tidak punya uang untuk menggantinya dalam waktu dekat," Anaya merasa tidak enak sekaligus malu pada bosnya yang sudah berbaik hati mau membayarkan biaya operasi Ibunya.

"Kamu tidak perlu menggantinya Anaya, saya ikhlas membantu kalian. Jadi, sekarang lebih baik Bu Rani siap-siap untuk melakukan operasi."

"Tapi Nyonya--"

"Sudah ya Anaya, kasihan Ibu kamu dia harus segera ditangani."

Anaya langsung memeluk tubuh Nyonya Kim, berniat untuk menyampaikan rasa terima kasih, yang entah dengan cara apa Anaya harus membalas kebaikannya.

Dan di sisi lain ada Adrian yang tengah menatap sendu dua orang yang saling merengkuh dalam pelukan. Sebenarnya ia juga ingin sekali memeluk wanita itu untuk mengucapkan rasa terima kasihnya.

"Mari Bu!?" ucap suster seraya membantu Bu Rani untuk pindah ke brankar.

Sebelum meninggalkan ruangan, Bu Rani menggenggam tangan Nyonya Kim seraya menatapnya sendu.

"Terima kasih ya Bu, Anda baik sekali. Saya tidak tahu bagaimana cara membalas kebaikan Anda," ucapnya dengan suara parau.

"Bukankah itu sudah tugas kita sebagai sesama untuk saling menolong?" jawabnya seraya membalas genggaman dari wanita yang terbaring lemah di atas brankar.

"Seharusnya saya yang harus mengucapkan terima kasih! Kamu sudah mau membesarkan anak saya. Anggap saja ini sebagian kecil dari balas budi saya," batin Nyonya Kim.

***

Kim Araa menatap pantulan dirinya di depan cermin, gaun berwarna hitam yang kontras dengan warna kulitnya begitu serasi dengan tatanan rambut panjang miliknya. Dengan pita yang seakan menempel di bagian bahu kanannya menambah kesan manis penampilan Araa malam ini.

Sekali lagi gadis itu mengamati penampilannya dalam pantulan cermin. Ia tak mau berpenampilan buruk di depan Min Dae Hyun sang tambatan hati.

Tok, tok, tok.

Ceklek.

"Kak, sudah belum? Ayo kita pergi sekarang! Papa sudah menunggu di bawah," Yoo Joon sedikit menyembulkan kepalanya di balik pintu.

"Ugh, iya sebentar!" Araa langsung menyambar tasnya yang ada di atas meja rias seraya berjalan menyusul Adik dan juga Papanya ke bawah.

Nyonya Kim melupakan janjinya dengan keluarga Min, ia menitipkan permohonan maaf untuk keluarga Min karena tidak bisa menghadiri undangan makan malam dari Nyonya Min malam ini.

"Ayo Pa, kita jalan sekarang!"

"Wah, anak Papa cantik sekali malam ini. Ini juga anak Papa yang satu lagi, sangat tampan," puji Tuan Kim pada anak-anaknya yang terlihat begitu cantik dan tampan malam ini.


Mobil Tuan Kim terparkir rapi di halaman rumah keluarga Min.
Satu persatu anggota keluarga Kim keluar dari mobil mewahnya.

Tak berselang lama mereka sudah berada di depan pintu yang berhiaskan ukiran mewah. Lalu telunjuk Tuan Kim memencet tombol bell yang menempel di samping pintu rumah utama keluarga Min.

Tingtong, tingtong.

Tak berselang lama Bik Inah membukakan pintu.

"Eh, Tuan Kim ya? Ayo silakan masuk Tuan!" Bik inah mempersilakan keluarga Tuan Kim untuk masuk.

"Nyonya, keluarga Tuan Kim sudah datang. Mereka sekarang ada di ruang tamu," lapor Bik Inah pada Nyonya Min.

"Oh ya? Ya sudah, sekarang buatkan mereka minuman terus panggil Hyun dan juga Jung Yoon!" perintah Nyonya Min.

"Baik, Nyonya."

Nyonya Min melangkahkan kakinya menuju ruang tamu.

"Selamat datang di rumah keluarga Min, maaf membuat kalian menunggu lama," sambut Nyonya Min dengan ramah pada keluarga Kim.

Anggota keluarga Kim langsung berdiri seraya sedikit merunduk tanda hormat saat mendengar suara pemilik rumah.

"Ah, tidak juga," balas Tuan Kim dengan ramah. "Bagaimana kabar Anda Nyonya Min?" tanya Tuan Kim sebagai tanda basa basi.

"Sangat baik, ayo silakan duduk!" jawabnya seraya mendudukkan tubuhnya di sofa.

"Maaf Tante, Mama tidak bisa ikut karena ada urusan mendadak," sambung Araa dengan sopan.

"Oh, tidak apa-apa, tadi juga Mama kamu sudah memberi tahu Tante," Nyonya Min tersenyum simpul.

"Halo Om, Araa, Yoo Joon?" sapa Jung Yoon yang baru saja tiba di ruang tamu, diikuti Hyun di belakangnya seraya mengulas senyuman manis.

Mereka pun menoleh ke arah sumber suara, namun kedua netra Araa terus memandang sosok pria yang ada di belakang Jung Yoon. Wajah tampan dengan tubuh yang tegap pun dada bidang membuat Min Dae Hyun begitu sempurna di mata Kim Araa. Sampai-sampai kedua netra gadis itu lupa untuk berkedip.

********

Bersambung

********

Continue Reading

You'll Also Like

63.5K 5K 32
Menikah dengan orang yg tdk kita cintai bahkan kita tdk mengenalnya... apa yg akan terjadi bila hal itu terjadi?
148K 9.8K 14
katanya musuh tapi kok posesif? -- ya, ini yang sedang dialami oleh 𝗥𝗶𝗰𝗸𝘆 𝗱𝗶𝗽𝘁𝗮 𝗮𝗱𝗵𝗶𝘁𝗮𝗺𝗮 yang harus berurusan dengan musuh sejatin...
652K 49.8K 32
🐰🐰🐰 Hanya menceritakan tentang seorang anak laki-laki yang berusia 4 tahun dengan keluarga barunya. 🐰🐰🐰
44K 736 16
#ABDL #TBDL #LITTLE_SPACE # BIGBABY #BABYBOY Menceritakan kisah seorang guru SD perempuan yang terobsesi untuk memiliki anak laki-laki yang bukan sep...