Love Shoot! | Sungsun โœ”

By piscesabluee_

149K 14.5K 1.8K

[COMPLETED] "Fuck a princess, I'm a King." Kenneth Raymond, adalah seorang cucu laki-laki dari pemilik perusa... More

-PROLOG
-Meet The Characters
One
Two
Three
Four
Five
Six
Seven
Eight
Nine
Ten
Eleven
Twelve
Thirteen
Fourteen
Fiveteen
Sixteen
Seventeen
Eighteen
Nineteen
Twenty
Twenty One
Twenty Two
Twenty Three
Twenty Four
Twenty Six
Twenty Seven
Twenty Eight
Twenty Nine
Thirty
INFORMATION

Twenty Five

3K 386 48
By piscesabluee_

Vote sama comment plss! Aku sudah berusaha untuk update setiap hari tapi kalian ga pada ngevomment untuk apa???:;((•﹏•๑)));:

Buat kalian yg udh vote & comment thanks yaaa❤

ˏ⸉ˋ‿̩͙‿̩̩̽‿̩͙‿̩̥̩‿̩̩̽‿̩͙‿̩͙‿̩̩̽‿̩͙‿̩͙‿̩̩̽‿̩͙‿̩̥̩‿̩̩̽‿̩͙'⸊ˎ

Kenneth Raymond

"Kirimkan bunga untuknya."

"Matt." tegur Nick.

"Tenanglah kak, hanya bunga semoga lekas sembuh."

"Jangan main-main Matt. Kau harus ingat ada siapa di belakang lelaki kecil ini."

Matt menyeringai kecil, "Sebagai anggota Lionis, seharusnya kita memberi salam perkenalan pada calon nyonya Eduardo kan Nick?"

Nick menghela nafas, "Dia calon nyonya Smith."

"Kalau Harry menyuruh kita merebutnya dari Smith bagaimana?"

Nick mengusap wajahnya dengan kasar. Hal itu memang mungkin saja terjadi, tidak mungkin Harry langsung setuju masuk sebagai anggota Lionis kalau tidak dengan pemikiran yang matang. Harry pasti punya tujuan tertentu. Entah untuk merebut Kenneth dari Smith atau memang ingin menggulingkan Red Blood, yang manapun itu kalau Harry menjadi ketua Lionis Nick dan Matt harus menuruti semua keinginan pria itu. Termasuk melawan Steve Smith sekalipun.

Sebenarnya Nick menghindari hal ini, bukan karena ia takut. Tapi Smith lebih cocok dijadikan teman dibanding lawan.

"Urungkan saja niatmu itu, Harry belum mengatakan apa-apa pada kita. Jangan mencari masalah." kata Nick.

Matt memang suka mencari masalah, jadi dia tetap mengirim bunga itu hanya untuk melihat reaksi Steve. Dan Matt langsung mendapatkannya sore itu, kunjungan Cedric Van Everest di penthouse mewahnya.

"Aku selalu bertanya bagaimana kau bisa masuk kesini Van?" tanya Matt yang sedikit kaget dengan keberadaan Van.

Pria berambut hitam itu sedang duduk di sofa ruang santainya sambil memainkan ponsel, kakinya ia julurkan keatas meja.

"Apa yang tidak bisa Red Blood lakukan Lionel?"

Inilah yang membuat Matt membenci Van.

Kesombongan pria itu.

"Ada perlu apa kau kemari?" tanya Matt sambil menuangkan segelas whiskey untuk dirinya sendiri. Matt baru sadar bahwa disebelah Van tergeletak bunga baby breath yang tadi ia kirim pada Kenneth.

"Mengembalikan pemberian mu. Steve tidak suka bunga. Apalagi bunga baby breath."

"Aku tidak mengirim bunga itu untuk Steve."

"Really? Lalu kenapa Steve menyuruhku mengembalikannya padamu? Tidak kusangka seleramu berubah, Steve memang mempesona tapi ia tidak suka pria seperti mu."

"Brengsek kau Van. Kau pasti tahu bunga itu untuk siapa."

"Aku tidak tahu Matt. Tapi bagaimana kalau Nick tahu jika kau pernah tidur dengan ibunya?"

Wajah Matt langsung memucat dan Van tersenyum melihat hal itu.

"Kau dan Nick memang bersaudara, tapi kalian berbeda ibu. Bagaimana reaksi Nick kalau tahu kau pernah meniduri ibu tirimu yang tidak lain adalah ibu Nick? Bukankah Liones akan terpecah?"

"Bajingan kau."

"Kau tidak salah kan Matt? Yang bajingan itu kau bukannya aku."

Van bangkit berdiri dan mendekati Matt, "Jangan main-main dengan Red Blood Matt. Kau tidak tahu informasi apa saja yang sudah kita punya untuk menghancurkan Lionis. Termasuk hubunganmu dengan Harry Eduardo. Dan satu lagi, jangan pernah ikut campur dengan kehidupan Steve. Steve dan Kenneth itu satu paket, kalau kau mengusik Kenneth sama dengan kau mengusik Steve. Jadi pikirkan baik-baik sebelum bertindak."

Van pun pergi menuju pintu rumah Matt, setelah menekan beberapa password, pintu tersebut terbuka dan menelan Van dibaliknya.

"Cedric Van brengsek."

Matt melempar gelas whiskeynya hingga pecah beberdera.

Ray sudah diperbolehkan pulang sore itu, alih-alih ikut terbang ke Colorado bersama Felix ia malah memilih untuk menemani Steve di rumah sakit. Dan ini sudah hampir tujuh jam Steve mendiaminya karena kiriman bunga yang tidak ia ketahui siapa pengirimnya.

"Aku tidak tahu siapa itu Matthew Lionel." kata Ray membuat Steve menoleh.

"Kemarilah."

Steve menyuruhnya untuk duduk disebelah pria itu, tepatnya di pinggir ranjang rumah sakit.

"Kau belum menciumku seharian ini."

"Ishhhh."

Steve tertawa melihat ekspresi Ray.

"Kalau tidak sedang sakit sudah ku tendang kau."

"Jahatnya."

Cup

Ray menempelkan bibir mereka tidak lebih dari satu detik.

"Kau sebut itu ciuman?" tanya Steve tidak percaya.

"Memangnya itu tadi apa? Tendangan?" balas Ray tidak ingin kalah.

"Ciuman itu seperti ini sayang."

Steve merangkum wajah kecil Ray dan memiringkan bibirnya, dalam beberapa detik mereka sudah terengah-engah kehabisan nafas.

"Kita benar-benar harus menikah secepatnya Ray. Semakin banyak orang yang menginginkanmu."

"Ya ampun ternyata aku tampan, cantik dan populer juga ya."

Steve tertawa, bisa-bisanya Ray mengatakan hal itu saat mereka tengah dilanda gairah.

"Kamu memang cantik, dan kamu hanya milikku."

"Ekhem.... Sosor terus."

Ray menjauhkan wajahnya dan melihat kedua orang tua Steve beserta Winter dan Bella, berdiri menggoda di depan pintu.

Masih gemetar akibat ciuman Steve, Ray beranjak turun dari tempat tidur dan menghampiri Rain yang hendak memeluknya. Papa Steve, Rain itu mengusap perban yang melingkari kepala Ray dengan wajah sedih dan menanyakan keadaannya. Vante menepuk kepala Ray dengan sayang sebelum beralih pada putranya yang sedang setengah berbaring. Ray juga mendapat pelukan dari Winter dan Bella, mereka membawa baju ganti untuknya.

Suasana kamar yang tadi hening langsing berubah heboh, apalagi dengan celotehan Winter dan Bella. Steve sampai pusing sendiri mendengarnya.

"Bukannya sembuh, aku malah bertambah sakit jika yang menjenguk modelan kayak kalian." seru Steve pada kedua adiknya.

"Halah... kakak suka kan sakit begini? Kak Ray jadi tidak semena-mena sama kakak." sahut Bella. "Bisa manja-manjaan, bisa cium-ciuman."

"Diam kau anak kecil."

Bella langsung cemberut dipanggil anak kecil.

"Yang kau panggil anak kecil ini sudah bisa membuat bayi lho kak." celetuk Winter membuat suasana tambah heboh.

"HEY KAK WINTER!!!" seru Bella dengan suara cemprengnya.

"Apa yang sudah Van lakukan padamu?" teriak Steve.

Bella menggeleng, "Enggak kak, kak Winter bohong. Van anak baik. Bella yang nakal."

"Apa maksudmu? Kau yang merayunya?"

Bella mulai gelagapan, sepertinya ia sudah salah bicara. Kericuhan di kamar tersebut berhenti saat Red memasuki kamar.

Krik..krik.. krik..krik...

"Kenapa dengan kalian?" tanya Rain heran pada anak-anaknya yang langsung berubah menjadi patung.

"Ayo kak Ray, aku temani mandi diluar." Winter menyeret Ray keluar kamar, tentu saja hal itu langsung diprotes oleh Steve.

"Hey disini juga ada kamar mandi."

Winter menulikan telinga dan terus menyeret Ray pergi.

Red yang sudah bisa mengatasi kecanggungan, menyapa hormat pada Vante dan Rain.

"Kalian belum berbaikan?" tanya Bella saat Red mendekat ke arahnya.

"Ya ampun masalah yang itu belum selesai juga?" seru Steve.

Winter dan Red sudah berhubungan cukup lama, bahkan saat Winter masih duduk di bangku senior high school. Status Red sebagai anggota Red Blood pun sudah Winter ketahui, tapi Red pernah hampir meregang nyawa akibat status keanggotaannya tersebut dan Winter menyuruhnya berhenti. Namun Red menolak. Sejak itu hubungan mereka merenggang.

Berbeda dengan Bella yang ngotot ingin bergabung. Van dan Steve langsung menolak mentah-mentah keinginan wanita 20 tahun tersebut.

"Tidak apa-apa." jawab Red pada Steve dan Bella, sepertinya ia sudah terbiasa dengan kelakuan Winter tersebut. Ia memberikan macbook Steve. "Aku sudah mendapatkan yang kau minta, dan semua ada disitu."

"Saat sakit pun kau masih bekerja?" seru Vante yang duduk di sofa bersama suaminya. Vante sibuk dengan tabletnya sedang Rain itu sibuk menyiapkan makan malam mereka.

"Bukan pekerjaan berat dad. Dan ini tidak bisa ditunda." jawab Steve menyalakan macbooknya.

"Apa kakak pernah berpikir kalau kak Steve akan mati?" tanya Winter tiba-tiba.

"Hah?" Ray bingung mendapat pertanyaan mendadak seperti itu.

"Seandainya kak Steve mati apa yang akan kakak lakukan?"

Mereka berhenti di depan pintu kamar mandi khusus penjenguk. Ray menatap adik Steve tidak mengerti.

"Kenapa tiba-tiba kau bertanya seperti itu?" tanya Ray balik.

"Kak Steve punya pekerjaan berbahaya yang bisa merenggut nyawanya, apa kakak tidak pernah berpikir untuk meminta kak Steve berhenti dari itu semua?"

Ray berpikir sejenak sebelum menjawab, "Semua pekerjaan ada resikonya Dan. Jika memang Steve harus kehilangan nyawanya karena itu..."

Ray kembali terdiam memikirkan hal itu, dan ia tidak suka. la tidak suka jika Steve mati.

"Mungkin karena itu sudah takdir Steve." jawab Ray dengan suara sedikit bergetar. la benci memikirkan kemungkinan itu. "Hidup mati manusia bukan kita yang punya kan? Kamu sebagai calon dokter harusnya tahu itu."

Winter tersentak mendengar jawaban Ray. Benar juga? la kan calon dokter, ia yang paling tahu mengenai perjuangan hidup seseorang saat mendekati ajal. la bahkan membantu mereka sekuat tenaga, dan ikut menangis jika tidak bisa menyelamatkan mereka. Tapi kenapa dia egois sekali meminta Red meninggalkan hidupnya? Red Blood adalah nafas Red, Winter sudah tahu hal itu sejak lama. Jahatnya ia meminta Red berhenti dari Red Blood.

"Aku pergi dulu kak."

"Hey..." teriak Ray pada Winter yang meninggalkannya begitu saja.

Mau tidak mau Ray pun masuk ke dalam kamar mandi untuk membasuh tubuhnya. Ray tidak menyangka bahwa akan mendapat kejutan begitu keluar dari sana.

"Seandainya Steve mati, itu berarti kau ditakdirkan untukku,"

Ray mengerjapkan mata mencoba mengenali lawan bicaranya. "Harry?" tanyanya memastikan.

"Ya ampun separah itukah wajahku sampai kau tak mengenaliku."

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Ray sambil meneliti keadaan Harry dari atas ke bawah.

Kemarin dia ingin menghajar pria ini karena sudah melukai Steve-nya, tapi melihat keadaan Harry yang jauh lebih parah dari Steve, Ray mengurungkan niat tersebut.

"Aku dirawat disini." sambil tertatih Harry mulai mendekati Ray.

"Mau apa kau?" Ray beringsut menjauh.

"Aku hanya ingin melihat lukamu."

"Aku baik-baik saja, jadi tolong diam di tempat."

Harry langsung berhenti berjalan, "Kau takut padaku?"

"Aku tidak takut padamu. Aku hanya takut Steve salah paham. Tolong jangan mengkhawatirkanku, karena itu bukan tugasmu. Kita bukan siapa-siapa Harry."

Harry benar-benar terdiam, ia tidak menyangka Ray akan mengatakan hal itu.

"Sudah ku katakan bahwa aku tidak menyukaimu, jadi tolong mengertilah sebelum aku membencimu."

Harry tertawa sumbang, dan Ray tahu bahwa ia baru saja melukai perasaan pria ini.

"Sepertinya aku memang sudah tidak ada harapan ya."

"Pergilah dan jangan temui aku lagi. Sebelum ini kita adalah orang lain dan tidak saling mengenal. Setelah ini pun kita tetap menjadi orang lain bagi satu sama lain. Aku harap kau mengerti maksud dari perkataanku."

Ray beranjak pergi namun saat melewati Harry, pria itu memegang tangannya.

"Aku mencintaimu." bisik Harry.

"Tapi aku lebih mencintai Steve."

Dengan lembut Ray melepas tangan Harry dan kembali melanjutkan langkahnya, tidak menoleh ke belakang dan melihat sesosok tubuh yang merosot jatuh dengan air mata yang perlahan menetes. Ini pertama kalinya Harry menangis karena lelaki submissive.

Van menyaksikan itu semua dalam diam. la baru saja tiba saat Steve memerintahkannya untuk mengawasi Ray yang ditinggal sendirian oleh Winter, Van tidak menyangka bahwa Ray bisa memberikan efek yang seperti itu pada Harry.

Disudut lain uncle George pun hanya menunduk melihat anak majikannya patah hati. Dia ada disini untuk memapah Harry yang masih kesusahan berjalan. Niat ingin mengetahui keadaan Kenneth malah membuat Harry sakit hati. Pria tua itu pun menghampiri Harry.

"Kita pulang tuan muda."

Harry tidak membantah sama sekali, dan membiarkan uncle George membawanya pergi dari sini.

"Apa ada yang sedang kau pikirkan?" tanya Steve pada Ray yang sedari tadi diam saja.

"Hmmm? Tidak ada."

Keluarga Steve sudah pulang, pulang kembali ke Denver maksudnya. Kecuali Winter dan Bella yang memilih menginap di hotel terdekat. Dan kedua orang itu sedang menikmati kencan mereka, terutama Winter yang baru saja berbaikan dengan Red.

"Kulihat dari tadi kau melamun terus."

"Maaf. Akhir-akhir ini aku merasa cepat lelah."

"Kemarilah tidur disini."

Ray mematikan televisi yang sedari tadi tidak ia tonton dan beranjak mendekati Steve. "Kaukan belum selesai bekerja?"

Steve memang mengerjakan sesuatu di macbooknya dari tadi, dan kini benda tersebut Steve letakkan di atas meja nakas.

"Bisa dilanjut besok. Yang tidak bisa menunggu justru kau kan?"

Ray naik ke atas tempat tidur dan mendapat pelukan dari Steve.

"Aku tadi bertemu dengan Harry."

Steve yang menciumi kepalanya langsung berhenti, Van memang sudah melaporkan hal itu, tapi ia tidak menyangka bahwa Ray akan jujur padanya.

"Aku memintanya untuk tidak menemuiku lagi."

Kecupan ringan Steve kembali berlanjut.

"Apakah hal itu yang membuatmu melamun dari tadi?"

"Aku hanya berpikir apakah aku sudah keterlaluan mengatakan hal itu padanya? Sedangkan ia juga mengatakan bahwa ia mencintaiku."

"Dia mengatakan hal itu?"

Ray mengangguk, "Aku hanya membayangkan jika aku berada di posisinya dan kau menolakku, ternyata sakit sekali rasanya."

Steve membawa Ray semakin erat. "Sakit itu hanya sebentar dibanding kau memberi harapan palsu padanya."

"Kau sedang menceritakan pengalamanmu ya?"

"Ya ampun kau nakal sekali. Tunggu aku sembuh ku balas kau. Dengan ini sudah tiga kali kau menjahiliku. Lihat saja nanti."

Ray tertawa.

"Aku sudah mengatakannya pada Daddy dan Papa."

"Hmmm?"

"Menikahimu."

"Lalu mereka bilang apa?"

"Mereka menunggu mu. Kalau kau bilang iya, maka semua akan dipersiapkan secepatnya. Aku disuruh membicarakannya denganmu dulu."

Ray tidak menjawab.

"Apakah kau tidak mau menikah denganku?" tanya Steve karena ia hanya mendapat keheningan dari Ray.

"Siapa yang bilang tidak mau?"

"Lalu?"

"Aku hanya merasa ini terlalu cepat."

"Apakah kau ada perasaan pada Harry?"

Ray mendongak dengan cepat, "Bukan. Tidak sama sekali. Aku cuma kasihan saja padanya."

Steve memutar Ray agar menghadap ke arahnya.

"Lalu apa yang membuatmu ragu?"

"Apakah setelah kau tidak membutuhkanku lagi, kau akan membuangku seperti kau membuang Milla?"

Steve tak percaya mendengar pertanyaan bodoh itu keluar dari bibir Ray, "Pertanyaan bodoh dari mana itu?"

Steve memukul kepala Ray dengan pelan.

"Perasaanku padamu dan perasaanku pada Milla itu berbeda. Aku mencintaimu tapi aku tidak pernah mencintai Milla." Steve menangkup pipi Ray, "Aku memang sudah bersamanya selama bertahun-tahun, tapi hanya ada seks di antara aku dan dia. Berbeda halnya denganmu. Aku mencintaimu dan aku ingin bercinta denganmu. Kau tahu perbedaannya kan?"

Ray mengangguk dan menyambut bibir Steve.

"Kau masih sakit Steve." desah Ray saat Steve membuka kancing bajunya.

"Aku ingin memberimu satu hukuman." ucap Steve sebelum mengulum nipple Ray yang baru saja ia singkap. "Hukuman yang lain akan menyusul."


Maafkan ak yg membuat cast soobin menjadi brengsek skkssksk('༎ຶ ͜ʖ ༎ຶ ') tp ak ttp mncntai soobin kok😗

disini jg Harry mnjd sadboy huhuhu, pdhl haruto jg bias sy di trejo maafkan ak y haruto👉👈😔

sekian trimss💖

Don't forget to vomment, sorry for the any typos and thank you for the reading ❤

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 65.5K 96
Highrank ๐Ÿฅ‡ #1 Literasi (24 November 2023) #1 Literasi (30 Januari 2024) #3 Artis (31 Januari 2024) #1 Literasi (14 Februari 2024) #3 Artis (14 Fe...
10.7K 1.3K 11
________________ แต€แต‰โฟแต—แตƒโฟแต แดดแตƒโฟ แดถโฑหขแต˜โฟแต หขโฑ แตแตƒสฐแตƒหขโฑหขสทแตƒ สณแตƒโฟแต—แตƒแต˜ สธแตƒโฟแต แตแต‰โฟแถœแต’แต‡แตƒ แตแต‰โฟแถœแตƒสณโฑ แต–แต‰แตแต‰สณสฒแตƒแตƒโฟ แตˆโฑ โฑแต‡แต˜ แตแต’แต—แตƒ. แดธแตƒหกแต˜ แต‡แต‰สณแต—แต‰แตแต˜ แดธแต‰แต‰ แดนโฑโฟสฐแต’ แต–แต‰แตแต˜แตˆแตƒ แถœแตƒแถœแตƒแต— สธแตƒโฟแต แตแต‰สณแต˜แต‡แตƒสฐ...
YES, DADDY! By

Fanfiction

315K 2K 10
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar
18.3K 2.3K 14
Ketika dua orang asing dipaksa untuk bersatu,hanya karna kesalah pahaman konyol yang sudah direncanakan Started : 4 januari 2020 End : ? ยฉKuachirix