Love Shoot! | Sungsun โœ”

By piscesabluee_

133K 13.1K 1.5K

[COMPLETED] "Fuck a princess, I'm a King." Kenneth Raymond, adalah seorang cucu laki-laki dari pemilik perusa... More

-PROLOG
-Meet The Characters
One
Two
Three
Four
Five
Six
Seven
Eight
Nine
Ten
Eleven
Twelve
Thirteen
Fourteen
Fiveteen
Sixteen
Seventeen
Eighteen
Nineteen
Twenty
Twenty One
Twenty Two
Twenty Three
Twenty Five
Twenty Six
Twenty Seven
Twenty Eight
Twenty Nine
Thirty
INFORMATION

Twenty Four

2.8K 334 26
By piscesabluee_

"Di sebelah mana dia menciummu?" Steve sudah memegang tengkuk Ray dan mendekatkan wajah mereka.

"Jangan mulai Steve, kau sedang sakit."

Ray meletakkan telunjuknya di depan bibir Steve yang hendak memagut bibirnya. Pria itu malah mengulum jemari Ray hingga Ray dihinggapi perasaan aneh.

"Seperti itulah rasaku saat aku ada di dalam mu." bisik Steve sebelum melumat bibir merah milik kekasihnya.

Ray memegang bahu Steve untuk berpegangan, kalau tidak mungkin dia sudah roboh. la heran kenapa Steve masih bisa menciumnya seganas ini, padahal laki-laki itu sedang sakit.

"Apakah dia menciummu seperti ini?"

Steve sudah menurunkan bibirnya untuk mengecup leher Ray.

Ray menggeleng.

"Seperti ini?" Steve memasukkan lidahnya dan Ray langsung mengerang.

"Aarggh..." Steve mengernyit saat dadanya terasa nyeri.

Entah sejak kapan Ray sudah ia rebahkan di atas tempat tidur, bibir yang bengkak akibat ciumannya, dan kancing baju yang terbuka bagian atasnya.

Sial. Seandainya tubuhnya tidak sedang sakit mungkin Ray sudah ia makan habis-habisan.

Steve menempelkan kening mereka dan berbisik, "Tunggu aku sembuh ya."

Ray terkekeh, "Jangan sakit sering-sering ya. Aku jadi tidak bisa menyiksamu."

Steve mengerang, "Tunggu saja pembalasanku."

Ray tertawa dan mendorong tubuh Steve agar ia bisa bangun, "Ayo tidur."

"Tidur disini ya?" pinta Steve.

"Hmmm"

Steve dan Ray tidur diranjang sempit itu sambil berpelukan.

"Setelah aku sembuh, maukah kau menikah denganku?"

"Hmmm kenapa buru-buru sekali?"

Ray menggenggam tangan Steve yang memeluknya dari belakang.

"Aku hanya takut kejadian hari ini terulang. Belum lagi  Harry sepertinya ada perasaan tersendiri padamu."

"Tapi aku kan tidak suka dengannya."

"Kenapa?"

"Hmmm?"

"Kenapa kau tidak suka dengannya?"

"Kau ingin aku suka dengannya?" Ray mendongak pada Steve dan mendapat kecupan ringan di ujung hidungnya.

"Tidak. Aku hanya ingin tahu alasannya saja."

Ray menggeleng, "Tidak tahu. Aku hanya tidak suka saja, apalagi saat melihatnya atau didekatnya. Tidak seperti..."

Steve menunggu lanjutan cerita Ray.

"Tidak seperti apa?" tanyanya saat Ray diam untuk waktu yang lama.

"Tidak seperti kita. Aku mengantuk Steve, sepertinya efek obat yang kuminum mulai bereaksi."

Steve tersenyum mendengar hal itu, ia mencium puncak kepala Ray.

"Tidurlah."

Nicholas dan Matthew langsung terbang menemui Harry, mereka terbelalak tak percaya melihat kondisi Harry yang babak belur.

"Siapa yang berani melakukan hal ini padamu brother?" Nick, panggilan singkat Nicholas mendekati Harry dan duduk di sebelah pria yang matanya bengkak sebelah itu.

"Apa kami perlu membereskannya juga?" tanya Matt.

Harry mengangkat sebelah tangannya agar kedua kakak beradik Lionel diam.

"Kalian bawa pesananku?"

Matt langsung memerintahkan salah satu anak buahnya membuka paket yang ia bawa. Harry hanya mengangguk singkat dan paket tersebut langsung ditutup kembali.

Nick dan Matt sangat menghormati Harry sejak lama, karena itu mereka sangat mendesak Harry agar mau bergabung dengan kelompok mereka sejak lama. Apalagi dengan nama Eduardo yang dimilikinya, sudah pasti akan menjadi nama Lionis semakin meluas. Mereka tidak keberatan jika harus menjadikan Harry sebagai ketua Lionis, karena banyak kelompok mafia yang ingin pria itu bergabung. Termasuk ayah Harry sendiri, meski kelompok Eduardo mengatakan sudah pensiun, tapi tidak sekali dua kali mereka mendengar nama tersebut pada lelang pasar gelap. Dan sudah bukan rahasia lagi kalau Eduardo senior meminta Harry untuk pulang dan menggantikan posisinya memegang Eduardo Sea.

Seperti yang sudah bisa diduga, Harry yang memiliki jiwa bebas mengabaikan hal tersebut. Nick dan Matt bahkan tidak percaya saat sore tadi Harry menghubunginya dan setuju untuk bergabung dengan mereka, meski dengan mengajukan syarat yang sungguh konyol. Kepala Jackson Videl, bajingan pengecut yang tidak ada apa-apanya itu?

Cih...

Dan sekarang saatnya mencari tahu alasan Harry sebenarnya. Setelah bertahun-tahun hidup bebas tanpa aturan, tidak mungkin segampang itu Harry langsung memutuskan untuk bergabung dengan mereka. Pasti ada alasan besar dibalik kesediaannya.

"Jadi siapa yang sudah menghajarmu sampai seperti ini?" tanya Nick lagi.

Matt memperhatikan wajah Harry dan baru ingat bahwa kondisi Steve tadi tidak jauh berbeda dengan pria ini. Apa mungkin keduanya berkelahi?

Sudah bukan rahasia lagi jika Harry selalu mengikuti apapun yang Steve lakukan, jika mereka dekat dengan Harry karena dia ramah, beda lagi dengan Steve. Pria dingin itu tak tersentuh, belum lagi Red Blood yang dimilikinya. Kadang kala Lionis ingin sekali menggulingkan Red Blood tapi melihat sosok Steve membuat mereka berpikir ulang. Karena itu mereka butuh Harry, satu-satunya orang yang berani menghadapi Steve Smith.

Memang selama ini Red Blood tidak mencari masalah dengan mereka, hanya saja Matt tidak suka jika ada yang lebih ditakuti selain Lionis. Semoga dengan bergabungnya Harry, mereka bisa menyingkirkan kelompok darah merah tersebut. Apalagi Matt tidak suka dengan senyum Van yang seakan meremehkannya.

"Apakah Steve Smith?" tanya Matt membuat Nick kaget.

"Smith? Benar juga, wajahnya tadi tidak berbeda jauh denganmu." kata Nick.

"Dia juga ada disana tadi?" tanya Harry.

Nick mengangguk.

Itu berarti luka Steve tidak separah lukanya. Pikir Harry muram. Steve masih bisa datang menyelamatkan Ray sedangkan ia bangun saja sudah tidak sanggup. Sial. Harry tidak suka seperti ini.

"Benar Smith kan?" tebak Matt lagi.

Harry malah mengatakan hal lain, "Mungkin setelah aku membaik aku akan ke markas Lionis. Terima kasih kalian sudah mau repot-repot datang kemari."

"Kau mengusir kami?" tanya Matt tidak percaya.

"Aku ingin istirahat Matt." Harry mengangkat lengannya untuk menutup matanya yang terpejam.

"Besok lusa kami akan mengunjungimu lagi," kata Matt dan mengajak kakaknya untuk pergi.

"Lelaki itu." bisik Matt pada Nick saat mereka sudah keluar dari kamar Harry.

"Lelaki yang mana?"

"Lelaki yang ada dalam pelukkan Steve Smith tadi. Pasti lelaki itu yang menjadi alasan Harry dan Steve baku hantam."

"Kau tahu dari mana?"

"Berapa tahun kita mengenal Smith Nick? Dan baru kali ini aku melihatnya dengan seorang lelaki yang sepertinya submissive, di markas Videl. Belum lagi anggota Red Blood yang juga berada disana? Kau pikir untuk apa Steve membawa mereka semua menemui Videl jika bukan karena lelaki itu? Pasti lelaki itu ditawan oleh Videl dan membuat Steve murka hingga mengerahkan seluruh anggota Red Blood untuk kesana. Bertahun-tahun kita mengenal Red Blood, ini pertama kalinya mereka melakukan penyerangan. Dan apakah kebetulan jika disaat yang sama Harry menginginkan kepala Videl? Sudah pasti jawabannya adalah lelaki itu. Lelaki yang membuat Smith dan Eduardo berkelahi. Aku jadi penasaran dengannya, bagaimana kalau kita cari tahu tentangnya."

"Dasar manja." gerutu Felix melihat Steve sedang makan dan disuapi oleh Ray.

"Kau irikan?" balas Steve membuat Felix berdecak.

"Tidak sama sekali. Aku pikir kau tidak akan menjadi budak cinta Ray."

"Jangan mulai Felix." kata Ray.

"Selamat pagi."

Pintu kamar Steve kembali terbuka, dari situ muncul Vin, Sam, Bryan, dan Axell. Ray melongo melihat pembunuh bayaran itu tersenyum manis sambil membawa satu keranjang berisi buah-buahan.

"Tadinya aku ingin membawa bunga turut berduka cita, tapi ternyata kau belum mati." kata Vin sambil nyengir hingga matanya tidak kelihatan.

"Brengsek kau." umpat Steve.

"Jangan banyak mengumpat. Kualat lho nanti." ujar Sam.

Ray mendapat pelukan dari Bryan dan juga Axell.

"Kok?" ucap Ray pada Axell yang menikmati kekagetan Ray.

"Kamar rawat mu disini?" tanya Bryan membuat Ray menggeleng.

"Di sebelah."

"Ayo kita kesana. Biarkan para Seme disini."

Bryan pun berpamitan ingin mengajak Ray dan Axell ke kamar sebelah. Steve melihat kepergian mereka dengan pandangan tidak rela yang tertuju pada Ray.

"Ya ampun ditinggal ke sebelah saja kayak mau ditinggal mati." Sam menampol wajah Steve dengan pelan.

"Ngapain sih kalian kesini? Mengganggu saja." seru Steve.

"Dasar tidak tahu diri." balas Vin.

"Seharusnya aku menyuruh Eduardo untuk menghabisimu saja," kata Felix menarik perhatian Steve, Vin, dan Sam..

"Eduardo?" kata Erick.

"Harry Eduardo dan Steve berkelahi karena memperebutkan Ray."

"Really?" Vin dan Sam berteriak bersamaan. Mereka mulai menggoda Steve dan tersenyum tidak jelas.

Dante mengumpati Red dalam hati karena membocorkan hal tersebut pada Felix.

"Kau melakukan kekerasan karena lelaki?" Vin sudah merangkul bahu Steve dan berbisik pada telinga pria tersebut.

"Unbelievable." sahut Sam dengan senyum jail.

"Wah.. kau sudah jadi budak cinta ya." "Harusnya kita merayakan hal ini kan Vin."

"Kau benar Sam. Kapan lagi melihat Steve Smith lepas kendali gara-gara lelaki?"

"Hentikan kekonyolan kalian." seru Steve.

"Memangnya dia tidak pernah seperti ini?" tanya Felix dan mendapat gelengan dari Vin dan Sam.

"Steve tidak pernah berkelahi karena memperebutkan lelaki ataupun wanita. Para wanita dan lelaki lah yang sering berkelahi memperebutkan Steve." jawab Vin.

"Ya ampun... pria jelek ini ternyata populer juga." kata Felix membuat Vin dan Sam melongo.

"Memangnya Steve jelek?" tanya Sam, wajah sekelas Steve aja dibilang jelek, bagaimana dengan wajahnya.

"Tentu saja. Aku masih jauh lebih tampan dari dia."

"Iyain aja lah." gumam Steve.

༺ღ༒ Love Shoot! ༒ღ༻

"Kau ada hubungan dengan Sam Ricardo?" tanya Ray pada Axell begitu mereka berada di dalam kamar Ray.

"Begitulah."

"Bagaimana bisa? Kapan kalian kenalan?" tanya Ray penasaran.

"Kau ini kenapa sih? Orang dekat sama Sam kok gak boleh." seru Bryan.

"Bukan begitu. Aneh saja. Bryan yang sahabatku dapat Vin yang juga sahabat Steve, sekarang kau dapat Sam yang juga sahabat Steve." "Itu berarti kita memang berjodoh." jawab Axell dengan gampang.

"Dia tahu siapa kau sebenarnya?"

"Emang Axell siapa? Iron Man? Batman?" tanya Bryan tidak mengerti tapi diabaikan oleh Ray.

Axell mengangguk, "Kemarin dia baru ikut denganku melakukan misi di Texas."

Ray melongo lagi, "Dia tidak keberatan?"

"Dia malah ingin ikut pada misi selanjutnya."

"Misi apa sih?" tanya Bryan semakin tidak mengerti.

"W...ow..." hanya itu yang bisa Ray ucapkan. Padahal ia tidak bisa berhenti berpikir bagaimana Sam bisa menerima itu semua, Axell seorang pembunuh bayaran, dan dia tidak keberatan berkencan dengan Axell apalagi Axell lelaki submissive. Belum lagi Sam rela ikut melakukan aksi pembunuhan.

"Kau menyukainya?" tanya Ray.

"Menurutmu?"

Melihat senyum Axell seharusnya Ray tidak perlu bertanya lagi. Mungkin Sam memang sudah ditakdirkan untuk Axell.

"Kalian membicarakan apa sih? Misi apa?" tanya Bryan lagi.

"Diamlah Bryan." ujar Ray.

Axell mendekati Ray dan meletakkan lengannya diatas bahu Ray, "Jadi apa berita itu benar? Kalau Steve berkelahi untuk memperebutkanmu."

"Kau dapat berita tidak benar itu dari mana?" Ray mulai beranjak untuk berbaring di atas tempat tidurnya.

"Wah... kau beruntung sekali Ray. Steve rela mempertaruhkan nyawa untuk mu." kata Bryan.

"Apa sih kalian berlebihan. Mana ada yang seperti itu."

"Red Blood melakukan penyerangan adalah hot news yang harus dicatat dalam sejarah." bisik Axell. "Selama ini mereka terkenal dengan ketenangan mereka, tapi begitu kau diculik... boom... apakah ini berarti status nyonya Smith akan segera kau ambil?"

"Kalian bisik-bisik apa sih?"

"Aku hanya minta pendapat pada Ray, Seme paling suka posisi apa dalam bercinta. Aku mau mempraktekkannya dengan Sam."

"Hah?" Bryan melongo.

"Dasar sinting." gerutu Ray.

"Ada kiriman bunga untuk tuan Kenneth Raymond."

Ray melirik keberadaan Steve yang memandang kedatangan seorang suster dengan tatapan tidak suka.

"Jika bunga itu dari Harry Eduardo tolong dibuang saja," kata Steve. Baru saja ia menyusul Ray kedalam kamar uke² itu, ada saja yang mengganggu kesenangannya. Vin mengambil bunga baby breath ungu tersebut dan mengucapkan terima kasih. Ia berbalik saat sang suster pergi.

"Semoga lekas sembuh dari Matthew Lionel."

Semua orang yang mendengar hal itu. menunjukkan ekspresi beragam. Steve yang menggeram marah, Axell dan Felix yang menyeringai jahil karena mereka tahu siapa itu Matthew Lionel, Ray, Bryan, dan Sam yang kebingungan. Dan Vin yang tersenyum super manis saat memberikan bunga itu pada Ray. Belum sempat Ray menerimanya, Steve sudah merampas bunga itu dan membuangnya ke tempat sampah.

"Apalagi sekarang." gerutunya.

"Siapa Matthew Lionel Ray?" tanya Bryan.

"Tidak tahu."

Ray yakin Steve tahu, melihat ekspresi dan reaksi pria itu sudah pasti Matthew ini makhluk yang sejenis dengan Harry. Dan itu berarti Ray harus menjauhinya.

"Wah... kau populer sekali ya Ray." kata Vin.

"Adikmu hebat juga." ucap Axell yang hanya bisa didengar oleh Felix.

"Tentu saja. Siapa dulu kakaknya."

Felix memang datang sendiri, ia tidak mengijinkan Will ikut karena kehamilan lelaki itu. Dan Felix cukup senang bisa menjenguk adik dan calon adik iparnya ini, ia pun sudah tahu siapa yang jatuh cinta lebih dulu diantara Steve dan Ray. Sudah pasti pria yang sedang marah-marah ini. Sebentar lagi mungkin ia akan mendengar berita tentang penyerangan Red Blood menuju kelompok Lionis.

Felix tidak menyangka bahwa Ray bisa mempunyai pengaruh yang begitu besar pada dunia underground. Mungkin berita perkelahian Steve dan Harry sudah tersebar ke semua kelompok dan menjadikan Ray obyek keingintahuan mereka. Hal ini bukan berita baik dan nyawa Ray adalah taruhannya. Satu-satunya jalan adalah menikahkan Steve dan Ray secepatnya. Agar semua orang bisa tahu, kepunyaan siapakah lelaki submissive yang bernama Kenneth itu.

Seandainya Steve dan Ray sudah menikah, sudah pasti tidak akan ada yang berani menyentuh Ray. Karena menyentuh tuannya Steve Smith sama dengan mati.


Don't forget to vomment, sorry for the any typos and thank you for the reading ❤

Continue Reading

You'll Also Like

58.1K 8.4K 27
Sunghoon dan Sunoo, dua anak manusia dengan perbedaan yang sangat bertolak belakang, dua anak manusia yang seharusnya tidak pernah bersua ini pada ak...
14.9K 2.1K 17
Bagaikan hidup di dalam utopia, Sunoo selalu mendapatkan apa yang ia inginkan dengan sekali jentikan jari. Keinginannya adalah mutlak dan tak terbant...
107K 25.8K 16
video spesial dari changbin dan felix setelah tiga tahun mereka berpisah. video!au sequelโ†’ cek di @felbiexโฃ
1.4K 757 13
Cerita tentang 3 saudara kehilangan peran seorang ayah dan ibu dalam kehidupan,gimana kelanjutannya ayok baca "bang kalau papa masih di sini,kita pas...