Takdir Cinta (TAMAT)

By Qori48

1.4K 71 9

Dua insan yang saling jatuh cinta. Namun cinta mereka terhalang perbedaan. Akankah Jung Yoon dan Anaya bisa b... More

Takdir Cinta
Sebuah Perpisahan
Berusaha Untuk Tegar
Merantau Ke Jakarta
Masa Lalu Yang Menyakitkan
Bayang-bayang Masa Lalu
Sebuah Perjodohan
Cinta Terhalang Perbedaan
Pertemuan Jung Yoon Dan Hyun
Hyun Kembali Ke Jakarta
Tak Ingin Kehilangan
Pertemuan Ibu Dan Anak
Rencana Pendekatan
Perdebatan Antar Sahabat
Pindah Ke Jakarta
Murid Baru
Terbongkarnya Rahasia
Memberi Hadiah
Kekecewaan Yang Mendalam
Memperjuangkan Cinta
Memegang Teguh Sebuah Janji
Pertunangan Araa Dan Hyun
Pertemuan Jung Yoon dan Anaya
Salah Paham
Pernikahan Jung Yoon Dan Anaya
Malam Pertama
Rumah Baru
Honeymoon Ke Paris
Drama Hyun Dan Araa
Sarapan Pagi
Cupcake
Lunch In Paris
Mendambakan Kehadiran Buah Hati
Kabar Baik Dan Kabar Buruk
Melahirkan
Kenyataan Yang Pahit
Surat Dari Anaya

Bayang-bayang Rindu

64 2 0
By Qori48

Lelehan hangat pun terjatuh menyusuri pipi tirus Nyonya Min.

"Tidak, tidak mungkin! Kamu pasti bohong kan, Yoon!!??"

Nyonya Min menatap Jung Yoon dengan tangisnya yang pecah.

"Jung Yoon enggak bohong, Ma! Hiks hiks."

Nyonya Min berusaha untuk bangun namun ia kesulitan karena kepalanya yang terasa sakit.

"Akh, kepalaku kenapa sakit sekali."

Dae Hyun dan Jung Yoon yang menyadari itu langsung menghampiri sang Ibu untuk membantunya berdiri, dan Eun Ju hanya diam memperhatikan dari kejauhan. Ia takut Nyonya Min akan marah jika ia mendekatinya.

"Mama! Sini Hyun bantuin."

"Hyun, tolong antar Mama ke Papa! Hiks hiks, Mama mau lihat Papa hiks hiks."

Mereka berdua langsung membantu Ibunya berjalan menghampiri jenazah Tuan Min.

"Papaaa...maafin Mama Pa! Mama menyesal hiks hiks, kalau saja Mama tidak memaksa Papa untuk berhenti, semuanya tidak akan terjadi hiks hiks."

Jung Yoon dan Hyun mengernyit lalu saling pandang karena merasa ada yang aneh dari ucapan Ibunya, terutama Jung Yoon.

"Memaksa untuk berhenti? Jadi itu sebabnya mobil Papa hampir nabrak gue!!??" batin Jung Yoon.

"Maksud Mama apa?" tanya Jung Yoon menuntut.

Nyonya Min tersentak, bukannya menjawab pertanyaan dari Jung Yoon, ia malah menatap ke arah Eun Ju dengan tatapan yang membunuh.

"Hiks hiks, ini semua gara-gara kamu!! Kamu penyebab masalah, dasar perempuan pembawa sial!!"

Mereka bertiga terperanjat terutama Eun Ju, kenapa Nyonya Min malah menyalahkan Eun Ju yang jelas-jelas tidak tahu apa-apa.

"Maksud Mama apa? Kenapa Mama menyalahkan Eun Ju??"

Hyun pun angkat bicara, karena tak terima kekasihnya di salahkan dengan alasan yang tidak jelas.

"Asal kalian tahu, karena dia Mama dan Papa bertengkar sampai kita mengalami kecelakaan."

Nyonya Min berjalan menghampiri Eun Ju sembari tertatih-tatih karena kakinya yang terasa sakit.

"Sini kamu!"
Tangannya terulur berusaha untuk menjambak rambut panjang Eun Ju.

Sontak Eun Ju pun langsung menghindar dengan menarik langkah.

Tapi untung saja Hyun dan Jung Yoon dengan cepat menahan Ibunya.

"Maafkan saya Nyonya!? Saya tidak tahu salah saya apa?" Eun Ju tak kuasa menahan isak tangisnya, sebegitu bencinyakah wanita itu padanya?.

"Ma, cukup Ma! Kenapa Mama menyalahkan Eun ju?? Eun Ju tidak tahu apa-apa, Ma!" Hyun mencoba untuk membela kekasihnya.

"Iya, benar Ma, Mama jangan menutupi kesalahan Mama dengan menyalahkan orang lain!"

Sambung Jung Yoon yang sejak tadi sudah sangat geram melihat sikap Ibunya.

"Lepasin Mama! Terus maksud kalian apa?? Kalian nyalahin Mama atas meninggalnya Papa, iya!!??"

Mereka berdua hanya diam tertegun. Entahlah, mereka juga bingung. Menyalahkan Ibunya pun tak ada gunanya, Papanya juga tidak akan hidup kembali.

"Ini juga salah kamu, Hyun ! Jika saja kalau kamu mau menerima perjodohan itu, Mama dan Papa tidak akan bertengkar. Tapi kamu malah lebih memilih perempuan miskin ini, Mama yakin dia tidak benar-benar mencintai kamu, pasti dia hanya mengincar harta keluarga kita."

Nyonya Min menatap Eun Ju dengan penuh kebencian.

"Cukup Ma!" bentak Hyun.
Dae Hyun sungguh tidak tahan dengan sikap Ibunya yang terus menyalahkan orang lain atas kesalahannya sendiri.

"Hyun, lebih baik aku pulang saja ya, benar apa kata Mama kamu, aku cuma perempuan miskin yang tidak pantas untuk pria kaya seperti kamu,"
Eun Ju mengambil napas sejenak sebelum melanjutkan ucapannya, "Tapi maaf Nyonya, saya memang miskin, tapi saya tidak seperti apa yang Nyonya pikirkan! Saya tulus mencintai Hyun, jadi saya tidak ada niat sedikit pun untuk menguasai harta keluarga Nyonya. Kalau Nyonya mau saya pergi dari hidup Hyun, saya akan lakukan itu. Saya permisi."

Eun Ju langsung pergi keluar dengan tangisnya yang pecah. Sungguh, rasanya sakit sekali mendengar hinaan dari Nyonya Min.

"Sayang, tunggu!" Hyun mencoba untuk mengejar Eun Ju namun lengannya di tahan oleh Nyonya Min.

"Selangkah saja kamu mengejar dia, Mama akan hapus nama kamu dari keluarga Min."

Pria itu hanya diam tertegun, tangannya mengepal kuat, bibirnya mengatup rapat diiringi suara gemeretak dari gigi-giginya yang saling beradu, napasnya naik turun tak beraturan, karena sekuat tenaga menahan sirap hati.

Sungguh, ia tak bisa apa-apa. Kalau sampai ia di usir dari rumah, nanti siapa yang akan menemani Jung Yoon. Bahkan Jung Yoon pernah mengatakan jika dirinya pergi dari rumah maka Adiknya pun juga akan pergi dari rumah.

***


Keesokan harinya, jenazah Tuan Min baru dimakamkan. Keluarga serta kerabat turut hadir mengantarkan jenazah ke peristirahatan terakhir.

Setelah acara pemakaman selesai, mereka memutuskan untuk kembali ke rumah.

"Hyun, Yoon, Mama mau bicara sebentar!"

"Maaf Ma, aku capek," balas Jung Yoon yang langsung pergi menaiki anak tangga menuju kamarnya.

"Benar-benar anak itu."

Lalu Nyonya Min menatap Hyun yang masih diam tertegun melihat Adiknya yang pergi begitu saja.

"Hyun? Mama mau bicara sama kamu."

Nyonya Min mendudukkan tubuhnya di sofa ruang tengah. Lalu di susul Hyun yang ikut duduk berhadapan dengan Ibunya.

"Mama akan melangsungkan pertunangan kamu dengan anaknya teman Mama minggu depan, jadi kamu jangan berhubungan lagi dengan perempuan miskin itu."

"Tapi, Hyun cinta sama Eun Ju Ma, lagi pula kita masih dalam suasana duka, dan bisa-bisanya Mama mengadakan pesta!?" Hyun menatap nanar pada Nyonya Min, bisa-bisanya Ibunya membuat pesta pertunangan dalam suasana yang masih berduka.

"Cih, cinta? Kamu tidak akan kenyang hanya dengan cinta, tidak ada salahnya kan, lebih cepat lebih baik! Dan jangan bawa-bawa masalah duka!!"

"Tapi Ma-!?"

"Tidak ada tapi-tapian!!" sentak Nyonya Min.

Pria itu terperanjat, lagi-lagi ia harus menahan amarahnya. Tangannya terkepal kuat lalu menonjok sofa yang ia duduki untuk melampiaskan murkanya. Tak ingin berlama-lama berhadapan dengan wanita yang berstatus sebagai Ibunya, ia pun beranjak dari duduknya meninggalkan Nyonya Min dengan perasaan yang sangat amat meradang.

***

Tok, tok, tok.

"Yoon? Kakak boleh masuk tidak?"
"Iya, masuk aja!"

Ceklek.

Terlihat Jung Yoon tengah berdiri di balkon kamarnya, lalu menoleh dengan senyum yang terpatri di wajahnya, namun seketika dahinya berkerut melihat wajah sang Kaka tengah merengut.

"Ada apa, Kak?"
Terdengar helaan napas kasar dari Hyun.

"Ck, Kakak cuma kesal aja sama Mama Yoon, dia nyuruh Kakak untuk tunangan minggu depan dengan anaknya teman Mama, bahkan Kakak belum pernah melihat wajahnya. Mana bisa Kakak menikah dengan wanita yang tidak Kakak kenal."

Tangan Jung Yoon terulur memegang bahu bidang sang Kakak yang terlihat kuat namun rapuh di dalam, bibirnya sedikit melengkung ke bawah, ia merasa iba pada Kakaknya. Namun Jung Yoon tak bisa berbuat apa-apa, hanya mampu menuturkan kata sabar.

"Lo yang sabar ya, Kak! Sorry, gue gak bisa bantu apa-apa."

"Tidak apa-apa, Yoo. Kakak ke sini hanya mau curhat aja sama kamu" Hyun pun memaklumi, karena jujur saja ia tak mengharapkan bantuan apa-apa dari Adiknya yang hanya akan berakhir dengan kekecewaan.

"Kalau aja Papa gak minta gue untuk bertahan di rumah ini, gue udah pergi dari sini, Kak."

Hyun mengerutkan dahinya, tak mengerti maksud dari ucapan Jung Yoon.

"Maksud kamu?"

"Pas gue bawa Papa ke rumah sakit pakai ambulans, Papa sempat berpesan sama gue, kita berdua jangan pernah tinggalin Mama apa pun keadaannya, dan Papa yakin suatu saat nanti Mama pasti akan berubah."

Hyun pun diam tertegun setelah Jung Yoon memberi tahu pesan terakhir dari almarhum Papanya. Ia sangat menanti sebuah perubahan dari sang Ibu, hanya berpegang teguh pada kalimat suatu saat nanti.

Karena bagaimana pun orang tuanya, baik buruknya mereka, Hyun dan Jung Yoon harus tetap berbakti kepada mereka. Dan sudah merupakan kewajiban bagi setiap anak. Karena dengan tulus ikhlas, orang tuanya sudah berjasa merawat dan membesarkan mereka.

"Iya, benar apa kata Papa, Yoon, bagaimana pun Mama itu Ibu kandung kita, yang sudah mengandung dan melahirkan kita."

Jung Yoon hanya mengangguk membenarkan ucapan dari Hyun.
"Terus, lo mau nerima pertunangan itu?"

Hyun hanya terdiam, ia juga tidak tahu. Masalahnya Hyun masih sangat mencintai Eun ju.

"Kakak juga tidak tahu, Yoon. Kakak masih cinta sama Eun Ju."

"Kalau lo cinta sama dia, lo harus perjuangin dia dong, Kak!"

Hyun hanya tersenyum miris, mendengar kata berjuang yang sama sekali tidak ada hasilnya sampai saat ini. Dia sudah hampir satu tahun berjuang bersama Eun Ju, tapi sampai sekarang Ibunya masih belum memberi restu pada hubungan mereka.

"Kakak sudah capek, Yoon. Kakak sudah tidak mau lagi bertengkar dengan Mama."

Terdengar helaan napas kasar dari mulut Jung Yoon, entah sudah berapa kali ia menghela napas hari ini.

Sungguh, rasa sesak di dadanya membuat ia lelah dengan kehidupannya sendiri.

"Ya itu sih terserah lo Kak, gue akan dukung apa pun keputusan lo, selagi itu bisa bikin lo bahagia. Tapi, setidaknya lo harus ngomong sama Eun Ju, kalau lo udah gak bisa berjuang lagi sama dia. Yaa anggap aja perpisahan terakhir."

Jung Yoon memberi saran pada Hyun untuk menemui kekasihnya, sebelum Hyun menikah dengan wanita pilihan dari sang Ibu.

"Tapi kalau Mama sampai tahu gimana?"

"Tenang aja! Masalah Mama biar gue yang atur," Jung Yoon menaik turunkan alisnya.

"Makasih ya Yoon, kamu udah mau bantu Kakak."

"Iya sama-sama, ya udah sekarang lo coba hubungi Eun Ju dulu!"

"Oke."

Hyun merogoh ponsel di saku celananya, lalu ia mengirimkan pesan pada Eun Ju.

"Gimana?" tanya Jung Yoon.

"Iya dia mau, tapi katanya dia tidak mau ketemuan di kontrakan dia, dia mau ketemuan di tempat lain."

"Oh, ya enggak masalah mau ketemuan di mana juga, yang penting lo bisa ngobrol sama dia."

"Iya."

Mungkin sudah saatnya Hyun harus melepas dan mengikhlaskan cintanya, bukan berarti ia menyerah. Namun ia menyadari bahwa ada hal yang tak bisa dipaksakan. Terlebih itu menyangkut restu orang tua.

***


Hyun tengah berdiri di pinggir jalan dengan pakaiannya yang sudah rapi, tangannya menggenggam satu buket bunga mawar kuning dicampur dengan bunga marigold untuk di berikan pada Eun Ju.

Yang di mana kedua bunga itu melambangkan sebuah perpisahan.
Tak lama sebuah taksi berhenti di seberang jalan, terlihat sosok gadis yang sejak tadi ia tunggu. Wanita yang sangat ia cintai pun yang sudah menghiasi hari-harinya. Namun nahas, ini adalah hari terakhirnya dengan sang kekasih yang sebentar lagi akan berubah status menjadi mantan kekasih, pria itu ingin hubungan mereka berakhir secara baik-baik.

Eun Ju mengulas senyuman manis pada Hyun, ia melambaikan tangannya sebelum menghampiri kekasihnya.
Karena terlalu fokus pada Hyun, Eun Ju tidak menengok ke kanan dan kiri sebelum menyeberang, dan tiba-tiba saja ada mobil yang menghantamnya, hingga tubuh gadis itu terhempas cukup jauh dengan darah segar yang mengalir dari tubuhnya. Hyun membelalakkan matanya melihat kekasihnya tertabrak mobil tepat di depan matanya.

***


Nyawa Eun Ju tidak tertolong akibat kecelakaan itu, membuat hati pria yang masih berstatus sebagai kekasihnya hancur berkeping-keping. Hatinya terasa diiris mengingat sebuah kenyataan bahwa takdir bukan hanya memisahkan cintanya, namun juga memisahkan raga pun alam dari orang terkasih.

Pria itu sempat mengalami depresi, karena terlalu banyak kejadian yang menyuguhkan luka di hatinya, luka ditinggal oleh sang Ayah pun masih basah, kini luka itu bagai disayat kembali menggunakan pisau yang sangat tajam hingga meninggalkan luka yang mendalam.

Bahkan di saat keadaannya terpuruk pun, wanita yang sudah melahirkannya sama sekali tidak peduli, malah wanita itu terus mencercanya. Pasalnya Hyun menolak perjodohan itu yang membuat Ibunya semakin murka. Menurutnya hanya Jung Yoon lah yang masih pantas di sebut sebagai keluarga.

Namun Hyun tak sekuat itu, ia diam-diam melarikan diri dari rumah. Entah pergi ke mana, dan kepergian Hyun membuat Adiknya semakin membenci Ibunya. Jika saja Tuan Min tidak meminta si bungsu untuk tetap bertahan, ia sudah pergi meninggalkan rumah.

Flashback off.

***

~Aku hanya memanggilmu Ayah, di saatku kehilangan arah~

🎶(Ayah - Seventeen)🎶

Pagi hari pun tiba, rupanya langit cukup cerah pagi hari ini. Namun tidak dengan hati dan pikiran pria tampan berkulit pucat yang tengah termenung sambil berdiri di balkon kamarnya.

Sejak bangun dari tidurnya, Jung Yoon enggan untuk memulai aktivitasnya seperti pergi ke kampus. Ia hanya ingin menenangkan dirinya sejenak dengan berdiam diri di rumah.

Pikirannya cukup kacau setelah apa yang terjadi di kehidupannya selama ini, ia seperti tak memiliki semangat hidup setelah kepergian almarhum Tuan Min, di tambah lagi dengan perginya sang Kakak yang meninggalkan rumah setelah kepergian Papanya.

"Pa.. Jung Yoon kangen sama Papa, enggak ada lagi yang mau denger keluh kesah Jung Yoon, Pa. Kak Hyun juga pergi, bahkan Jung Yoon pun gak tahu sekarang Kakak di mana," batinnya seraya mengusap sudut matanya yang basah.

Tentu bayang-bayang rindu akan menyelimuti Jung Yoon yang masih merasa sedih karena kehilangan sosok panutan di hidupnya. Namun hidup adalah serangkaian perubahan alami dan spontan, seharusnya ia tak menepis semua itu! Itu hanya akan menciptakan sebuah kepedihan, biarkan kenyataan menjadi hakikat dan takdir menjalani tugasnya sebagai mana semestinya.

Jung Yoon mengambil napas dalam-dalam.
Ia pikir Ibunya tidak akan pernah berubah seperti yang di katakan oleh almarhum Papanya.

"Sampai sekarang Mama enggak pernah berubah Pa, apa Jung Yoon harus tetap bertahan? Jung Yoon capek Pa, Jung Yoon mau hidup bebas tanpa ada tekanan dari siapa pun," gumamnya seraya menatap langit yang begitu cerah berbalik dengan kehidupannya.

***


"Ras, Teteh pamit cari kerja dulu ya,"
Setelah selesai sarapan, Anaya langsung berpamitan untuk mencari pekerjaan, ia sudah berpakaian rapi dengan memeluk sebuah map coklat yang berisikan persyaratan jika dibutuhkan.

"Oh, iya Teh, tapi Teteh mau melamar kerja di mana?" tanya Laras yang tengah mencuci piring bekas sarapannya tadi bersama Anaya.

"Hmm belum tahu, Ras, mungkin Teteh mau coba melamar ke restoran atau perkantoran, tapi ke mana aja deh yang penting dapat kerjaan."

"Bener juga sih Teh, ya udah, Teteh hati-hati ya! Aku juga habis ini langsung pergi kerja."

"Iya Ras, Teteh pamit dulu ya. Assalamualaikum?"

"Waalaikumussalam."

***

Sudah hampir 5 jam Anaya berjalan kaki mencari pekerjaan, namun belum ada tempat yang mau menerimanya, Anaya sudah mendatangi beberapa tempat seperti perkantoran, restoran, kafe sampai supermarket.

"Ya Allah, ke mana lagi hamba harus mencari pekerjaan? Kaki aku juga udah pegel banget, mana laper lagi," gumamnya seraya memijit pergelangan kakinya, Anaya tengah beristirahat sejenak sembari duduk di bangku taman. Tak berselang lama terdengar suara azan berkumandang.

"Alhamdulillah udah zuhur, mending aku salat dulu deh, terus aku cari makan."

Anaya pun bangkit dari duduknya lalu melangkah menuju masjid terdekat, bagaimanapun situasinya, ia tidak boleh meninggalkan kewajibannya sebagai seorang muslim.

********

Bersambung

********

Jangan lupa like, komen dan follow ya guys 🥰

Continue Reading

You'll Also Like

5.5K 517 12
Jungkook mengira satu hari itu akan berjalan dengan sempurna.
73.8K 4.7K 16
Chatan yang isiny recehan anak" bangtan yang gk bakal ad ujungny Kepribadian mereka yang berbeda-beda ngebuat kita gabisa nentuin apa yang bakal terj...
744K 12.3K 21
Megan tidak menyadari bahwa rumah yang ia beli adalah rumah bekas pembunuhan beberapa tahun silam. Beberapa hari tinggal di rumah itu Megan tidak me...
1.5M 121K 153
"You do not speak English?" (Kamu tidak bisa bahasa Inggris?) Tanya pria bule itu. "Ini dia bilang apa lagi??" Batin Ruby. "I...i...i...love you" uca...