VERZANDRA PUTRA

By Norvielus

3K 182 30

"Tokoh istimewa di masa putih abu-abu" '•──────────────────────'• Namanya Putra Seorang laki-laki berbadan t... More

1. ⎙ Awal baru ⌕
2. ⎙ Pertemuan ⌕
"Pengenalan Visual tokoh?"
3. ⎙ Ke UKS aja ⌕
4. ⎙ Confess ⌕
5. ⎙ APOTIK ⌕
BUKAN BAB 6
7. ⎙ Putra DISPEN ⌕
8. ⎙ Elus kepala kamu ⌕
9. ⎙ Ambigu ⌕
10. ⎙ Lambang V3 ⌕
11. ⎙ Konflik 1 ⌕
12. ⎙ Konflik 2 ⌕
13. ⎙ Hari Kartini ⌕

6. ⎙ Pacaran? ⌕

194 14 2
By Norvielus

BAB 6

"Dia yang gak bisa nerima cinta lo, bukan berarti menjadi penghalang masa depan lo!"

✎ Yohanes Septian
(Yonaldi Septiawan)

Sudah memasuki minggu ke-empat, Nela berada di sekolah SMAN Garuda Emas 02, Surabaya. Semenjak kenal dengan Putra, hari-hari yang ia pikir akan terasa menegangkan juga akan terasa berat itu kini berbanding sangat jauh.

Walau tidak secara terang-terangan, Putra selalu membantu Nela dikelas. Salah satunya seperti mengenai tugas² yang belum Nela kerjakan. Putra juga berusaha memberikan perhatian lebih pada Nela tanpa membuat teman-teman nya curiga. Ntah, Nela juga tidak paham kenapa Putra begitu tertutup tentang dirinya. Atau karna ia belum berani jujur kepada teman-temannya?

Kedua nya juga sudah tau akan perasaan masing-masing, perlahan Nela juga membuka hati nya untuk Putra dan mulai menyukainya. Ntah Putra sadar akan hal itu atau tidak, yang jelas hari-hari mereka terasa jauh lebih baik.

Sempat mendapat libur selama satu minggu karena dikabarkan, salah satu murid di SMA itu terkena covid 19 dan harus menjalankan isolasi mandiri dirumah. Dan selama satu minggu itu apa kalian percaya? Putra selalu merengek layaknya bayi yang ditinggal oleh ibunya. Siapa lagi kalau bukan karna Nela ia jadi seperti ini.

"AAAA GAK SEKOLAH FULL SATU MINGGU"

"Aaaa kangennn aku harus gimanaa"

"Kenapa sihh harus libur, suruh aja covid nya yang libur"

"Nel kamu benci gak sama libur?"

"Nelaaa kangenn!!"

Begitulah setiap hari, Nela sampai bingung harus berbuat apa supaya bayi besar itu berhenti rewel. Putra juga sempat ingin mengunjungi Nela kerumahnya, tapi Nela menahannya. Nela takut Om dan Tante nya akan berpikiran aneh-aneh tentang mereka berdua. Apalagi Putra datang hanya karna 'kangen'

Nela akui, dirinya jadi benci dengan libur semenjak kedekatan nya dengan Putra. Rasanya Nela ingin sekolah setiap hari dan terus bertemu dengan laki-laki itu. Putra juga berpendapat yang sama dengan Nela, bahkan ia pernah bilang
"Gak sekolah terus gak ketemu sama kamu agak hampa juga"

Serius, Putra pernah bilang kayak gitu.

Dan tibalah hari ini, mereka masuk sekolah kembali. Senyuman terlihat jelas di wajah Putra, mereka berdua bahkan tak berhenti melempar pandangan satu sama lain. Dan sesekali  Putra juga sengaja berbalik badan untuk mencari sesuatu didalam tas nya, yang padahal ia hanya ingin mencuri pandang ke arah Nela yang duduk dibelakang.

Haha, Lucu kalo masa² itu diingat kembali

"Gaiss! Kita main yok!"
Si ketua kelas, Sandriana Nabila namanya, berteriak tiba-tiba menghentikan kegiatan teman-teman nya yang tengah menulis.

"Main apaan tuh?" Tanya Reano dengan nada penasaran yang dibuat-buat nya.

Nabila menunjukan kotak persegi yang bertulis uno didepan nya. Kalian pasti tau ini apa.
Kebetulan juga jam pelajaran ekonomi mereka tengah kosong, apa salahnya bermain sebentar kan?

"Nah! Kalo ini sih ga ada yang bisa nolak" Sahut Reano dan dengan sigap mengambil posisi bermain setelah ia merampas kotak uno itu dari tangan Nabila.

"Ih sabaran dong Ren! Pemain nya kurang nih. Ayo! siapa lagi yang mau ikut??" Setelahnya Nabila duduk disebelah Reano yang tengah mengacak kartu. Nagita, Bella, Sheryl, Nanda, Putra,  Wahyu, Sarma dan Yohan ikut bermain dan mereka semua duduk di bawah lantai membentuk sebuah lingkaran kecil.

"Nela! Ayok ikut main!"
Nabila kembali teriak memanggil Nela. Karna sudah dipanggil begitu Nela akhirnya ikut turun bermain dan duduk disebelah Putra, walau sebenarnya ia tidak begitu paham bagaimana kerjanya uno ini.

"Jadi, semuanya udah tau kan gimana cara mainnya?" Sebagian mengangguk dan sebagian juga menggeleng setelah mendengar pertanyaan Nabila.

"It's oke, gue aja yang jelasin cara mainnya" 
Alhasil Nagita turun tangan menjelaskan satu persatu cara bermain uno dan apa saja yang harus di lakukan.

Saat semua sudah paham, barulah mereka memulai permainan dengan urutan Putra yang pertama melempar kartu, dan dilanjutkan oleh Nanda yang berada di sebelah kanannya, kemudian dilanjutkan oleh Sarma, Nagita, dan seterusnya secara berkeliling lingkaran.

Kita skip sedikit ya, karna fyi gue ga begitu paham ini sistem mainnya 😭

"Game!" Seru Reano setelah melempar kartu terakhir miliknya dengan jumlah dan warna yang sama dengan kartu yang dilemparkan oleh Nanda. Dan artinya Reano pemenang pertama.

"Good luck guys, jangan lupa nasi bungkusnya yak"
Reano beranjak dari tempatnya dan kembali duduk ke bangkunya lagi.

Sementara yang lain tengah fokus dengan kartu mereka masing-masing. Sudah seperti pertandingan yang sengit setelah mereka melihat Reano pertama kali menang. Sesekali Nela melirik ke arah Putra yang tengah menatap serius ke arah kartu² nya, kelihatannya Nela tidak bisa mengganggu nya sekarang jika dilihat dari raut wajah Putra yang seserius itu.

Dan tak lama setelah Bella melempar kartu miliknya

"Game!" Putra dengan antusias melempar kartu terakhirnya yang berjumlah sama dan warna yang sama pula dengan kartu Bella. Kita sudah mendapatkan pemenang kedua.

Semua terpelongo melihatnya

"Gilaa, gercep banget put, haha" Ucap Bella sambil tertawa

Putra hanya tersenyum dan melirik Nela yang ada di sebelahnya yg juga ikut tersenyum.

Subhanallah ganteng banget sedekat ini, gak disekolah gak di rumah. Batin Nela

"Nanda, giliran lo"
Ucap Sheryl, dan semua menunggu lemparan kartu dari Nanda

"Weh weh! Ada pak Jon mau kesini!"
Yohanes Septian, laki-laki itu sedikit berteriak setelah mengintip lewat jendela kelas dan melihat Pak Jonathan yang berjalan mengarah ke kelas mereka.

Sontak semua membereskan semua kartu uno lalu berdiri dan kembali duduk di bangku masing-masing.

Ceklek!
Pintu terbuka

Menampilkan sosok guru ber-nametag Jonathan dengan kemeja putih, terlihat masih terbilang muda dari pada kalangan guru yang lain.

"Pelajaran siapa kalian?"
Tanya Pak Jon sambil melirik satu persatu murid yang ada dikelas

"Pelajaran ekonomi pak, dengan Bu Rahma tapi beliau gak masuk karna sedang sakit" Putra menjawab dengan lantang dan mantap.

Setelah mendengar itu, pak Jon melirik sekilas ke arah jam tangannya
"Sebentar lagi bel pulang, ada dikasih tugas gak sama Bu Rahma?"

"Siap, Ada pak" Putra lagi yang menjawab.

"Sudah selesai semua?"

"Siap, Ada yang belum, ada juga yang sudah selesai pak" Kini gantian, Bella yang jawab.

Pak Jon mengangguk
"Yaudah, silahkan kemas semua barang-barang nya. Sebentar lagi kita pulang"

"Siap pak" Seru Bella dan Putra

Memang the real anak OSIS pembawaannya emang gini dari sana nya.

Setelah mengatakan itu, pak Jon pun pergi meninggalkan kelas.

Nanda melirik kepergian pak Jon hingga guru itu benar-benar pergi.
"Gabut bener guru BK sampe naik ke lantai atas"
Celetuk nya kemudian.

"Gue bilangin nih ye ke pak Jon kalo nanti ketemu lagi" Reano menunjuk nunjuk Nanda seperti mengancamnya

"Gue bercanda, bego! Lagian gue belom sempat ngelempar kartu tadi"
Protes Nanda, ia menatap sinis ke arah Reano.

"Udah ah, mending kalian beres-beres. Yang piket silahkan langsung piket ya" Ucap Nabila memberi instruksi

Dengan kompak mereka semua menaikkan kursi ke atas meja masing-masing. Dan yang bertugas untuk piket hari ini dengan sigap mengambil sapu dan menyiapkan tong sampah.

Diujung sana, Nela tengah gabut sambil memainkan ponselnya dan membuka aplikasi tiktok. Scroll sana scroll sini, dan kebetulan ia melihat video yang berisi tentang lagu yang mungkin dilirik itu tengah menggambarkan perasaannya saat ini.

Tidak kah cukup, yang engkau lihat
Pertemanan ini sungguh berat

Tidakkah indah, bila kita bersama?
Namun tidak di mimpi saja

Seperti itulah lagu nya. Lagu Budi Doremi yang berjudul Friendzone

"Kebetulan banget, post aja kali ya?"
Nela bergumam, dan diam-diam memposting video tadi dalam status WhatsApp nya.

Satu menit setelahnya, Putra menjadi penonton pertama. Mata Nela membulat sempurna, ia langsung melirik ke arah Putra yang saat itu memang tengah menatap layar ponselnya, setelah itu Putra beralih menatap ke arah Nela dan pandangan mereka bertemu, Putra tersenyum dan kelihatannya ia sedang mengetik sesuatu.

Ting!
Ponsel Nela berbunyi

Benar saja, Putra me-reply statusnya!

Putraa
'kamu mau nya gimana?'

Mampus!

Nela terdiam setelah mendapatkan pesan itu. Sekarang ia jadi takut menatap Putra lagi, astaga harus gimana ini??

Di sela-sela tengah berpikir keras, ponsel Nela kembali berbunyi

Ting!

Putraa
'Jangan pulang dulu, aku mau ngobrol'

Oke

Ini seperti...

Oke, tenang Nel tenang!

Bagaimana jika pertanyaan yang dilontarkan Putra nanti tidak bisa ia jawab dengan benar? Atau bagaimana jika Nela sampai salah bicara? Atau bagaimana jika jawaban Nela nanti akan beresiko?

Tunggu dulu

Nela bahkan belum tau apa yang akan ditanyakan oleh Putra. Tapi jika feeling-nya ini benar bagaimana?

Astaga gue kenapa sih jadi labil ginii

Kriinggg!!
Bel pulang berbunyi. Semua yang bertugas sudah selesai melaksanakan piket dan mereka hanya tinggal pulang. Sesuai permintaan Putra, Nela berdiam diri dikelas sampai semua teman-temannya keluar. Bahkan saat itu tidak ada yang sadar Nela dan Putra masih ada didalam kelas.

Terdengar suara sepatu khas yang dikenakan Putra berjalan mendekati Nela, aroma parfum yang selalu Nela kenal itu semakin terasa. Dan kini Putra sudah berada disampingnya.

"Nel" Putra memanggilnya, suara maskulin itu kini terdengar lebih tenang dari pada biasanya.

Nela menoleh menatap ke arah lawan bicara
"Hum? Kenapa?"

Putra tersenyum sebelum melanjutkan perkataannya "Aku tanya tadi, kamu mau nya gimana?"

Tuh kan!

Nela mengalihkan pandangannya dari Putra, ia bingung harus jawab apa. Masa iya cewe dulu yang minta buat pacaran? Kan engga mungkin. Nela malu, tapi ia juga mau. Rasanya aneh, jika punya perasaan yang sama tapi tidak menjalin sebuah hubungan yang harus menjaga perasaan satu sama lain.

Sebelum menjawab, Nela mengambil nafas dalam-dalam dan mengembuskan nya perlahan.

"Aku kalo ditanya gitu gak tau harus jawab apa karna ada suatu hal yg aku takuti, Put"

"Apa?"
Putra sepertinya penasaran, Nela kembali menatap kedua mata Putra dengan lekat.

"Takut kalo kita selangkah lebih maju ke hubungan yang serius lagi, jika suatu saat hubungan itu hncur. bakal apa?"

Putra diam sambil mencerna tiap perkataan yang keluar dari mulut Nela.

"Kita bisa aja jadi musuh setelah itu, aku gak mau"

"Aku juga takutnya kamu ga suka sama aku Nel, takutnya cinta aku bertepuk sebelah tangan" Putra terkekeh pelan  diakhir kalimat sambil menunduk

"Itu resiko kalau pacaran Put, tapi kalo ngga pacaran juga agak gimana"
Nela ikut menunduk, menatap ke arah kakinya sambil memainkan kedua kakinya ke kanan dan ke kiri

Perasaan mereka sudah pasti, hanya tindakan lebih lanjutnya saja yang masih membuat keduanya bimbang. 

"Aku sayang sama kamu, bahkan aku juga mulai takut kehilangan kamu"
Putra berucap lagi, membuat Nela kini menatap nya dengan serius

"Aku ga akan pernah cape buat berjuang sama kamu"

"Tapi aku juga gak mau kita punya hubungan yang buruk disaat sudah melalui hubungan yang baik"

Nela masih terus menatap Putra, menunggu keputusan apa yang akan dibuat oleh Putra untuk mereka berdua. Dan Nela harap itu akan menjadi keputusan yang terbaik dan tidak akan merugikan pihak mana pun dan juga perasaan mereka.

"Untuk sekarang, aku ga akan minta kita buat pacaran. Tapi aku pengen kita jalanin kayak seakan kita membangun sebuah hubungan yang harus kita jaga, aku gak mau kehilangan kamu Nel"
Putra menatap Nela dengan tatapan yang dalam dan penuh harap.

Ntah bagaimana cara mendeskripsikan perasaan Nela sekarang. Bahagia, senang, tapi juga terselip rasa khawatir.
Ia hanya bisa berdoa agar segala urusan dalam perjalanan hubungan mereka berjalan dengan lancar. Selagi Putra bisa memegang kepercayaan nya, Nela juga bisa berbuat demikian.

Saat ini Nela hanya berpikir, ia hanya ingin berhubungan baik dengan Putra dan ingin selalu berada didekatnya. Mengenai hubungan lebih lanjut, keduanya masih bimbang. Dari pada mengambil resiko, lebih baik dijeda sementara.

Putra kembali mendekat, dan meraih kedua tangan Nela

"Jangan tinggalin aku, ya?"

Nela menatap dalam kedua mata Putra,
Ia merasakan kedua tangannya digenggam erat tapi hati-hati. Seakan tidak mau membuat Nela merasa sakit, karna Putra semakin menaruh harapan pada ucapan nya.

Nela tersenyum dan mengangguk pelan.
"I promise"

***

Sampai kapanpun, permintaan mu untuk tidak meninggalkan mu selalu ku tepati hingga detik ini. Dengan siapapun kamu sekarang atau nanti, janji ku akan tetap terikat kuat didalam hati.

Ku harap kau membaca pesan ini, si tokoh utama yang akan ku janjikan dirimu  akan dibenci oleh semua pembaca, kemudian dicintai oleh semua pembaca. Karna setelah benci akan menjadi cinta.

Haha, itulah kata mereka.
Maaf, jika diriku keras kepala terhadap mu.

***

Gimana verzander? Gue balik update lagi ini atas paksaan kalian. Awas aja bintangnya gak di klik-_

ຊ✏  thank's for reading !
dont forget to support our story dengan mengklik tanda bintang ;)

#VZPTEAM #VERZANDRAPUTRA
#37

Swipe up to the new
story 👆

Continue Reading

You'll Also Like

3.3M 272K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
407K 49.8K 33
Cashel, pemuda manis yang tengah duduk di bangku kelas tiga SMA itu seringkali di sebut sebagai jenius gila. dengan ingatan fotografis dan IQ di atas...
793K 60.4K 30
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
780K 34.8K 48
selamat datang dilapak ceritaku. 🌻FOLLOW SEBELUM MEMBACA🌻 "Premannya udah pergi, sampai kapan mau gini terus?!" ujar Bintang pada gadis di hadapann...