Takdir Cinta (TAMAT)

Por Qori48

1.4K 71 9

Dua insan yang saling jatuh cinta. Namun cinta mereka terhalang perbedaan. Akankah Jung Yoon dan Anaya bisa b... M谩s

Takdir Cinta
Sebuah Perpisahan
Berusaha Untuk Tegar
Merantau Ke Jakarta
Bayang-bayang Rindu
Bayang-bayang Masa Lalu
Sebuah Perjodohan
Cinta Terhalang Perbedaan
Pertemuan Jung Yoon Dan Hyun
Hyun Kembali Ke Jakarta
Tak Ingin Kehilangan
Pertemuan Ibu Dan Anak
Rencana Pendekatan
Perdebatan Antar Sahabat
Pindah Ke Jakarta
Murid Baru
Terbongkarnya Rahasia
Memberi Hadiah
Kekecewaan Yang Mendalam
Memperjuangkan Cinta
Memegang Teguh Sebuah Janji
Pertunangan Araa Dan Hyun
Pertemuan Jung Yoon dan Anaya
Salah Paham
Pernikahan Jung Yoon Dan Anaya
Malam Pertama
Rumah Baru
Honeymoon Ke Paris
Drama Hyun Dan Araa
Sarapan Pagi
Cupcake
Lunch In Paris
Mendambakan Kehadiran Buah Hati
Kabar Baik Dan Kabar Buruk
Melahirkan
Kenyataan Yang Pahit
Surat Dari Anaya

Masa Lalu Yang Menyakitkan

71 3 0
Por Qori48

Flashback on.

“Kak, nanti gue turun di depan studio musik gue ya!”

Hyun yang tengah menyetir pun menoleh lalu mengerutkan dahinya.

“Lho, kenapa? Bukannya kamu mau ke rumah David?”

“Iya sih, tapi gue mau ke studio musik gue dulu, udah lama juga gak ke sana. Nanti gue naik taksi aja ke rumah David nya.”

“Oh ya sudah, tapi bukannya studio kamu di kunci sama Mama?”

Jung Yoon hanya tersenyum miring lalu menepuk-nepuk pundak sang Kakak.

“Tenang aja! Gue udah tahu caranya biar gue bisa masuk,” Jung Yoon menaik turunkan alisnya.

Hyun yang mengerti pun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, ternyata Adiknya ini tidak pernah berubah. Dia selalu punya cara untuk melawan sang Ibu, dengan sikapnya yang nakal Jung Yoon sering membuat Ibunya naik darah.

“Ya sudah, tapi hati-hati ya! Jangan sampai Mama tahu!”

Hyun menasihati yang lebih muda, bukannya apa-apa, ia hanya tidak mau melihat Adik dan Ibunya terus bertengkar. Jujur, Hyun hanya menginginkan keluarganya itu rukun dan harmonis.

“Iya tenang aja, tapi kalau Mama sampai tahu pun gue juga enggak peduli, Kak.

“Terserah kamu deh Yoon, Kakak tidak ikut-ikutan.”

***


Mereka pun sudah sampai di depan studio musik milik Jung Yoon.
“Thanks ya Kak, jangan malem-malem ngapelnya!”

Mereka berdua pun terkekeh.
“Iya iya, bilang aja kamu sirik.”

“Dih, ya enggak lah! Banyak kali cewek di kampus yang ngantri pengen jadi pacar gue,” ucapnya dengan penuh percaya diri.

Hyun pun tersenyum mengejek.
“Iya iyaa, percaya deh sama Min Jung Yoon yang ganteng sekaligus cool kayak kulkas.”

“Bisa aja lo Kak!”

“Ya sudah, Kakak jalan dulu ya.”

“Iya, hati-hati!”

“Ok, daahh.”

Dahh.”

Mereka pun saling melambaikan tangan seraya Hyun melajukan mobilnya.

Jung Yoon diam sejenak menatap studio musiknya yang sudah lama di kunci oleh Ibunya.

Sebenarnya Jung Yoon mempunyai cita-cita ingin menjadi produser musik, dan Papanya mendukung keinginannya dengan membelikan studio musik di hari ulang tahunnya.
Tapi berbeda dengan Ibunya, Nyonya Min malah memaksa Jung Yoon untuk mengambil fakultas ekonomi dan bisnis sama seperti Dae Hyun, dengan beralasan supaya bisa menjadi penerus perusahaan milik Tuan Min yang memiliki beberapa cabang.

Setelah selesai bergulat dengan pikirannya yang hanya membuat darahnya naik, Jung Yoon langsung mengambil batu besar lalu melemparkannya ke arah jendela studio.

Craang.

Jendela studio pun pecah, Jung Yoon langsung bergegas masuk ke dalam, lalu ia duduk di depan piano miliknya, rasanya ia sangat rindu sekali, sudah lama jari-jarinya tak menyentuh tuts piano kesayangannya.

Tanpa mereka sadari ada seseorang yang mengikuti mereka sejak tadi.
Orang itu pun mengirimkan pesan pada seseorang.

“Maaf Nyonya, anak Nyonya yang bernama Min Jung Yoon sedang ada di studio musik miliknya, dia memecahkan kaca jendela untuk masuk ke dalam. Sedangkan yang bernama Min Dae Hyun pergi menggunakan mobil. Dari yang saya dengar lewat penyadap suara sepertinya dia akan pergi ke rumah kekasihnya.”

Rahang Nyonya Min mengeras ketika membaca pesan dari orang suruhannya.

“Benar-benar ya mereka berdua, sangat susah di atur,” Nyonya Min menggerutu sambil menggenggam erat ponselnya.

Sontak Tuan Min yang tengah menyetir di samping Nyonya Min menoleh.
“Ada apa, Ma?” tanya Tuan Min sambil melirik ke arah istrinya.

“Biasa, Min Dae Hyun dan Min Jung Yoon, dua anak kesayangan Papa, yang selalu Papa manja. Kerjaannya bikin Mama naik darah terus,” ucapnya sambil melipatkan kedua tangan di depan dada.

“Sudahlah Ma, biarkan saja mereka menentukan hidup mereka sendiri! Mama jangan terlalu keras pada mereka! Selama ini Hyun dan Jung Yoon selalu nurut apa kata Mama, lalu apa lagi masalahnya?”

Tuan Min mencoba menasihati istrinya yang menurutnya sudah keterlaluan pada anak-anaknya.

“Papa kan tahu kalau Mama mau menjodohkan Hyun dengan anak teman Mama!!?? Tapi sekarang Hyun malah pergi ke rumah perempuan bernama Eun Ju yang sama sekali tidak sederajat dengan kita, apa perempuan itu tidak punya rasa takut? Setelah mendapat ancaman dari Mama? Cih, dasar wanita jalang.”

Tuan Min hanya menggelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan sikap istrinya yang selalu egois, dia tidak pernah memikirkan perasaan anak-anaknya.

“Terus Jung Yoon juga, dia masih saja datang ke studio musik dari Papa, padahal Mama sudah mengunci studio musik itu, bahkan dia memecahkan kaca jendela studio itu untuk bisa masuk ke dalam.”

Rahang Tuan Min mengeras, menahan emosi yang sejak tadi menggebu di dada, selama ini Tuan Min selalu sabar dan mengalah. Berharap istrinya akan berubah. Tapi makin ke sini Nyonya Min semakin seenaknya, memperlakukan Dae Hyun dan Jung Yoon seperti boneka yang harus patuh pada tuannya.

Ckiiitttt.

Tiba-tiba saja Tuan Min menginjak pedal rem mobilnya, sontak membuat kepala Nyonya Min hampir terbentur.
“Papa!! Apa-apaan sih? Papa mau bikin kita celaka??” bentak Nyonya Min.

Tuan Min menatap tajam istrinya. Sungguh, rasanya ia ingin sekali menampar wajah perempuan yang ada di hadapannya.

“Cukup Ma!!! Mama sudah keterlaluan!! Selama ini Papa selalu sabar menghadapi sikap Mama yang egois. Sadarlah Min Lee Young!! Ibu macam apa kamu yang tega merusak kebahagiaan anaknya sendiri??” bentak Tuan Min dengan penuh emosi.

Nyonya Min hanya tersenyum miring menanggapi ucapan suaminya.
“Cih, kebahagiaan?? Mereka belum mengerti apa artinya kebahagiaan! Mama juga melakukan semua ini demi masa depan mereka, masa depan yang cerah. Ini juga semua salah Papa! Papa terlalu memanjakan mereka, lihat! Sekarang mereka jadi anak yang membangkang.”

Plak.

Tuan Min refleks menampar pipi istrinya.

Tangan Nyonya Min memegang pipinya yang merah karena di tampar dengan cukup keras oleh suaminya, ia pun menatap wajah suaminya dengan penuh kebencian.

Tangan Tuan Min perlahan luruh melemah, merasa menyesal karena sudah menampar wajah sang istri. Dengan mata yang berkaca-kaca tangan Tuan Min mencoba untuk meraih lengan istrinya untuk meminta maaf.

“Maafkan Papa, Ma!? Papa tadi terbawa emosi,” ucapnya dengan penuh penyesalan.

“Lepas!” Nyonya Min menepis tangan suaminya yang memegang lengannya.

Jujur selama puluhan tahun hidup bersama, baru pertama kali Tuan Min menamparnya.

Sakit sudah pasti, namun tamparan itu tak membuat Nyonya Min menyadari kesalahannya, justru membuat dia semakin marah dan bersumpah akan memisahkan Dae Hyun dari kekasihnya bagaimanapun caranya.

“Buka pintunya, Pa! Mama mau keluar!” pintanya sembari menarik handle pintu mobil.

“Tidak!! Mama mau ke mana? Lebih baik kita pulang!”
Tuan Min langsung melajukan mobilnya, tanpa menghiraukan istrinya yang terus berteriak ingin keluar.

“Apa kamu tidak dengar, hah? Buka pintunya, Tuan Min Dae Jung! Aku mau menjemput Hyun untuk pulang ke rumah, aku tidak sudi punya menantu miskin. Aku yakin perempuan itu hanya mengincar harta keluarga kita.”

Tuan Min tak mengindahkan perintah istrinya, ia terus melajukan mobilnya.

Namun tak di sangka tangan Nyonya Min menarik setir mobil yang membuat Tuan Min hilang kendali.

“Kamu apa-apaan hah? Kamu mau kita celaka!!??”

Namun Nyonya Min tidak mau peduli, dia terus menarik-narik setir mobilnya.

***


“Tadi kayak ada orang yang merhatiin gue, tapi pas gue samperin orang itu malah langsung pergi.”

Gumamnya sambil terus berjalan menyusuri jalanan yang mulai sepi.

“Ini jalan sepi banget, dari tadi juga gak ada taksi yang lewat. Apa gue pesan taksi online aja ya?”

***


“Lepas Ma! Awas Ma, di depan ada orang!” Tuan Min langsung mendorong tubuh istrinya dan menekan klakson mobil agar orang yang di depan segera menepi.

Tiiiiin....tiiiiin.

Jung Yoon yang mendengar suara klakson mobil langsung menghempaskan tubuhnya ke pinggir jalan.

Tanpa sengaja Jung Yoon melihat pelat nomor dari mobil itu, dan dia juga hafal mobil papanya. Dia yakin pasti itu mobil orang tuanya.

“Itu kan mobil Papa? Tapi kenapa Papa bawa mobil ugal-ugalan?” batin Jung Yoon sambil terus memperhatikan mobil orang tuanya.

Tiba-tiba Jung Yoon membelalakkan matanya ketika melihat mobil orang tuanya menabrak sebuah bangunan kosong yang tak jauh dari tempat ia berdiri.

Jung Yoon langsung berlari menghampiri mobil Papanya, berniat untuk menyelamatkan orang tuanya.
Tangan Jung Yoon langsung menggedor-gedor kaca jendela mobil.

“Papa? Papa?”

Saat Jung Yoon mendekatkan wajahnya pada jendela mobil ia pun terperangah melihat Ibunya juga ada di dalam.

“Hah, ternyata Papa sama Mama.”

***


“Halo Yoon, ada apa?”

“Lo cepetan ke rumah sakit ya! Papa sama Mama kecelakaan.”

“Apa, kecelakaan? Oke, Kakak langsung ke rumah sakit. Nanti sharelock aja ya lokasi rumah sakitnya.”

“Oke.”

“Sayang, siapa yang kecelakaan?” tanya Eun Ju kekasih Hyun.

“Papa sama Mama aku kecelakaan, aku pergi dulu ya.”

“Aku boleh ikut tidak? Aku juga mau lihat keadaan orang tua kamu.”

Eun Ju memasang wajah memelas, walaupun Ibunya Hyun tidak menyetujui hubungan mereka, Eun Ju tetap peduli pada Nyonya Min. Bahkan setelah Nyonya Min mengancam dan menghinanya, Eun Ju sama sekali tidak menaruh benci pada Nyonya Min.

Dae Hyun terdiam sejenak, pasalnya ia takut jika Ibunya melihat Eun Ju pasti akan langsung mengusirnya.

“Boleh yaa!!?? Aku juga khawatir sama Papa kamu, bagaimana pun Tuan Min sudah sangat baik mau membantu biaya pengobatan Ibu aku di Bandung,” Eun Ju terus membujuk Hyun agar mau mengajaknya.

“Ya sudah, ayo!”

“Makasih sayang.”

***


Dae Hyun langsung menghentikan langkahnya ketika melihat Jung Yoon tengah meringkuk di depan ruang UGD. Jung Yoon tengah menangis terisak sendirian.

Jantungnya berdebar tak karuan, Hyun sangat takut hal-hal yang tak di inginkan terjadi.

Lalu ia berjalan menghampiri Jung Yoon. Hyun menatap sendu pada Adiknya yang terisak dengan kepala yang bersembunyi di antara lipatan tangannya.

“Yoon?” lirih Hyun.

Jung Yoon tersentak, ia pun mendongak menatap Hyun yang berdiri di hadapannya.

“Hiks hiks Papa Kak, Papa...” lirih Jung Yoon dengan isak tangisnya.

Kemudian Hyun berjongkok untuk merengkuh tubuh Adiknya yang bergetar karena tangis.

“Papa kenapa, Yoon?” Hyun mencoba untuk berpikir positif, meskipun ia menduga akan mendapatkan kabar buruk dari mulut Jung Yoon.

Dengan air mata yang sudah terjatuh tanpa izin, Hyun berusaha untuk menenangkan sang Adik.

“Papa hiks, Papa udah enggak ada Kak, Papa ninggalin kita.”

Deg.

Benar saja dugaan Hyun, mimpi buruk yang selama ini sangat ia takuti sekarang terjadi. Sebenarnya ia sering memikirkan hal ini, bagaimana jika Papa nya tidak ada? Siapa yang akan mendengarkan keluh kesah ia dan Adiknya? Bahkan Ibunya pun tidak peduli, dan 90% masalah yang ada di hidup dia dan Adiknya itu ulah dari Ibu kandungnya sendiri.

Dae Hyun menggelengkan kepalanya pelan, ia memejamkan mata seraya mengambil napas, mencoba untuk menelan seribu luka yang ada dihatinya. Karena jika ia sama-sama hancur, siapa yang akan menguatkan Adiknya.

Isak tangis pun lolos dari mulut Hyun, ia memeluk erat tubuh Jung Yoon, Mencoba untuk saling menguatkan.

“Kita harus kuat ya, Yoon! Kita harus tabah! Mungkin sudah waktunya Papa di panggil Tuhan.”

“Enggak Kak! Gue enggak mau kehilangan Papa, nanti siapa yang mau denger keluh kesah gue kalau bukan Papa.”

Eun Ju yang sedari tadi hanya diam berdiri pun ikut menitikkan air mata. Sungguh, ia juga sangat terpukul atas meninggalnya Tuan Min.

Eun ju ikut berjongkok untuk mengelus lembut punggung kedua pria yang tengah menangis saling merengkuh dalam pelukan.

“Sayang, Jung Yoon, kalian yang tabah ya! Aku turut berduka cita atas meninggalnya Tuan Min,” lirih Eun Ju.

“Maaf Tuan, jenazah Tuan Min sudah siap untuk di pulangkan ke rumah keluarga,” ucap suster yang baru saja keluar dari ruang UGD.

Dae Hyun melepaskan rengkuhannya dari Jung Yoon lalu menoleh ke arah suster.

“Iya baik sus, tapi bagaimana dengan keadaan Mama saya?”

“Kalau keadaan Nyonya Min baik-baik saja, beliau hanya mengalami luka ringan, dan sebentar lagi beliau juga sadar,” jelas sang suster.

“Oh syukurlah, terima kasih sus,” balas Hyun.

“Sama-sama Tuan, kalau begitu saya permisi,” pamit suster sambil sedikit menunduk lalu pergi meninggalkan ruang UGD.

“Ayo Yoon, kita masuk ke dalam! Kita lihat jenazah Papa untuk yang terakhir kalinya.”

Jung Yoon hanya mengangguk, mengikuti langkah Hyun memasuki ruangan UGD.

Saat Hyun membuka pintu, ternyata Nyonya Min sudah sadarkan diri. Dia berbaring di ranjang yang bersebelahan dengan ranjang Tuan Min yang hanya di halangi oleh gorden.

Nyonya Min menoleh ketika mendengar suara pintu terbuka. Matanya langsung tertuju pada sosok wanita yang ada di belakang tubuh Hyun dan Jung Yoon.

“Kamu ngapain bawa perempuan itu ke sini?” lirihnya sambil menatap Eun Ju dengan penuh kebencian.

Dan Eun Ju hanya menunduk ketakutan.

“Cukup Ma, Eun Ju cuma mau melihat keadaan Papa dan Mama,” Hyun menjawab dengan nada yang sedikit emosi.

“Mama tidak mau melihat wajah dia! Suruh dia pergi dari sini!” suruh Nyonya Min seraya memalingkan wajah.

“Cukup ya Ma! Kita enggak mau berdebat sama Mama, Papa udah enggak ada Ma...jadi stop bikin masalah sama kita!”

Kali ini Jung Yoon yang bersuara, ia sungguh muak dengan sikap Ibunya yang sama sekali tidak mencerminkan sikap seorang Ibu.

Sontak Nyonya Min langsung membelalakkan matanya ketika mendengar pernyataan dari mulut Jung Yoon.

Apa itu benar yang dikatakan Jung Yoon? Suaminya, semestanya, belahan jiwanya telah tiada. Ia masih belum percaya dan tak mau percaya, bukan cuma dadanya yang panas, bola matanya pun kini ikut terasa panas.
Cairan bening pun luruh dari pelupuk mata, Nyonya Min tak mampu lagi berkata-kata, dadanya terasa begitu sesak.
Bayangan saat ia bertengkar dengan sang suami singgah kembali di benaknya. Bagaimana bisa ia memberikan kesan buruk di hari terakhirnya bersama sang suami.

********

Bersambung

********

Ada pemain baru nih di BAB 4
Kenalan dulu yuk!

********

David Fang Wijaya

Untuk Eun Ju nya itu Choi Yuju

Seguir leyendo

Tambi茅n te gustar谩n

1.7M 68.2K 43
"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan." Tapi apa setelah perpisahan akan ada pertemuan kembali? ***** Ini cerita cinta. Namun bukan cerita yang bera...
117K 8.8K 23
Annyeonggg nama annisa imnida nama panjang annisaaaaaaaaaaaaaaaaa *ehh salahh" nama panjang annisa putri priyanto bin Sukijah, Sutinah, Sukiyem, Suki...
105K 7.3K 30
Tolong digaris bawahi dari sekarang, semua meme disini BUKAN punya Cozy. Sumber pada gambar. Jadi kalo kalian liat meme ini di tempat lain, berarti i...
460K 41.9K 94
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.