RASYID

By enyagain

10.5K 1.8K 429

Di tengah gempuran orang-orang yang banyak memilih menikah muda, Rasyid masih asik jadi RT. Masih senang main... More

SATU
DUA
NASIB RT
MASALAH MULAI DATANG
JADI PIHAK KETIGA
JAMINAN JOMBLO
KEKACAUAN
RASYID SI ANAK ORANG KAYA
DETECTIVE RASYID
RUMOR
RASYID PENGEN NIKAH
CALON PACAR
SITUASI SULIT
RASYID BERULAH
RASYID COSPLAY
JIWA KAYARA
KAYARA EROR
BUKAN JODOH
PERJUANGAN RASYID
RASYID SEBENARNYA
RASYID DENGAN TINGKAHNYA
KAMPUNG DUKU TEMPAT JATUH CINTA

ANEH

469 91 7
By enyagain

Perdebatan di menangkan oleh Rasyid, tidak sia-sia punya mulut julit. Ada untungnya juga setiap hari nongkrong bareng Ibu-ibu. Wajah Rasyid sumringah, berbeda dengan wajah Kayara. Ia terlihat masih kebingungan. Gimana ceritanya, Dokter Nara bisa di skors lebih parah darinya? Apa ini karena omongan demi omongan Rasyid?

"Gue tau, lo mau bilang kata terima kasih." Rasyid menoleh ke belakang, bukan wajah amarah yang ia lihat, melainkan wajah orang yang seperti linglung. "Aya."

"Syid, bentar. Gue masih ngelag. Ini serius gak, sih?"

"Apaan?"

"Dokter Nara bisa kena skors dua minggu, sedangkan gue satu minggu."

"Lalu?" Kayara tepuk tangan, tawanya terdengar menjijikan bagi Rasyid. "Gue puas banget."

"Gue kira apa gila?!!"

"Ini langka tau, Syid."

"Oh ya?" Keduanya sibuk membahas soal tadi di ruang rapat. Rasyid bisa melihat jelas wajah Kayara yang nampak puas. Apa sebegitu senangnya? Padahal Rasyid hanya memberi bukti nyata. Tidak salah dong? Oh, tentu saja. Sejak kapan seorang Rasyid salah?.

"Tapi Syid."

"Apalagi sih?"

Rasyid berhenti, ia menatap Kayara yang diam berdiri. Ya ampun, tinggal beberapa langkah lagi mereka keluar dari Rumah Sakit, Kayara pake acara berhenti segala.

"Apa gue kena karma?" Duh, Kayara pake bahas perkara Karma segala. Rasyid paling takut kalau pembicaraan soal Karma.

"Aya, lo kalau ngomong jangan asal jeplak."

"Gue yakin ini Karma sih."

"Ya, apaan sih anjir!?"

"Gue suka ngatain lo pengangguran, lo ingat kan?" Kepala Rasyid mengangguk takut. Haduh Kayara memang tidak tau tempat bahas Karma di rumah sakit. "Kayaknya sekarang gue kena Karma, gara-gara sering ngatain lo pengangguran. Dan gue pengangguran."

Tawa Rasyid pecah, ia melihat Kayara yang merengek. Lalu keduanya saling menatap, diam membisu hingga tawa keduanya meledak.

"Kita pengangguran." Ujar Kayara dengan tawanya, dan Rasyid mengangguk tertawa. Bahkan mereka berdua malah bertepuk tangan. Oh jangan lupakan, menjadi tatapan orang-orang dengan rasa penasaran dan takut.

"Itu yang namanya Dokter wibawa?" Ujar Sasi yang sejak tadi menonton kelakuan Rasyid dan Kayara yang kini sudah keluar dari rumah sakit. "Ketularan gila dari bang Rasyid."

Kayara dan Rasyid sama sekali tidak nyaman di tempat tersebut. Entah mengapa mereka berdua ingin sekali muntah di tempat tersebut.

"Syid, ini konsepnya gimana tadi?"

"Gue telepon Gibran, tanya tempat makan yang enak."

"Hemm"

"Mana gue tau dia malah ke sini sama bininya."

"Kita bakal gini terus Syid?" Rasyid menoleh ke arah Kayara, lalu menatap ke depan yang di mana ada Gibran dan istrinya. "Nonton Kebucinan mereka yang bikin mual."

"Kayaknya kita mending pulang."

"Ide bagus." Jawab Kayara, ia mengambil tas. Keduanya sudah berdiri, yang mendapat tatapan dari pasangan suami istri.

"Jalan, Ya." Kayara mengangguk, ia mengabaikan tatapan Shila yang menatapnya penuh kebingungan. Daripada mereka berdua seperti penonton bodoh yang melihat kemesraan temannya, lebih baik pulang.

"Boleh bicara sebentar?" Rasyid menatap ke arah depan, di mana ada sosok ibu-ibu yang mengajak Kayara berbicara. Udah tau mau pulang, ada saja gangguannya.

"Gue tinggal sebentar." Rasyid mengangguk, lalu ia memilih duduk kembali. Helaan napas terdengar cukup keras dari Shila, yang membuat Rasyid dan Gibran saling menatap.

"Kasian gue sama Kayara, udah yatim piatu, nikah gagal, punya mantan kagak guna." Shila Nampak terlihat tengah sedih melihat Kayara menghilang di balik pintu masuk. "Tantenya emang nggak tau diri."

"Udah sayang, itu kan urusan Dokter Yaya." Ujar Gibran sembari tangannya mengelus punggung sang istri. Sedangkan Rasyid menatap dua manusia ini dengan tampang kesal. Bisa-bisanya pamer bucin.

Menyebalkan.

"Kasian Yaya." Rasyid masih diam, ia sibuk dengan ponsel miliknya. Meski ada rasa penasaran dengan ucapan Shila barusan, Rasyid tetap memilih diam. Tapi, kasian kenapa coba? Perasaan Kayara sehat-sehat saja, lalu bagian mana kasiannya? Shila memang suka tidak jelas.

"Gue balik." Rasyid berdiri, ia mulai malas melihat kelakuan sahabatnya yang terlalu berlebihan dengan istrinya. "Males gue lihat Kebucinan kagak faedah."

"Makanya punya pacar, biar tau kalau bucin itu seru."

"Pala lo yang seru." Rasyid menjitak kepala Gibran, di respon tawa kecil. "Segala sesuatu yang berlebihan kagak baik."

"Bacot mulu jadi erte" Kata Gibran dengan wajah yang amat menyebalkan. Kenapa Rasyid merasa kalau Gibran makin lama, makin kayak ibu-ibu. "Kagak bareng Dokter Yaya?"

"Jaman udah modern, dia bisa naik mobil apa aja." Emang ada benarnya maksud Rasyid, tapi masa setega itu. Ke tempat makan bareng, pulang masing-masing. Rasyid memang paling beda dari cowok lain. "Udah ya, gue pulang."

"Tante udah berapa kali bilang sama kamu, Kayara." Kayara masih diam, ia sama sekali tidak ada niat untuk melawan orang tersebut. "Jangan bikin kacau terus, berapa kali tante harus kasih tau kamu? Kayara."

"Tante, mohon maaf sebelumnya, tante ini sedang berperan jadi apa? Ibu tiri Samuel yang baik, atau lagi jadi tante saya yang lupa diri?"

"Yaya, jangan makin kurang ajar kamu."

"Tante, bisa nggak tante cukup pura-pura nggak tau aja? Saya bingung loh sama tante, masih sempat untuk menegur saya."

"Karena kamu keponakan tante, Kayara!!" Yaya terkekeh geli, ia menatap wanita paruh baya di hadapannya dengan tatapan sinis.

"Tante?" Yaya tertawa menyedihkan. "Mana ada, seorang tante yang rela meninggalkan keponakannya luntang lantung di jalan setelah kedua orang tuanya meninggal."

"Kayara."

"Di mana tante saat bunda sama ayah meninggal? Di mana!?" Kayara melangkah lebih dekat ke arahnya. "Di mana saat kedua orang tua saya akan di makam-kan? Di mana tante?"

"Kamu jangan kurang ajar sama tante sendiri."

"Kalau nggak salah, waktu itu tante memilih mengadakan pernikahan tante sama ayah Samuel. Dan sekarang mengakui kalau saya keponakan tante? Tolong sadar diri."

"Kamu lupa, siapa yang sudah membantu kamu sampai bisa jadi Dokter?"

"Maaf tante, saya jadi Dokter karena usaha saya sendiri."

"Kamu lupa saat kamu mendapatkan masalah di sana, siapa yang nolongin kamu? Saya." Yaya terdiam membeku. Ya, ada benarnya dengan ucapan orang tersebut. "Jadi, kamu harus sadar diri."

Kayara mendongkak, ia menatap wajah sang tante. Entahlah, Kayara bingung. Ratih, itu namanya yang Kayara tau. Beliau adalah kakak dari ayahnya, yang di mana memang keduanya tidak dekat. Yaya juga tidak tau mengapa tante Ratih ini bisa tau kalau dirinya adalah keponakannya. Padahal, Yaya selalu menganggap bahwa ia tidak memiliki keluarga lagi.

"Ingat Kayara, nggak ada satu pun dari kami yang sudi merawat kamu." Yaya mengangguk, memang ini nyata. "Kamu bocah yang nggak tau diri. Pantas saja nggak ada yang mau ambil kamu, kelakuan kayak gini. Kamu sudah nggak punya siapa-siapa, bersyukur tante mau ngakui kamu sebagai keponakan."

"Lalu kenapa rumah ayah di jual sama kalian?" Ratih menatap Kayara semakin marah. Bisa-bisanya membahas rumah lagi. "Kalian jual, kalian nikmati, lalu anaknya kalian usir. Kalian cuma manusia serakah."

"Jaga omongan kamu." Yaya pikir musuhnya adalah saingan dalam kerjaan, ternyata tante sendiri. "Wajar kami jual, itu hasil adik saya."

"Serakah"

"Tante nggak peduli." Ratih menarik tangan Kayara dengan kuat. "Jangan bikin masalah lagi, apalagi cari masalah sama ibunya Nara."

Kayara menatap punggung tantenya, ia menunduk dengan helaan napas pelan. Sudahlah, ia tidak mau terlalu larut soal tantenya. Saat Kayara keluar dari tempat tadi, tubuhnya menegang kala menemukan pria yang kini menatapnya. Yaya yakin, dia pasti dengar semuanya.

Rasyid.

Kenapa selalu ada Rasyid di saat Kayara terkena masalah? Ini benar-benar canggung.

Mungkin hanya pikiran Kayara saja yang eror, buktinya Rasyid tidak ada ucapan sepatah kata pun. Bahkan saat Rasyid mengantar Kayara pulang, sama sekali tidak membahas soal tante Ratih. Atau tanya soal tante Ratih. Rasyid bersikap biasa saja pada Kayara.

Ah sialan!!

Kayara jadi tidak fokus, meski kejadian itu sudah dua hari yang lalu.

"Dokter Aya." Ya Tuhan, pusing jadi Kayara. Kenapa Samuel muncul lagi. Apa Samuel tidak capek?.

"Jangan temui gue, lagi." Kali ini Kayara sudah benar-benar jengah, ia memang harus tegas terhadap Dokter Samuel. "Tegur gue, kalau soal kerjaan."

"Yaya, aku harus ngomong sama kamu."

"Gue kagak punya omongan apa-apa. Jadi, itu semua nggak perlu."

"Apa mama kemarin marahin kamu lagi?" Yaya terkekeh meremehkan. Mama, katanya? Bagi Kayara, tantenya tidak pantas di panggil mama oleh seorang Samuel. "Kayara"

"Gue kagak ada waktu."

"Oke, aku bakal terus ganggu kamu sampai kamu punya waktu buat aku."

"Jangan kekanakan Samuel."

"Tapi aku banyak omongan---

"Dua tige ayam jantan, kalian ngapain berantem?" Kayara menoleh, mendapatkan wajah julit Rasyid. Benar kan? Rasyid selalu muncul di saat Kayara ada masalah. "Pak cik sama mak cik, tak baik debat depan pintu. Ck ck tak boleh lah."

"Syid, diem. Bahasa lo di ubah dulu."

"Tak bisa." Kayara yakin, Rasyid sedang  kurang sehat. Ngapain cara ngomong ngikutin kartun dua botak itu. "Dokter tak boleh marah-marah Kesiaan pak Cik."

"Rasyid"

"Galaknyee"

"Bangke ini laki."

"Dua tige ayam berkokok, mari kita jongkok."

Sekedar Info saja, Kayara ke rumah sakit hanya mampir sebentar untuk mengambil barang yang tertinggal. Dan entah mengapa harus bertemu Samuel juga Rasyid.

Belum Rasyid jongkok, Kayara sudah menggapit kepala Rasyid, meninggalkan Samuel yang terdiam membisu. Kedekatan Kayara dan Rasyis membuat Samuel memikirkan seribu pertanyaan.

Continue Reading

You'll Also Like

947K 54.1K 53
BELUM DIREVISI. "Suutttt Caa," bisik Caca. "Hem?" jawab Eca. "Sttt Caa," "Apwaa?" Eca yang masih mengunyah, menengok ke samping. "Ini namanya ikan ke...
29.5M 1.3M 44
[Story 4] Di penghujung umur kepala tiga dan menjadi satu-satunya orang yang belum nikah di circle sudah tentu jadi beban pikiran. Mau tak mau perjod...
6.1K 693 27
UPDATE SESUAI MOOD. Ini cerita humor pertama saya, buatnya susah ternyata [Cry] Jadi mohon dukungannya berupa follow dan vote setiap chapter. Thank...
78.9K 12.8K 30
Tetangga baru yang selalu membuat keributan berhasil membuat dorison ingin pergi dari rumah. Ketenangan nya hilang saat tetangga baru nya suka menan...