Bima Sakti

By bundalidiii

18.7K 1.8K 187

[ FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA ] Galang adalah korban dari pembantaian satu keluarga 8 tahun silam. Dirinya... More

Prolog
Bab 1
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Cast
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
maaf

Bab 2

1.1K 107 10
By bundalidiii

Langit sudah mulai gelap, ribuan bintang kini siap menghiasi langit malam. Kediaman keluarga Sanjaya kini tengah berkumpul di ruang keluarga. Tak hanya keluarga Sanjaya saja, Bima juga turut serta. Sebenarnya sore tadi setelah mengantarkan Andara pulang, tiba-tiba saja Jorji selaku ketua pengawal keluarga Sanjaya menyuruhnya untuk datang ke ruang keluarga.

"Ini ada apa yah?" tanya Andara tak paham situasi.

"Berapa umur anda Bima?" tanya Kevin tak menggubris pertanyaan Andara.

"23 tahun." jawab Bima sedikit heran.

"Saya punya tugas spesial untuk anda, jadilah anak 17 tahun lagi dan masuk ke sekolah yang sama dengan Andara." perintah Kevin. Semua orang terkaget, bahkan Bima pun tak percaya.

"Dia disuruh nyamar jadi anak sekolahan?" tanya Denis.

"Yah, dia aja gak ada wali? Kalo dia semisal bolos karena jalanin tugas ayah bisa susah lagi nanti, anak-anak di sekolah Andara pasti juga bakal curiga sama Bima." jelas Denis.

Kevin menatap Denis tajam, seperti biasanya anak itu selalu memiliki opini sendiri tanpa tau jika semua yang Kevin lakukan pasti sudah di pikir matang-matang.

"Ayah kalo ambil tindakan pernah main-main?" tanya Kevin pada Denis.

"Enggak yah." jawab Denis lalu menghela nafas panjang.

"Wali Anda sudah saya siapkan, besok sudah bisa langsung berangkat." Kevin berjalan mendekati Bima, ia berdiri pas di samping kiri Bima lalu membisikkan sesuatu.

Semua orang di sana tak ada yg bisa mendengar bisikan Kevin tadi. Mereka juga tau jika Kevin sedang merencanakan sesuatu sampai-sampai menyuruh Bima menyamar. Melia langsung menarik Andara keluar ruangan diikuti oleh Denis. Kini tinggalah Kevin dan Bima di ruangan itu.

"Seragam sudah saya siapkan, kemungkinan sudah ada di kamar anda. Transportasi juga sudah saya siapkan, anda bisa berangkat ke sekolah menggunakan motor yang saya beli pagi tadi. Ingat, jangan sampai anda macam-macam di sekolah. Bertindak seperti siswa biasa saja, tidak usah ikut eskul atau apapun karena bisa menghambat tugas utama anda untuk menjaga anak saya. Cctv di sekolah bisa anda akses jika perlu, tapi sebelum itu anda harus minta ijin pada saya. Sekarang anda sudah boleh pergi." jelas Kevin lalu melangkah keluar.

Bima menatap Kevin bingung, "apa yang sebenernya ada di otak dia?" lirih Bima kemudian keluar juga dari ruangan.

Sementara itu dikamar Andara, Melia langsung menginterogasi anak perempuannya itu. Dari awal dia cukup khawatir akan keselamatan anaknya di sekolah.

"Bener di sekolah gak ada apa-apa?" tanya Melia untuk kesekian kalinya.

"Ma, gak ada yang perlu mama khawatirin. Aku di sekolah gak pernah dapet yang macem-macem." jawab Andara.

"Lagian aku heran sama ayah, apa hebatnya anak baru itu sampe di beri kepercayaan kaya gitu. Mana di fasilitasin." cercah Denis. Sebelumnya ia sudah mendapatkan kabar tadi dari Asisten pribadinya.

"Ayah tau yang terbaik buat kalian, dia gak akan main-main kalo ambil keputusan." ucap Melia menenangkan kedua anaknya.

Andara dan Denis menghela nafas panjang. Ucapan Melia tadi sepenuhnya benar. Ayah mereka adalah tipe pemikir. Apapun yang akan dia perbuat sudah dipikirkan dengan matang.

®®®

Pagi ini cukup mendung, angin berhembus kencang sehingga membuat Bima terpaksa mengenakan jaket yang sedikit tebal. Setelah sarapan, ia langsung menuju garasi kedua keluarga Sanjaya. Jorji juga ikut menemani Bima, ia menyerahkan kunci motor sebagai fasilitas Bima menuju sekolah sekaligus menjalankan tugasnya.

"Gimana pilihan saya?" tanya Jorji sedikit terkagum melihat motor baru untuk Bima.

"Selera ketua gak bisa di ragukan, bagus saya suka." jawab Bima dengan senyuman.

"Yasudah selamat bertugas." ucap Jorji sambil menepuk pundak Bima. Matanya tertuju pada mobil milik Andara yang sudah berjalan menuju gerbang.

Bima mengangguk lalu memakai helm dan menaiki motornya, ia mengendarai motornya menyusul mobil Andara. Bima sengaja jaga jarak untuk menghindari kecurigaan anak-anak SMA GALAXY nantinya.

Setelah menepuh perjalanan 30 menit, akhirnya mereka sampai di SMA GALAXY. Bima memarkirkan motornya lalu membuka helm, dia melihat sekeliling lalu menghela nafas panjang. Belum masuk saja dia sudah menjadi pusat perhatian. Sementara itu Andara yang melihat Bima sedikit tak suka dengan pandangan orang-orang padanya.

"Kaya gak pernah liat cowok aja." batinnya lalu berjalan masuk ke gedung utama sekolah.

Bima merapihkan seragamnya lalu masuk ke gedung utama sekolah. Ia berhenti sejenak, matanya memutar mencari letak ruang guru. Bima lupa saat dia bertugas kemarin, dia tidak masuk ke dalam hanya di luaran sekolah saja.

"Permisi." ucap Bima mencoba menghentikan gadis yang membawa banyak tumpukan buku.

"Apa?" jawab gadis itu.

"Ruang guru di-"

"-nih, makasih udah mau bantu ke ruang guru ya." gadis itu langsung memberikan separuh buku ke Bima.

"Eh tapi gue belum selesai ngomong." ucap Bima lagi.

"Jangan banyak bacot, buruan sebelum bel masuk nih." jawab gadis itu tanpa menoleh ke arah Bima.

Karena sudah terlanjur, Bima menurut saja. Toh, mereka akan ke ruang guru kan?

®®®

Banyak yang sedang unjuk rasa di depan gedung SANJAYA CORP. Mereka rata-rata para pekerja yang dikeluarkan. Mereka sangat tidak terima dengan keputusan perusahaan terutama karena saat mereka keluar tidak ada uang pesangon sekalipun. Hal ini mengundang banyak perhatian dari media.

"KAMI MEMINTA HAK! PAK KEVIN SANJAYA, KAMI TIDAK BISA KELUAR BEGITU SAJA." teriak mereka.

"Liat deh, itu kan Audrey ya? Masa ikutan unjuk rasa di sana. Padahal menurut rumor dia dapet pesangon banyak banget." lirih karyawan yang sedang melihat para pengunjuk rasa di luar sambil menunjuk wanita muda yang mengenakan jaket levis biru.

"Dia kan gila uang, mungkin uangnya gak cukup makannya gitu." jawab salah satu teman karyawan itu.


Wanita yang mereka bicarakan ternyata juga menatap mereka dengan tajam. Ia lantas berdiri dan keluar barisan lalu berjalan keluar gedung. Belum sempat keluar, Audrey melihat Kevin Sanjaya melihat gerombolan unjuk rasa dari lantai atas.

"Seenggaknya kalo mau buang kotoran harus ada alasan pastinya bajingan!" ucap Audrey dengan amarah.

®®®

Bima sekarang sudah berada di ruang guru, ia barusan di sambut oleh Pak Harsa selaku wali kelasnya untuk kedepan. Gadis yang bersamanya juga ternyata teman sekelas Bima dan kebetulan menjabat sebagai wakil ketua kelas.

"Yaudah ayo ke kelas biar bapak dan Lian antar ya nak Bima." ucap pak Harsa lalu berjalan keluar kantor diikuti Lian dan Bima di belakang.

"Rasanya aneh aja, sebentar lagi ujian kenaikan kelas dan ada murid pindahan? Seberapa pengaruhnya lo di sekolah ini? Lo anak perdana menteri atau presiden? Kalo presiden kemungkinan bukan, atau lo beralasan dapet beasiswa? Harusnya alasan klasik itu gak lo gunain pas kenalan sama temen sekelas nanti. Kalo lo bukan dari orang yang berada lebih baik gak usah ngelakuin hal-hal yang menonjol. Itu demi kebaikan lo buat 1 tahun ke depan selama lo sekolah di sini." jelas Lian dengan ekspresi datar.

Bima hanya mengangguk, ia merasa lucu dengan Lian. Terlihat tidak perduli tapi sebenarnya sangat perduli. Ekspresi wajah Lian boleh saja datar, tapi hatinya sepertinya sangat lembut. Bima paham kenapa gadis itu ditunjuk sebagai wakil ketua kelas.

"Sifat lo arogan ya, ketua kelas kita cewek juga?" tanya Bima yang mendapat tatapan tajam dari Lian.

Mereka akhirnya sampai di kelas 11-3. Di SMA GALAXY tidak menggunakan sistem SMA pada umumnya. Di sini mereka tidak dibagi menjadi kelas Bahasa, Ipa atau Ips pada umumnya. Ini yang membedakan SMA GALAXY berbeda dari sekolah negeri yang lain.

Lian membuka pintu mempersilahkan pak Harsa dan Bima masuk terlebih dahulu, setelahnya ia menuju tempat duduknya. Pak Harsa meletakkan buku materinya di meja lalu berjalan ke tengah-tengah diikuti Bima. Semua mata tertuju pada Bima terutama Andara. Ia tak menyangka jika ayahnya akan menempatkan Bima sekelas dengan dirinya.

"Jadi kalian pasti tau bapak bakal bilang apa ya, biar cepet langsung aja Bima perkenalkan dirimu ke temen sekelas kamu." ucap pak Harsa.

"Nama gue Bima Sakti, panggil aja Bima. Salam kenal buat kalian." ucap Bima memperkenalkan diri.

"Bima bisa duduk di sebelah Saga, bangku paling akhir itu." tunjuk pak Harsa pada laki-laki yang sedang mengacungkan tangan. Bima mengangguk paham lalu berjalan ke arah pria itu lalu duduk di sebelahnya.

"Panggil Saga aja." lirih Saga pada Bima.

Akhirnya pelajaran dimulai, seluruh siswa-siswi kelas 11-3 mendengarkan pak Harsa dengan tenang. Selain penjelasan yang mudah dimengerti, cara penyampaian pak Harsa juga tidak bertele-tele dan santai. Itulah mengapa dia menjadi salah satu guru yang di kagumi banyak siswa-siswi SMA GALAXY.

"Gue tadi sempet liat orang tua lo di kantor kepsek, lo anak orang yang berpengaruh ternyata." ucap Saga dengan senyum jail.

"Lo liat mereka? Gue gak sempet ketemu malah." jawab Bima hati-hati.

"Gue tau, lo gak mau menarik perhatian kan? Apa perlu gue tutup mulut tentang siapa orang tua lo?" tanya Saga terlihat serius.

"Gue gak percaya manusia tau." Bima menepuk pundak Saga.

"Terus kalo lo percaya gue tandanya gue bukan manusia?" tanya Saga.

"Ya gitu." Bima mengeluarkan buku dari tasnya.

"Oke setan Saga siap mengunci rahasia lo." seru Saga yang membuat Bima menganga.

®®®

Kevin Sanjaya tengah melakukan video call dengan salah satu kliennya yang berasal dari Italia. Mereka membahas perkembangan teknologi untuk Sanjaya Motors.

"Sanjaya Motors puo padroneggiare l'Indonesia? Sembra che sia molto impossibile, vero? (Apakah Sanjaya motors bisa menguasai Indonesia? sepertinya itu sangat mustahil bukan? )" ucap Kevin.

"Signor Kevin Sanjaya, non può decidere tutto solo perché l'Indonesia non è un paese sviluppato.  Se hai il coraggio di fare grandi passi e creare qualcosa che sia riconosciuto dal mondo, questo è sufficiente perché l'Indonesia, in particolare la tua azienda, sia riconosciuta dal mondo. (Pak Kevin Sanjaya, semuanya tidak bisa anda putuskan hanya karena Indonesia bukan negara maju. Jika kalian berani mengambil langkah besar dan menciptakan sesuatu yang diakui dunia itu sudah sangat cukup membuat Indonesia terutama perusahaan anda diakui dunia.)" jawab orang Italia tersebut.

"Umberto corrisponde al significato del tuo nome se sei una grande luce.  Spero che firmando questo contratto tu possa portare grande luce ai motori Sanjaya (Umberto sesuai dengan arti nama anda jika anda adalah cahaya yang besar. Saya harap dengan menandatangani kontrak ini anda bisa membawa cahaya yang besar bagi Sanjaya motors.)" jawab Kevin lalu disambut gelak tawa dari Umberto.

"Quindi posso chiedere una cosa? (Lantas apakah boleh saya bertanya satu hal?)" tanya Umberto dengan raut wajah serius.

"Il bambino che ti ho raccomandato ha buone strutture?  Posso prenderlo da te in qualsiasi momento (Apakah anak yang saya rekomendasikan untuk anda diberi fasilitas dengan baik? Saya bisa kapan saja mengambil dia dari anda.)" Kevin langsung terdiam.

Sementara itu saat ini sudah waktunya jam istirahat. Bima berjalan menuju pos satpam. Ia melirik sekitar mencari satpam yang ditemuinya kemarin. Sepertinya hanya kepada satpam itulah Bima bisa berteman.

"Loh kamu?" ucap pak satpam secara tiba-tiba yang membuat Bima terkejut.

"Eh, pak saya mau istirahat di sini boleh ya?" tanya Bima. Satpam tersebut menatap Bima bingung, dilihatnya dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Kirain kamu pengawal soalnya kemaren bilangnya gitu." ucap Satpam itu lalu duduk di kursi panjang.

"Kemaren cuman survey soalnya saya kalo ngelakuin hal harus di amati dulu biar bisa terjun langsung pak." jawab Bima lalu memberikan Satpam itu roti dan minuman kaleng yang ia beli di kantin sebelum datang ke pos satpam.

"Biar bagaimanapun kamu tetep harus cari temen nak."

Sesaat setelah pak satpam mengucapkan kalimat terakhirnya, Bima melihat gadis yang kemarin hampir saja terbunuh akibat terjatuh dari lantai atas kemarin. Ia menghentikan kegiatan mengunyahnya lalu memandangi gadis itu intens.

"Dia juga gak ada temen tuh pak." tunjuk Bima pada gadis itu.

"Ohya hampir lupa." pak satpam masuk ke posnya lalu keluar dengan membawa buku tebal.

"NAK NEVA!" teriak pak satpam yang membuat gadis tadi menatap ke arah mereka. Tanpa pikir panjang gadis itu beranjak dari tempatnya dan menghampiri pak satpam tanpa menoleh ke arah Bima sedikitpun.

"Kemarin mamang di suruh ngasih buku ini buat kamu, dari bu Retno." ucap pak satpam sambil memberikan beberapa buku tebal pada gadis bernama Neva itu.

Neva tersenyum senang lalu mengucapkan terimakasih pada pak satpam. Tanpa sadar matanya bertemu dengan Bima yang kebetulan memperhatikannya sejak tadi. Neva sedikit kesal karena dia tak suka dengan tatapan mata laki-laki itu.

"Apa!" bentak Neva.

®®®

Kelas sebentar lagi akan di mulai, Bima dan Neva sekarang sedang berjalan berdampingan. Sebenarnya Neva sudah pergi terlebih dahulu, tapi Bima mengejarnya karena pak satpam memberitahu jika mereka sekelas. Bima terkejut, dia merasa tidak melihat Neva saat masuk kelas pagi tadi.

"Jadi lo tuh gak pernah punya temen ya? Pantes aja jam istirahat bukannya jajan sama temen malah ke taman sendirian mana kaya orang jomblo lagi." ledek Bima. Neva mencoba menutup telinga tak mendengar apa yang Bima bilang.

"Agak repot juga kalo pak satpam ngasih lo buku tapi di kembaliin lagi." ucap Bima memulai percakapan terlebih dahulu.

"Pulang gue ambil." jawab Neva singkat.

Bima mengangguk, ia melirik ke arah Nevada dengan gemas. Jujur saja Bima sudah memiliki niat untuk menjahili gadis itu selama ia bersekolah.

"Tapi bukannya kemaren lo bilang kalo lo itu lebih tua dari gue ya? Mana bahasa lo formal banget." Nevada menghentikan langkahnya lalu menghadap ke arah Bima dengan penuh selidik.

"Gue kemaren cuman liat-liat aja, sebenernya gak akan gue ketemu lo kalo orang tua gue gak maksa gue buat sekolah di sini." Jawab Bima setenang mungkin.

Neva yang mendengar itu langsung memasang muka tak suka pada Bima. Ia langsung berjalan mendahului Bima bahkan berlari agar Bima tak mengejarnya.

"Aneh banget cewek." Ucap Bima.

®®®

Kebahagiaan semua siswa dan siswi SMA GALAXY akhirnya datang. Bel pulang menggema di seluruh sekolah, kini siswa dan siswi mulai berlari keluar kelasnya. Namun, ada pula para siswa olimpiade atau para atlet perwakilan sekolah yang masih berada di dalam ruangan khusus.

Bima berjalan santai menelusuri lorong menuju lantai bawah. Sesekali ia melihat kelas dan menyapa para wanita yang memandanginya. Saat menuruni tangga, ia tak sengaja melihat ponsel Lian yang menunjukkan pesan berisi ancaman. Layar ponsel itu menyala dan menghadap ke arah Bima.

"Are you okay class vice president?" Tanya Bima memastikan.

Lian langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku lalu berlari pergi meninggalkan Bima.

"Dia kasih tanda tolong atau cuman kebetulan?" Tanya Bima entah pada siapa.

"Bima!" Tiba-tiba saja Saga muncul entah darimana lalu merangkul Bima seolah mereka itu sangat akrab.

"Kenapa?" Tanya Bima langsung menepis tangan Saga.

"Lo kenapa belum pulang? Naik apa pulangnya? Pake mobil nyokap ya?" Tanya Saga semangat.

"Kemungkinan naik motor, gue mandiri." Jawab Bima.

"Kalo gitu gue ikut." Bima menatap Saga bingung begitupun sebaliknya.

"Gak bisa, kalo mau bonceng gue minimal mau mati." Jawab Bima dan pergi.

Bima berlari menuju parkiran lalu segera menaiki motornya. Ia pergi tanpa memperdulikan Andara yang sedari tadi memanggilnya. Bima mengikuti ojek yang Lian tumpangi. Ojek itu berhenti di depan gedung tak jauh dari sekolah.

Bima melihat Lian seksama, nampak gadis itu menghela nafas berkali-kali sambil melihat kanan kirinya. Selang beberapa menit, munculah seorang lelaki berbadan tinggi mengenakan jaket dan topi. Laki-laki itu nampak mengelus rambut Lian, tapi janggalnya Lian malah menepis dan terlihat risih.

"Hey jangan gitu lah, lo cinta gue kan? Gue juga cinta sama lo." Laki-laki itu langsung menarik rambut Lian.

"Ini cinta gue ke lo, gaboleh jauh dari gue atau gue rontokin rambut kebanggaan lo ini." Ucap laki-laki itu.

Lian menahan tangisnya, jujur jika dibolehkan dia akan menangis dengan kencang hingga ada orang yang menolongnya. Tapi laki-laki di hadapannya ini pasti akan berbuat lebih parah.

"Adegan ciuman haram di negara ini." Ucap Bima di belakang Lian.

Laki-laki tadi langsung melepaskan jambakannya di rambut Lian. Mereka menatap Bima bingung.

"Kekerasan dalam pacaran gak ada juga di hukum negara ini? Kalo pacaran bukan termasuk KDRT ya kan? Tapi tetep masuk kekerasan juga sih, sorry ya gue gak sengaja ngerekam lo. Cctv juga pasti ngerekam sih." Ucap Bima sambil memperlihatkan ponselnya.

Laki-laki itu menatap Lian dan Bima nyalang. Ia langsung pergi meninggalkan mereka. Lian lega, seenggaknya untuk saat ini dia bebas dari penyiksaan laki-laki tersebut.

"Makasih udah nolong." Ucap Lian pada Bima.

"Bukan memperburuk? Lo pulang lewat mana?" Tanya Bima.

"Gue bisa pulang sendiri, tuh kakak gue udah dateng." Tunjuk Lian pada wanita muda berpakaian levis biru dengan rambut diikat ekor kuda.

Bima melihat ke arah yang Lian tunjuk, ia menatap wanita tadi tanpa ekspresi apapun. Lian memperhatikan Bima, ia memang suka memperhatikan ekspresi wajah seseorang.

"Temen ya?" Tanya wanita tadi.

"Bima kenalin ini kakak gue namanya Audrey, kak ini Bima murid baru di kelas aku." Ucap Lian mempersilahkan Bima dan Audrey saling berkenalan.

"Ketemu lagi kita." Ucap Audrey yang di beri anggukan oleh Bima.

Bima mengambil ponselnya karena berdering, ia menatap foto yang di kirim. Wajahnya langsung berubah menjadi sangat serius.

Audrey menatap Bima seolah mengetahui situasi laki-laki itu, ia langsung menyuruh Bima untuk pergi. Tanpa basa basi Bima langsung pergi. Begitupun Audrey yang menarik tangan Lian agar pergi juga.

®®®

Setelah mengganti pakaian, Bima berlari menuju lapangan tempat latihan pengawal seluruh keluarga Sanjaya. Di sana akan ada pengarahan tugas untuk setiap orang. Jujur Bima penasaran tugas apa lagi yang akan dia jalankan kali ini.

"Tim saya tunjuk langsung pergi." Ucap Jorji.

Jorji ini kepala pengawal, semua perintahnya resmi dari Kevin Sanjaya sendiri dan wajib di jalankan. Jorji ini cerminan pemimpin yang tegas dan teliti. Ia juga pandai bermain trik dan menguasai berbagai bidang. Suatu kepantasan jika Jorji menjadi kepala pengawal di sana.

"Tim 127 meluncur menjaga pak Kevin, saya akan bergabung di tim ini." Ucap Jorji.

Bima hanya menyimak, jika di pikir ia masuk tim 127 karena hanya dia yang tersisa dan beberapa orang lainnya. Jika langsung menjaga Kevin Sanjaya tandanya tim ini adalah tim khusus atau bisa dibilang tim pribadi bukan tim keluarga. Setau Bima harusnya ia melewati beberapa tahap agar bisa langsung menjaga Kevin Sanjaya.

"Daftar ini bukan saya yang menulis, ini murni tulisan dari pak Kevin sendiri. Saya harap kalian bisa menjalankan tugas masing-masing tim dengan baik. Jika ada kendala dan keluhan langsung hubungi saya. Ingat, kalian menjaga nyawa orang lain. Agar bisa menjaga nyawa orang lain kalian juga harus pandai menjaga diri dan meningkatkan kemampuan bertarung. Jika ada yang protes bilang sekarang, agar saya bisa menyampaikan langsung ke pak Kevin." Jelas Jorji.

"Silahkan bubar jika tidak ada." Semua pengawal langsung pergi begitupun dengan Bima.

Saat ini tujuannya adalah ruang tengah, ia tak bisa melupakan tugas utamanya untuk menjaga Andara baik di sekolah maupun di rumah. Saat perjalanan menuju ruang tengah, Bima di kejutkan oleh suara notifikasi dari ponselnya. Karena penasaran ia berhenti sejenak guna mengecek ponselnya.

"Kenapa di retas biar ayah tau kalo di antara pengawal dia gak ada yang berkhianat." Tiba-tiba saja suara Denis mengejutkan Bima. Ia menatap Denis lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku jas.

"Dari awal gue penasaran, lo itu beneran mau jadi pengawal di sini atau punya tujuan lain? Kalo pun ada tujuan lain, gue gak akan jamin keselamatan lo." Denis berjalan mendekati Bima.

"Mending pergi daripada mati di tangan orangtua kandung lo." Bisiknya ke telinga Bima.

Mata Bima melotot, ia terkejut dengan perkataan Denis barusan. Mereka berdua akhirnya saling menatap. Denis menatap Bima sarkas berbeda dengan Bima yang menatap Denis bingung.

"Bajingan."

BERSAMBUNG

Continue Reading

You'll Also Like

18.3K 901 23
"Abang kalo kita pisah nantinya, jangan lupa dengan adik kecil mu ini yah", kata si bungsu Joshua Adi Dirgantara anak terakhir yang paling banyak dia...
227K 16.4K 27
🌱 Park Jisung and NCT Dream Season 1 tamat Season 2 on going • • SEASON 1 Rasa iri pada adik bungsunya membuat 'mereka' rela memperlakukan Jean baga...
13.5K 1.5K 15
[Family and Brothership] Candra Sengkala, laki-laki tak sempurna pemilik mimpi besar menjadi pianis. Bukan hal yang mudah untuk dia bisa menggapai mi...
61.2K 8.2K 64
>MaiTake Omegaverse< and other couple ⚠Alur santai⚠ •Chapter 1-15: Childhood •Chapter 16-44: Toman Formed •Chapter 45-56: Moebius Arc •Chapter 57-?:...