RASYID

By enyagain

10.8K 1.8K 444

Di tengah gempuran orang-orang yang banyak memilih menikah muda, Rasyid masih asik jadi RT. Masih senang main... More

SATU
DUA
NASIB RT
MASALAH MULAI DATANG
JADI PIHAK KETIGA
JAMINAN JOMBLO
KEKACAUAN
RASYID SI ANAK ORANG KAYA
ANEH
RUMOR
RASYID PENGEN NIKAH
CALON PACAR
SITUASI SULIT
RASYID BERULAH
RASYID COSPLAY
JIWA KAYARA
KAYARA EROR
BUKAN JODOH
PERJUANGAN RASYID
RASYID SEBENARNYA
RASYID DENGAN TINGKAHNYA
KAMPUNG DUKU TEMPAT JATUH CINTA
OFFICIAL CALON BINI

DETECTIVE RASYID

423 110 11
By enyagain

Rasyid diam mematung setalah sampai di rumah sakit. Bukan suster atau perawat yang menyambutnya, melainkan sosok Kayara yang kini tengah adu tatap dengan sosok perempuan yang entahlah Rasyid tidak tahu. Haduh, kenapa selalu ada di antara perdebatan sih.

"Gue lama-lama jengah Nara." Rasyid meringis kala mendengar gertakan Kayara, ini namanya Rasyid salah masuk segmen. "Lo bisa kagak, berhenti temui gue?"

"Gue kagak akan berhenti, sebelum Samuel nikahin gue. Dengan begitu, semua aman." Kayara nampak santai dengan posisi yang masih berdiri menatap lawan bicaranya. "Tapi, udah nikah aja nggak menjamin jadi pelakor."

"Jangan basa basi, lo langsung aja. Ada apa nemuin gue lagi?"

"Tante Ratih ke ruangan gue, beliau bilang kalau kalian berdua masih sering ketemu."

"Ini rumah sakit, lo tau gue siapa? Dokter. Samuel juga Dokter. Ya kali kagak ketemu. Kocak lo."

"Sifat asli lo uda kelihatan."

"Dari dulu udah gue perlihatkan, kalian aja pada bego."

"Termasuk Samuel?"

"Mungkin."

Nara, salah satu Dokter kandungan yang mana di kenal ramah tamah. Nara ini, amat ramah. Jujur saja, Kayara juga tidak ada masalah apapun. Hanya saja, semenjak ia mendengar kalau Nara calon istri Samuel, Kayara hanya perlu menghindar. Kayara paham, Nara menemuinya bukan sekedar basa basi doang, melainkan memberikan peringatan pada Kayara. Bukan peringatan bentuk dalam niat buruk, tapi lebih memperingatkan bahwa keluarga Samuel tidak main-main. Kayara paham kok, tapi ia juga tidak suka terus menerus di rendahkan seperti ini. Seolah Kayara ini sosok perempuan yang tidak pantas bersanding dengan orang punya.

"Dokter Kayara, entah berapa kali lagi gue bilang. Hindari Samuel." Kayara masih tenang, masih santai dengan posisinya berdiri. "Gue capek setiap hari menerima telepon dari keluarga, untuk supaya cepat-cepat menikah dengan Samuel. Lo tau jelas, masih banyak yang harus gue gapai."

"Lo tinggal jelasin sama keluarga lo, beres. Gue kagak ada hubungannya dengan harapan yang akan lo gapai. Jadi plis, jangan usik gue."

"Gue nggak akan berhenti sebelum gue lihat, lo hindari Samuel. Bahkan kalau perlu, kalian jaga jarak."

"Dokter Nara yang terhormat, gue ini Dokter paling miskin. Tanpa gue jelasin, semua juga tau asal muasal gue. Kenapa kagak kalian aja yang pindah? Beres."

"Andai aja gue bisa, udah gue lakuin dan---

"PUAS LO DOKTER GADUNGAN!!" Entahlah, Rasyid melihat ini semua bingung untuk menjelaskan situasi sekarang. Apalagi, teriakan perempuan yang tiba-tiba saja datang menjambak dan menghajar Kayara. Apa yang harus Rasyid lakukan? Bingung jadinya.

"Rindi, lepasin Rin." Nara mencoba untuk menarik tangan Rindi, yakni adik kandung Samuel. Sedangkan Kayara, masih diam dan sama sekali tidak membalasnya. Beberapa perawat dan suster menonton mereka bertiga.

"Nggak bakal gue lepasin kak, gara-gara dia, mami nangis terus."

"Rindi, lepas dulu. Jangan begini, Rindi."

"Kak, lo masih aja belain perempuan yatim piatu ini?. Biarin aja, gue keluarin tenaga gue." Rindi terus saja menjambak rambut Kayara, sedangkan Nara kesulitan menghentikan tindakan Rindi. Dan Rasyid yang melihat, dilema besar. Kalau dia ikut campur, masalah akan tambah runyam.

"Rindi, lepasin dulu."

"Nggak, gue nggak akan lepasin perempuan yang nggak tau diri ini."

"Lo cuma sampah kecil." Ujar Kayara yang langsung menghentikan tindakan Rindi, tangan Rindi masih menarik rambut Kayara. "Manusia yang rendah itu, modelan kayak lo."

"Makin kurang ajar!!!" Nara kehilangan keseimbangan, hingga ia terjatuh akibat dorongan Rindi. Makin rame dan bahkan semua makin khawatir dengan kondisi Kayara yang di jambak habis-habisan.

"Tangan sampah lo, nggak cocok pegang rambut gue." Kata Kayara setelah menghempaskan tubuh Rindi, hingga terduduk di lantai. Kayara, merapikan pakaiannya. Ia berjongkok hingga kini bertatapan dengan wajah Rindi yang menahan amarah. "Lo sibuk ngurusin hidup gue, kenapa kagak sekalian urusin kebutuhan gue?"

"Oh, ini sosok Dokter yang ternyata busuk?."

"Lebih busuk kelakuan kalian. Memalukan." Kayara bangun, ia ingin meninggalkan tempat tersebut. Namun, kakinya di tahan oleh Rindi yang kini sudah berdiri.

"Lo cuma perempuan menjijikkan." Ucapan Rindi menyulut emosi Kayara. Sialan, ini namanya memulai peperangan.

"Dan lo nggak ada hak untuk---

"Lebih menjijikkan lagi kelakuan lo yang kagak ada hubungannya." Suara Sasi membuat semuanya menegang. Siapa yang tidak tau Dokter Sasi Kamania Baihaqi. Selain di kenal tingkah bar-bar, ia juga anak tunggal kaya raya. Oh, jangan lupakan, suaminya adalah menjadi pewaris rumah sakit tersebut. Dan Nara yang melihat ada sosok Sasi, ia hanya bisa menghela napas berat. Ini akan menjadi masalah besar.

"Oh antek-antek Dokter Kayara, cocok sih. Sama-sama nggak tau diri." Tangan Sasi sudah mencengkram bahu Rindi, Kayara yang melihat di buat panik. Bisa panjang ini masalah. "Lepasin"

"Kalau lo bisa, lepasin sendiri." Semakin Rindi berontak, semakin tangannya merasakan amat sakit. "Kenapa?"

"Lepasin tangan gue."

"Ine!!" Rasyid yang melihatnya, merasakan detak jantung berdetak cepat. Ine, asisten pribadi Sasi. Lagian itu cewek kagak lihat tempat sih, jadi urusannya sama Sasi deh.

"Iya Non?"

"Seret dia ke ruangan rapat."

"Iya, Non?"

"Panggil polisi sama pengacara."

"Baik Non." Ine mencekal tangan Rindi, dan langsung menyeretnya. Semua yang berada di sana, memilih pergi guna untuk menghindari amarah Dokter Sasi.

"Dokter Kayara dan Dokter Nara, ikut ke ruang rapat." Kata Sasi dengan suara teagas. Kayara mengangguk lemah, mau bagaimana lagi. Begini hidup orang miskin, akan ada saja permasalahannya.

Sudahlah, Kayara pasrah. Ini akan panjang dan dirinya akan menjadi korban. Rasyid diam saja melihat punggung Kayara tertelan tembok. Akan lebih baik ia pergi menemui Sasi. Karena memang dari awal ke sini, untuk bertemu Sasi. Biasa RT, pasti sibuk. Pun dengan Rasyid, jelas sibuk.

"Kamu lagi." Kayara diam menatap lawan bicara, yang tak lain sosok wanita paru baya. Ibu dari perempuan yang menyandang Dokter kandungan. Begini kalau ada masalah dengan Nara, pasti ibunya ikut campur. "Kamu nggak kapok-kapok, selalu ganggu anak saya"

"Mah, Nara udah jelasin. Nara yang mulai, bukan Dokter Kayara."

"Kamu diam Nara, jangan belain perempuan sialan ini. Makin melunjak kalau di baikin."

"Ibu siapa berani ngatain saya sialan!?" Sudut bibir Sasi menahan senyuman. Kayara si galak, kembali juga. Oh jangan lupakan, paling judes di antara Sasi dan Shila, ya Kayara. "Memangnya saya hidup numpang di rumah ibu? Saya kenal aja nggak, siapa ibu?"

"Bukannya minta maaf, malah makin tidak jelas."

"Pertama, saya tidak ada urusan dengan ibu. Kedua, saya tidak menyerang Dokter Nara. Dan ini poin penting, saya tidak peduli dengan respon ibu." Kayara berdiri, membungkuk tanda salam. "Saya juga sudah menerima hukuman, yang bukan atas kesalahan saya."

"Hukuman kamu di skors seminggu itu tidak cukup."

"Kalau begitu, kenapa ibu nggak nyuruh Dokter Nara pindah?" Bungkam, dan Kayara bisa melihat jelas Nara mengepalkan tangannya. Jelas-jelas Nara ambisius bekerja di rumah sakit ini. "Saya permisi."

"Saya mau dia di keluarkan." Langkah Kayara terhenti, Sasi saling tatap dengan Dokter Santoso. Urusan makin rumet aja, pake banyak maunya.

"Mama, jangan keterlaluan." Tegur Dokter Nara. Meski ia tidak suka dengan sosok Kayara, namun ia juga tidak mau kalau harus mematahkan impian orang.

"Pokoknya dia harus di berhentikan." Kayara membalikkan badannya, tangannya mengepal kuat. Tatapannya yang begitu menyeramkan. "Berani kamu melotot sama saya?"

"Ibu nggak ada hak untuk meminta saya keluar."

"Kenapa? Saya juga di sini salah satu orang yang punya saham."

"Kalau begitu ibu mau kalau nama anak ibu tercemar jelek?." Suara Rasyid dari arah pintu, membuat semuanya menoleh cepat. Sasi menatap abangnya ragu. Duh kacau kalau ada Rasyid, bisa absurd pembahasannya. "Kenapa diam?"

"Orang luar tidak ada hak ikut campur."

"Tapi orang luar ini, punya saham juga di rumah sakit ini." Ibu Nara menatap Sasi penuh pertanyaan.

"Ini abang sepupu saya, adik dari Raden Wahyu Waluyo." Rasyid tersenyum dengan cengiran yang menyebalkan. Kayaknya kalau ada masalah harus bawa nama Wahyu, supaya Rasyid bisa aman. Ide yang sangat bagus.

"Adik pak Wahyu?" Rasyid mengangguk, lalu ia duduk tanpa di minta. "Dia hanya adiknya, saya tidak peduli."

"Lalu dengan hal ini, apa ibu peduli?" Rasyid meletakkan ponsel di meja, di putarnya video yang tadi Rasyid rekam. Jadi, Rasyid berdiri juga ada manfaatnya. Yaitu, merekam kejadian. "Jelas di sini anak ibu yang memulai, eh datang manusia kurang duit. Ngamuk sama seorang Dokter, jelas salah. Gimana kalau kita kasih ke Wartawan?"

"Saya sudah menghapusnya." Ujar mama Nara dengan senyuman sinis, tangannya meletakkan ponsel milik Rasyid. Sedangkan Rasyid mengangguk terkekeh geli, ia langsung mengeluarkan memori yang sangat kecil. "Kamu---

"Bu, saya akui ibu sangat cerdas dan menarik. Tapi sayangnya, ibu lebih pintar dari saya. Video kejadian tadi, bukan di ponsel saya doang. Ibu tau? Memori ini isinya video tadi."

Kayara berjalan menghampiri Rasyid yang duduk dengan santai, mana yang di hadapi Rasyid bukan sembarangan. Sasi kenapa diam saja melihat Rasyid berbuat seperti itu.

"Lo tadi lihat kejadiannya?" Rasyid menoleh ke samping, ia memberikan senyuman dengan kepala mengangguk. "Kenapa kagak nolongin gue?"

"Takut rambut gue kena jambakan, lo kagak lihat kepala gue udah tegak begini? Mana rambut gue udah rapi, ya kali gue bantuin cewek berantem." Kayara istighfar dengan helaan napas keras. "Yang penting gue udah rekam kejadiannya. Gimana, gue udah mirip detektif?"

Continue Reading

You'll Also Like

20K 1.6K 19
di umur hetian yang ke 25 tahun masih sangat muda untuk menjadi orang tua tunggal. ia menikahi kekasihnya selama 2 tahun dan mereka di karunia seoran...
18.5K 2.8K 23
Kisah Jenlisa dari awal kenal sampai punya tiga bocah
59.4K 3.5K 27
Kehidupan Alesa memang bisa dikatakan berbeda dengan gadis pada umumnya, memiliki kemampuan yang tak dimiliki oleh orang lain. Bisa melihat keberadaa...
477K 27.7K 48
Saat ingin memberi makan seekor kucing dipinggir jalan,Gavin tertabrak motor sehingga para warga membawanya kerumah sakit. saat terbangun,dia dibuat...