Love Foolosophy (COMPLETED)

Autorstwa liaraaudrina

1M 98.9K 6.2K

Lavenia adalah orang nomor satu yang menentang hubungan Natya dan Tama. Sudah tidak terhitung berapa puluh ka... Więcej

Prolog
1. Belated Birthday
2. Why?
3. What Do You Think?
4. Direct Message
5. The Mission
6. Can I Kiss You?
7. Negosiasi
8. Unexpected
9. Strange Feeling
10. When I See You Again
11. Menghindar
12. Don't Push Her
13. The Offer
14. Pelampiasan
15. First Date
16. PHP
17. The Effort
18. Tantangan
19. Teman
20. Self Love
21. Well Planned
22. His Ex
23. Jealousy
25. Adrenalin
26. Teaser
27. The Reason
28. Pre-Wedding
29. Honeymoon
30. I Love You
31. I Know Your Size
32. Bullshit
33. Worth It
34. Unexpected Guest
35. Her Family
36. Happy Days
37. Me and You Against The World
38. Movie Time
39. Game Over
40. It's Her Choice
41. The Message
42. Broke Up Hair Cut
43. Nice Hair
44. Sorry?
45. Impas
46. How to UnLove You
47. Sayangku
48. Work-Life Balance
49. Drunk Text
50. Menyerah
51. A Doubt
52. Business Proposal
53. Plan B
54. Secret Folder
55. I'll Do Everything to Make You Stay
56. FWB
57. Be Honest
58. Sleeping Pills
59. Take It or Leave It!
Extra Part 1 -17
Extra Part 18 - The Show
Extra Part 19
Extra Part 20 - Through The Nightmare

24. Again and Again

16.4K 1.5K 57
Autorstwa liaraaudrina


Selamat malam minggu! Walaupun agak telat, nggak papa lah yaa! Btw coba vote dulu dong, sebelum baca biar enggak kelupaan🫠

Happy reading🤩🤩

Lave tidak menghitung sudah berapa lama ia tidak berkomunikasi dengan Natya. Yang jelas sudah lama sekali.

Lalu tiba-tiba saja beberapa hari lalu, Natya mengirimkan pesan panjang sekali padanya.

Kurang lebih isinya begini:

"Ve, gue nggak tahu harus berapa kali bilang ini, tapi gue bersyukur banget, Tuhan mempertemukan gue sama lo. Kita udah kenal bertahun-tahun, dan sepanjang itulah gue bahagia karena ada lo di dekat gue. Makasih banyak karena selama ini lo selalu peduli sama gue, bahkan melebihi siapa pun. Lo juga selalu mendahulukan gue dibanding diri lo sendiri. Gue tahu bilang makasih sekali aja enggak cukup, makanya gue bakal mengulangi kata itu berkali-kali di sini. Makasih ya, Ve, karena lo selalu ada dalam setiap ups and downs hidup gue beberapa tahun terakhir. Bahkan rasa-rasanya lo lebih sering menemani gue pas lagi down. Makasih karena keberadaan lo, gue nggak perlu bingung harus curhat ke siapa. Dan gue minta maaf juga kalau selama ini selalu bikin lo kesel, entah karena sifat gue yang moody nggak jelas, atau karena Tama.

Sumpah gue udah berusaha biar urusan cinta ini nggak berimbas sama pertemanan kita. Nyatanya, tetep aja sulit. Gue sadar banget kalau selama ini gue super annoying dan tolol. Malahan gue kagum sama lo yang masih sabar nemenin dan dengerin curhatan gue beberapa tahun terakhir, meski isinya sama aja. Yakin deh, orang lain nggak ada yang sesabar lo kayaknya. Dan kalau sekarang kesabaran lo udah habis untuk menghadapi gue, nggak masalah kok. Kalau gue ada di posisi lo juga pasti gue bakal kesel banget punya temen kayak gue. Bahkan tanpa harus memposisikan diri sebagai lo, sekarang pun gue juga kesel sama diri sendiri.

Intinya, gue mau minta maaf sekalian terima kasih. Gak tau setelah ini kita bisa temenan lagi atau enggak, yang jelas gue bersyukur atas semua hal yang pernah kita lalui bareng. Sekalian gue mau ngabarin, kalau minggu depan hari Rabu jam 1 siang gue sidang. Akhirnya setelah nangis darah dan perjuangan berbulan-bulan, juga berkat banyak bantuan lo, skripsi gue kelar juga. Sorry karena enggak ngasih tau lebih awal, soalnya gue bingung banget mau ngasih tau gimana. Jujur gue malu banget ngechat lo panjang banget kayak gini. Setelah ini enggak usah lo bales yaa!

Gue juga enggak maksa lo buat dateng pas gue sidang kok. Ini cuma informasi aja, biar lo tahu kabar ini dari gue, bukan dari orang lain. Gue bakal sangat mengerti apa pun alasan lo kalau enggak dateng. Yang penting doain aja ya, Ve, semoga nilai gue bisa sempurna kayak lo."

Dalam pesan sepanjang itu, Natya bilang kalau dia tidak ingin dibalas. Dan Lave juga bingung mau membalas apa, karena takut nanti akhiranya malah jadi mellow dan hubungan mereka bisa semakin canggung. Dengan membaca pesan itu saja, bola mata Lave sudah berkaca-kaca. Ia tidak ingin memperburuk semuanya dengan membalasnya.

Alhasil sampai hari ini pun, Lave belum berkomunikasi lagi dengan Natya. Meski Natya berpesan agar ia nggak perlu datang, tetap saja Lave bakal datang. Bagaimana pun pertemanan mereka selama ini sangat berharga. Dan Lave enggak mau semuanya semakin buruk cuma gara-gara Tama si bajingan itu. Malahan kali ini Lave bakal berusaha mencairkan hubungan mereka, agar tidak terlalu canggung.

Semakin lama merenung, Lave sadar kalau selama ini dia juga cukup jahat pada Natya. Dia langsung menghakimi Natya sebagai perempuan yang sangat tolol tanpa pernah memikirkan bagaimana perasaan Natya.

Setelah ini ia bakal berusaha untuk enggak lagi menghakimi atau mengomentari apa pun yang menyangkut soal Tama. Biarlah Natya yang menjalani semuanya, dan mengambil keputusan. Ia hanya akan menjadi pendengar sekaligus pengamat dari jauh, meski setelah ini pasti dia bakal sering emosi.

Nathan sudah pulang satu jam yang lalu, menyisakan sprei kasurnya yang sedikit berantakan. Semenjak Nathan beranjak dari kasurnya, Lave belum menyentuh kasur itu lagi.

Mengingat kejadian semalam membuat Lave malu. Entah apa yang ada dipikirannya sampai berani melakukan hal sejauh itu. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa ia menikmati semuanya. Lave suka dengan setiap sentuhan Nathan yang membakar kulitnya. Juga ciuman Nathan yang entah sejak kapan menjadi candunya.

Padahal semalam ia melihat sendiri kemesraan Nathan dengan Giselle, tapi kenapa Lave tetap mau-mau saja melakukan semuanya dengan Nathan?

Mungkin jawabannya karena ia melakukan semua itu hanya atas dasar gairah sesaat. Dia nggak melibatkan perasaan atas semua yang mereka lakukan. Ditambah lagi, hubungannya dengan Nathan membuat ia tidak bisa marah secara terang-terangan.

Namun, kini Lave akui kalau perjanjian yang ia sepakati dengan Nathan tidak seburuk itu. Tidak ada salahnya, Lave menikmati semuanya selagi bisa, mengingat semua ini hanya sementara. Anggap saja, ini hiburan yang dibutuhkan oleh hampir setiap wanita dewasa.

Lave menarik napas dalam-dalam. Mengumpulkan kekuatan untuk memulai permainan yang ... sepertinya akan sangat menyenangkan ini.

Di tengah aktivitas Lave mencatok rambutnya, notifikasi pesan masuk terdengar. Ia segera mengeceknya, khawatir kalau pesan itu dari Natya.

Namun, ternyata tebakannya meleset.

Bodohnya, kenapa hanya dengan pesan seperti itu Lave merasakan sesuatu berterbangan di perutnya? Kenapa denyut jantungnya lebih kencang dibanding biasanya?

Dan sialnya lagi, kenapa Lave malah menperbesar foto leher Nathan dan memandanginya terus menerus?

Sejak kapan foto leher begini saja bisa terlihat sangat ... seksi?

***

"Congrats ya, Nat!" Lave tersenyum lebar sambil mengangsurkan buket bunga pada Natya yang tengah dikerubungi teman-temannya.

"Makasih, Ve!" Senyum Natya mengembang sembari menerima bunga pemberian Lave.

Lave datang agak terlambat karena ia membutuhkan waktu lebih lama untuk menutupi hickey di lehernya dengan concealer. Masalahnya tidak mungkin dia memakai baju turtle neck di cuaca sepanas ini. Bisa-bisa teman-temannya malah curiga. Dan pasti Natya menjadi orang pertama yang menyadari kejanggalan itu.

Ketika sampai di kampus, teman-teman yang satu bimbingan dengannya sudah berkumpul. Mereka bahkan sudah ada yang foto bersama dan mau pamit pulang.

"Yuk, Ve, kita foto berdua dulu! Mumpung masih ada Amara nih, bisa minta tolong difotoin!" ajak Natya sumringah. Secara alami hubungan mereka mencair, seolah tidak ada masalah di antara mereka.

Dengan senang hati Lave mengiakan. Ia membawa buket bunga yang sempat ia beli sebelum ke sini, lalu merangkul Natya di depan ruang sidang. Mereka mengambil cukup banyak foto, juga video singkat berupa boomerang.

"Ih, bagus! Tapi mau lagi dong, Ra!" seru Natya setelah melihat beberapa hasil fotonya, kemudian menyerahkan ponsel Lave pada Amara lagi.

"Oke, satu ... dua ...." Hitungan Amara belum selesai, saat tangan Lave yang semula merangkul erat Natya dilepaskan begitu saja.

Pandangan Lave menatap lurus ke depan dengan sorot tajam, yang otomatis mengundang Amara dan Natya untuk menatap ke arah yang sama.

Beberapa meter di depan mereka, Tama datang dengan membawa buket bunga kecil, yang bahkan Lave yakin harganya enggak lebih dari lima puluh ribu.

Jelas Lave tahu betul harganya, karena label pada buket bunga itu sama dengan tempat di mana Lave membeli buket bunga yang ia bawa. Dan tentu saja untuk sahabatnya, Lave membelikan buket yang lebih besar dengan harga empat kali lipat dibanding pemberian Tama.

Seketika suasana menjadi keruh. Amara tahu persis seberapa besar Lave membenci Tama. Selama seminggu terakhir, saat bimbingan, Lave lebih sering mengobrol dengan Amara karena Natya selalu mengasingkan diri di meja lain yang jauh dari keramaian—alasannya sih, karena ingin konsentrasi menyiapkan presentasinya. Entah alasan itu betulan, atau cuma alibi untuk menghindari Lave. Dan tanpa diceritakan dengan jelas, Amara bisa langsung menebak sumber permasalahan mereka, mengingat sebelumnya Lave sudah sering mengomeli Natya perihal Tama.

"Selamat ya, Sayang! Maaf telat, tadi habis dari bengkel, ambil Pajero," suara Tama terdengar lantang, mendekat ke arah Natya.

Cepat-cepat Lave melangkah mundur, menjauh sebisa mungkin dari manusia yang paling dia benci di muka bumi ini.

Pada detik pertama Lave melihat wajah Tama saja, dia sudah emosi banget. Dan sekarang, emosinya makin membara saat mendengar Tama menyebut-nyebut merek mobil dengan gaya pongahnya sambil memeluk Natya santai, seolah saat ini mereka tidak sedang di lingkungan kampus. Padahal sekarang kami berada di depan ruang sidang yang berdekatan dengan ruang dekanat!

Lave benar-benar tidak habis pikir dengan tingkah si bajingan itu. Bodohnya, Natya terlihat berbinar-binar dengan senyum lebar, lantas menerima buket jelek itu dengan suka cita. Tidak lupa menyebutkan kata terima kasih dengan suara lembut yang membuat Lave muak.

Bisa-bisanya Tama menyebut merek mobil dengan penuh kebanggaan, tapi dia cuma memberikan buket bunga jelek seperti itu pada Natya? Apa dia enggak malu?

Bahkan buket coklat pemberian Amara kelihatan jauh lebih mahal ketimbang milik Tama. Padahal notabenenya, Amara cuma teman satu bimbingan dengan Natya, sedangkan Tama adalah pacarnya selama bertahun-tahun.

Ingatan Lave tertuju pada janji bullshit Tama soal ingin membelikan Natya tiket konser The Script lalu ujung-ujunganya enggak dibelikan juga. Dan sekarang, saat pacarnya sidang, cuma diberi buket bunga murahan seperti itu?

Tentu Lave nggak akan mengatai sebegininya kalau dari awal Tama enggak banyak omong. Dia sudah benar-benar muak berada di sini, tidak sanggup mendengar percakapan Natya dengan pacarnya yang brengsek itu lebih lama.

Sialnya, Amara malah cabut duluan dengan langkah terburu-buru. "Gue udah diteleponin sama Tania nih!"

Lalu tanpa menunggu sahutan siapa pun, Amara sudah berlari pergi begitu saja. Dan ketika Lave ingin mengikuti jejak Amara, seseorang berjalan mendekatinya, sembari menyodorkan ponsel keluaran terbaru. Tangan besar itu menyodorkan ponselnya dengan terbalik sehingga logo Apple di bagian belakang ponsel yang tidak memakai casing itu langsung terpampang jelas.

"Tolong fotoin dong, Ve!" Karena ini Tama yang bertingkah, Lave langsung merasa kalau dia sedang pamer banget. Si Bajingan ini bahkan mengulas senyum lebar, seolah tidak merasa punya masalah apa pun dengan Lave.

"Nggak bisa, gue mau ke kantin. Kalian selfie aja berdua." Setelah mengatakan itu, Lave langsung menatap Natya dengan wajah datar. "Gue duluan ya, Nat! Sekali lagi congrats! Besok gue traktir, kalau lo berantem lagi sama cowok lo!"

Tidak butuh sahutan dari Natya, Lave pun langsung melangkah pergi. Hatinya terasa panas oleh emosi yang membara.

Padahal ketika Lave menerima pesan panjang dari Natya beberapa hari lalu, ia langsung berpikiran kalau semua kalimat itu Natya tulis dengan penuh penyesalan, karena akibat kebodohannya dalam memilih pasangan, hubungan mereka menjadi renggang. Lave dapat merasakan dengan jelas ketulusan dalam surat itu, makanya ia langsung luluh. Terlebih, ucapan Natya memang benar. Tidak seharusnya persahabatan mereka merenggang hanya karena masalah cowok.

Lave sudah berpikiran positif kalau akhirnya Natya sadar, lalu mengakhiri hubungannya dengan Tama secara tuntas. Ternyata perkiraan Lave terlalu muluk-muluk.

Benar kata orang-orang, perempuan yang terjebak dalam toxic relationship, tidak akan bisa dinasihati mau dengan apa pun itu caranya kalau belum waktunya ia sadar. Nanti pasti ada saatnya Natya sadar, tapi kapan?

Ia menghela napas kasar. Berusaha menenangkan diri. Lave yang tidak menjalaninya saja sudah sangat lelah. Apalagi Natya?

Yang jelas, sekarang Lave berjanji tidak akan peduli lagi dengan apa pun tentang Tama.

***

Part kemaren banyak yang marah-marah sama Lave yaa wkwkwkkw. Kan emang dari awal mereka enggak berpikiran bakal pacaran dengan setulus hati terus menjalani kehidupan bersama sampai kakek-nenek. Jadi walaupun Lave kesel ngeliat Nathan mesra-mesraan sama Giselle, dia tetep mau selagi Nathan memang milih dia. Maksudnya ... Lave kan enggak ngemis-ngemis ke Nathan kan? Cuman ngasih tawaran, lo mau ama Giselle atau balik ama gue? Dan Nathan pilih dia. So what's wrong?

Tapi yang di Karyakarsa seru kan? WKWKKWKWKKW Coba yang belum baca additional part 23 di Karyakarsa, baca dulu gihh HAHAHHA🔥🔥🔥🔥

Kedepannya cerita ini bakal lebih menguras emosi kok, kalian tenang aja wkwkwkkwkw. Kalau enggak suka tipe cerita yang kayak gini, mending stop baca dari sekarang aja deh, daripada kalian marah-marah, takut darting loh ntar wkwkkwkwkw

Boleh kok ngatain Lave kayak, "Ih bego banget anjir!" atau semacamnya. Tapi ... tetep perhatikan kalimatnya yaa. Kalo ada yang super salty dan nyinyir abis, bakal aku mute akunnya, karena bagaimana pun, meski kebanyakan ceritaku mengundang emosi, hati aku nih softie banget. kalo dikatain yang kelewatan gitu juga aku kesel😡😡😡😡

Intinya, emang sejak awal baik Nathan, Lave, Natya atau Tama emang nggak ada yang green flag sih. Sejak awal kan udah dikasih tau kalau Lave juga punya banyak red flag. Dan mereka semua tolol dalam bab urusan cinta wkwkkwkwk. Jadi nikmatin aja yaa!

Next project, aku bakal coba nulis cerita angst. Sekalian survey deh, pilih salah satu yaa. Komen di inline biar aku bisa liat banyakan pilih mana.

a. Lebih suka cerita yang panas tapi bikin emosi kayak gini, dan banyak keuwuan

b. Lebih suka cerita yang softie, angst terus endingnya 💔💔💔 tapi sangat deep dan romantisteu.

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

122K 6.2K 11
Alih-alih menyukai Kayla, gadis cantik nan sempurna, Pandu justru lebih menyukai Sandya, asisten Kayla. *** Pandu Dewanata adalah seorang penyanyi ta...
1.2M 170K 56
[TSDP #6] Part 2 Saat memutuskan untuk berpisah di usia pernikahan yang sudah menginjak tahun ketiga, Hakim dan Favita sadar bahwa memberi kabar tent...
1.9M 90.2K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
1.5M 146K 59
Kehancuran Alesia dimulai ketika ia menemukan bukti-bukti perselingkuhan pacarnya di saat dirinya tengah antusias membahas rencana pernikahan mereka...