VOLTER STEIN "The Peace Enfor...

By Anindosta

565 34 6

Kedamaian yang merupakan tujuan yang mustahil karena berperang melawan ego dan perbedaan membuat arti ters... More

Prolog
Chapter 1: The Beginning
Chapter 2 : The Life of Aphelion Planet
Chapter 3 : Death of Peace and Justice
Chapter 4 : Rise from Death with Electric Energy
Chapter 5: Hero in The Darkness
Chapter 6 : Remember
Chapter 8: Miracle Seed

Chapter 7: Fighting and Rescue

7 1 0
By Anindosta

"Setelah 3 tahun hiatus dalam meneruskan cerita versi Wattpad Volter Stein, akhirnya aku bisa menuangkan kembali isi pikiran mengenai dunia futuristik di planet Aphelion ini. Terlepas dari semua itu, dalam beberapa tahun belakangan ini yang berawal dari sebuah cerita fiksi seperti perubahan iklim, kondisi dunia tidak damai terjadi dan terlihat lebih nyata. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari pentingnya perdamaian dunia agar tak terjadi hal yang buruk."


Arlo kini menjadi seorang pahlawan bukan untuk memerdekakan suatu bangsa atau melawan tirani tapi untuk membuat kedamaian di Aphelion dan di seluruh alam semesta. Para pemberontak sudah lama bersembunyi dan merencanakan semuanya hingga peristiwa buruk terjadi bagi masyarakat planet Aphelion terutama bagi diri pribadi Arlo yang kehilangan ayahnya, Dr. Rivaldo.

Arlo baru saja bangun dari tidurnya dan duduk termenung memikirkan ayahnya, Dr. Rivaldo. Ia sering sekali membuat banyak masalah hingga keluar masuk sekolah. 

Sejenak Arlo hampir meneteskan air matanya namun Prof. Stein tiba-tiba masuk ke kamar Arlo.

Prof. Stein : "Arlooooo!! Bagaimana tidurmu bro?" mendobrak pintu dan langsung mendekap Arlo.

Arlo kaget bukan main sambil mengusapkan air matanya.

Arlo : "Whoahh!! Paman! Kenapa tidak mengetuk pintu dulu? Aku jadi kaget."

Prof. Stein : "Hehehehe"

Arlo : "Hmm  :^"

Prof. Stein : "Ohh ya aku pikir kita akan mengajak Alan untuk pertempuran ini"

Arlo : "Alan?"

Prof. Stein : "Iyaa, dia itu cerdik dan pintar mengatur strategi. Kamu baru ketemu dia kemarin kan? aku tahu itu."

Arlo : "Hah! Bagaimana paman bisa..."

Prof. Stein : "Shuttt! lebih baik kamu jangan banyak alasan, sekarang suruh dia datang kesini, okee?" sambil menutup mulut Arlo

Arlo mengiyakan dengan mulut yang ditutup oleh tangan Stein. 

Prof. Stein : "Bagus kalau begitu! Ingat Arlo kejujuran dalam situasi ini sangat penting khusus kepada paman. Jangan percaya siapapun kecuali paman dan Arissa."

Arlo : "Alan? harus aku percaya dia juga?"

Prof. Stein : "Sementara ini jangan, kita tidak tahu dia sampai kita berbicara padanya"

Stein meninggalkan kamar Arlo.

Arlo berbisik dalam hatinya, "sebenarnya aku takut sekali menghadapi pertempuran ini, apalagi mereka itu sangat banyak, aku bisa mati untuk kedua kalinya kalau seperti ini tapi mereka semua menderita sekarang jadi ini satu-satunya jalan terakhir"

Sementara itu di Gedung Dewan Agung Aphelion, beberapa orang mendatangi ruangan Max lalu dihadang oleh penjaga gerbang.

PG : "Mohon maaf pak, anda tidak diperkenankan masuk ke ruangan ini."

X : "Beritahu Max, ivory ingin menemuinya."

PG : "Apakah anda sudah membuat janji pak? kami tidak bisa langsung menyampaikan ini tanpa janji temu sebelumnya"

X : "Sampaikan kata-kataku tadi atau kamu tidak akan bekerja lagi di gedung ini."

PG : "Hmm, baiklah tunggu sebentar"

Penjaga gerbang mendatangi Max yang sedang duduk di kursinya sambil melihat beberapa berkas.

PG : "Yang mulia Max, ada beberapa orang yang mengatakan ingin bertemu dengan anda, mereka mengaku sebagai ivory"

Max : "Hah! Suruh mereka masuk sekarang!" Max kaget dan takut dengan kedatangan mereka.

PG : "Baik, Yang Mulia"

Orang-orang itu mulai memasuki ruangan Max dengan muka datar. Max terlihat tegang dan takut dengan kedatangan orang-orang itu.

Max : "Aku sudah melakukannya sesuai dengan rencana kita. Apa salahku?"

Orang-orang itu tampak menunjukkan senyum tipis dan duduk di kursi tepat di depan Max sambil menatapnya.

Max : "Jangan kalian apa-apakan putriku! Aku sudah melakukannya!"

X : "Tenang Max. Kami hanya ingin bertemu denganmu saja."

Max : "Aku sudah memastikan Rivaldo mati di depanku dan anak-anaknya pun sama"

X : "Kau yakin anak-anak Rivaldo itu sudah mati Max?"

Max : "Mereka semua sudah mati! kau puas!" Max mengatakannya sambil merasa sedih hingga matanya berkaca-kaca.

X : "Kenapa kau marah Max? mereka sudah seharusnya mati dari awal, mereka lemah! Miracle Seed hanya digunakan untuk semua ini saja, padahal energinya itu terkuat di seluruh alam semesta ini."

X : "Tapi putrimu dalam masalah Max! Arlo dan Alan masih hidup sampai saat ini."

Max : "Tidak mungkin! anak-anak Rivaldo sudah tewas, aku mendengarnya dari orang kepercayaanku"

X : "Orang kepercayaanmu itu bodoh! Mereka masih hidup! Aku beri waktu 1 bulan, jika aku masih mendengar kabar anak Rivaldo masih hidup, aku tidak bisa menjaga putrimu tetap hidup Max"

X : "Dan satu lagi, Panglima Jenderal Black Bug menyampaikan tugas langsung untukmu untuk segera memindahkan energi Miracle Seed ke pusat energi kami."

Max : "Kau gila! itu sama saja bunuh diri! planet ini akan runtuh dalam beberapa bulan jika energi itu dipindahkan dan kehidupan planet ini juga akan punah."

X : "Jangan khawatir Max, kami sudah menyiapkan tempat untukmu dan putrimu. Energi itu mampu membuat kami menjadi pasukan terkuat di alam semesta ini dan dengannya kami bisa mengambil lebih banyak sumber energi terkuat dari planet lain."

Max : "Aku tidak akan melakukan untuk hal itu, aku tidak mau mengorbankan semua nyawa orang disini demi keegoisan kau dan pasukan tamak itu!"

X : "Hehehe... Ingat Max, putrimu masih dalam cengkraman kami! jika kamu ingin putrimu lebih cepat bertemu ibunya, silakan menolak."

Orang-orang itu langsung berdiri dan keluar dari ruangan Max. Sementara itu Max terlihat pucat, bingung, khawatir dengan permintaannya itu. 

Di taman pinggiran kota Navel City, Alan duduk di kursi menunggu Arlo yang membuat janji dengan dirinya. Alan sambil meminum es teh melihat kehadiran Arlo.

Arlo : "Oii Alan! Minta minum mu! aku haus sekali, jaket ini benar-benar membuatku gerah" sambil menyeruput minuman Alan.

Alan : "Kamu tuh ya, baru aja dateng udah mengambil minumanku. Jadi bagaimana?"

Arlo : "Stein menyuruhku membawamu ke labolatoriumnya, kita akan menyusun rencana disana"

Alan : "Kau mempercayaiku Arlo? aku khawatir kamu meragukanku karena semua peristiwa ini. Bukan aku dalang semua ini, mana mungkin aku melakukannya Arlo,"

Arlo : "Iyaa iya aku tahu Alan, Stein ingin aku waspada kepada siapapun. Aku benar-benar menyesal belum melakukan semua yang ayah inginkan kepadaku."

Alan : "Ini waktunya bagimu untuk membuktikan pada ayah."

Tiba-tiba sebuah peristiwa terjadi. Aparat Aphelion menyergap seseorang yang dicurigai sebagai X-Human, sebuah sebutan lain dari Alien karena memiliki kesamaan bentuk dengan manusia hanya telinganya yang lebih panjang. Alan termasuk bangsa X-Human karenanya ia menutup diri bersama Arlo dengan hoodie dan masker.

Aparat : "Berhentiiii!!" menembakkan senjata laser ke X-Human hingga tersungkur dan membawanya.

Alan melihat lalu lari menghampiri aparat itu dan berusaha membebaskan X-human itu.

Alan : "Lepaskan orang itu! anda kejam menembak brutal orang itu seperti binatang!" berusaha menarik aparat.

Aparat : "Diamm kau! Kau mau masuk sel tahanan juga?" memukul dan mendorong Alan hingga jatuh.

Alan berusaha berteriak dan meminta tolong ke masyarakat sekitar yang terlihat acuh tak acuh. "Tolong!! Bantu orang ini yang di habisi secara kejam oleh aparat ini! Tolong Bantulah!!"

Beberapa orang hanya sekadar melihat dan melanjutkan perjalanannya. Beberapa orang berhenti dan memontretnya saja.

Penduduk : "Buat apa kami memperdulikannya? makhluk itu yang dulu pernah menyerang Bumi, mereka tidak layak hidup di planet ini!"

Alan geram dengan pernyataan penduduk itu tapi berusaha diredam oleh Arlo yang memegangnya.

Arlo : "Sebaiknya kita pergi sekarang, jika tidak malah kita yang dicurigai. Hanya kita satu-satunya yang bisa menyelamatkan mereka nanti."

Aparat : "Bawalah pulang dia, dasar bodoh! jadi manusia yang pintar sedikit, X-human itu tidak lebih dari hewan ternak! HAHAHA" Beberapa aparat ikut menertawakannya. 

Arlo : "Sebaiknya anda mulai meminta maaf pak dengan pernyataan anda tadi, itu sangat melampaui batas!" Arlo geram dengan penghinaan aparat itu.

Aparat : "Atau apa? memang X-human itu hewan ternak yang seharusnya berada dibawah kaki manusia untuk diinjak" 

Arlo tidak tahan dengan penghinaannya itu dan mulai mengeluarkan kekuatannya hingga membuat orang disekitar terkejut akibat kilatan listrik yang begitu besar muncul. Arlo bergerak cepat menyetrum aparat itu dan membawa Alan serta X-human itu kabur secepat kilat. Beberapa aparat itu tergeletak pingsan dengan muka yang hitam akibat setruman listrik Arlo. Walau begitu, Arlo mengatur kekuatannya agar tidak sampai membuatnya terbunuh.

Sesampainya di labolatorium Stein hingga mengejutkan para ilmuwan disana karena Arlo yang sekejap muncul disertai kilatan cahaya yang amat terang.

Stein : "Arlo! kamu kah itu?"

Arlo : "Maaf paman, semuanya mengejutkan kalian semua. Paman, tolong bantu orang ini, dia baru saja ditembak laser oleh aparat" Arlo membopong orang itu bersama Stein ke ruang perawatan khusus.

1 Jam Kemudian...

Arlo, Alan, Stein dan Arissa berkumpul di ruangan.

Stein : "Arlo, coba ceritakan apa yang sebenarnya terjadi?" 

Alan : "Sebenarnya ini salahku juga paman, aku tidak tahan dengan perlakuan aparat terhadap X-human, sangat tidak pantas"

Arlo : "Aku juga tidak tahan,  awalnya aku berusaha menahan diri tapi mereka semakin melampaui batas. Maafkan aku paman, aku membuat lokasi labolatorium ini terancam"

Arissa : "Tindakan kalian itu sangat mulia, Arlo, Alan. Tapi sebaiknya kalian menarik diri dari segala peristiwa di jalan, itu bisa membahayakan nyawa kalian."

Stein : "Iya betul itu, aku tahu kalian pasti tidak tahan. Aku juga seperti itu, aku sangat kesal sekali dengan aparat saat ini dan juga kebijakan Max yang menangkap para X-human. Mereka berdalih X-human mencederai manusia karena berubah menjadi mahkluk mengerikan, menjadi sifat aslinya katanya. Tapi sungguh, aku sangat tidak percaya omong kosong itu."

Arissa : "Mereka juga bisa menampilkan bukti-bukti sangat meyakinkan dan disiarkan paksa di seluruh media"

Arlo : "Sejak ayah tidak ada, planet ini menjadi benar-benar rusak. Manusia menjadi egois dan serakah, hanya ayah yang bisa menghilangkan sifat itu selama ini menjaga kedamaian di planet Aphelion. Aku tidak tahu apa yang ayah lakukan hingga bisa menjaga semua itu selama ini, sangat tidak bisa dibayangkan perjuangannya."

Stein : "Dr. Rivaldo itu bukan hanya seorang pemimpin Arlo, dia adalah cerminan masyarakat yang diidamkan. Masyarakat yang berjiwa sosial tinggi, bermoral, berakhlak. Setelah dia tiada, masyarakat kehilangan sosok teladan dan panutannya, hanya hitungan bulan semuanya hilang"

Alan : "Kita harus bisa menumpaskan ini paman, aku tidak tahu dalang semua ini Max atau siapa tapi yang jelas ini semua sudah mengkhianati perjuangan ayah untuk kedamaian Aphelion. Planet ini harusnya dimulai dari kehidupan baru yang lebih harmonis dan damai, meninggalkan jejak buruk di Bumi"

Stein : "Untuk itu kami memintamu kesini, Alan. Kamu salah satu orang yang paling cerdik dan pintar mengatur strategi. Kamu jelaskan, biar kami yang menjalankan rencananya, okee Arlo?

Arlo : "Okee siapp paman! Aku akan membuktikannya untuk ayah!"

Alan : "Baiklah paman, beri aku waktu. Aku perlu mempelajari semua resource yang mereka miliki"

Stein  : "Kalau begitu kita harus bersiap-siap, kita akan bergerak sekarang! Kita punya waktu kurang dari sebulan sebelum semuanya semakin parah."

Arissa : "Arlo, kamu berbagi kamar dengan Alan ya? kalau kalian perlu sesuatu, panggil aku,"

Arlo : "Siap kak Arissa, terimakasih banyak kak!"



Coming Soon New Chapter

Volter Stein™ - The Peace Enforcement [Wattpad Version]

(c) 2022 Anindosta Studios. All Right Reserved.

Continue Reading

You'll Also Like

8.3M 518K 34
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...
12K 839 17
karena pecahnya dimensi ruang dan waktu membuat Naruto yang saat itu telah mengalahkan Kaguya terseret masuk kedalam dimensi ruang dan waktu , dan be...
9.7M 882K 51
#1 In Horor #1 In Teenlit (20.05.20) Tahap Revisi! Vasilla Agatha yang dijauhi orang tuanya dan tak memiliki teman satupun. Dia menjalani setiap har...