Secret Wife

By purnamaynt

30K 1.3K 94

"Pernikahan ini harus di rahasiakan. Jangan sampai teman-teman sekolah tahu kalo enggak lo tidur di luar sela... More

PROLOG
1 - RUMAH BARU
2 - RAHASIA KITA
3 - HUKUMAN
4 - TERPELESET
5 - LUPAIN AJA
6 - TELUR BALADO
7- BELANJA
8 - UANG SAKU
9 - MATI LAMPU
10 - MOANA NGAMUK
11 - CEREWET
12 - TETANGGA MERESAHKAN
13 - DIET & GAJAH
15 - NECK KISS
16 - KEMAH
17 - HER SECRET
18 - VIDEO CALL
19 - FAVORITE SONG
20 - CURIGA
21 - BOBO BARENG
22 - CEMBURU
23 - WHAT ARE YOU DOING, GUYS?
24 - KACAU
25 - MY DREAM
26 - LOVE CHAT
27 - INVITATION
28 - CARA TERAKHIR
29 - SANCAYA FAMILY
30 - TANGIS
31 - CLASS MEETING
32 - HUG
33 - MOANA ANEH
34 - CELAKA
35 - MANIPULATIF
36 - RENGGANG
37 - HANCUR
38 - LUKA TAK TERLIHAT
39 - TELAH PERGI
40 - PERLAHAN SURUT
41 - EGO
42 - TITIK TERANG
43 - SEMAKIN JELAS

14 - MAKAN MALAM

547 23 0
By purnamaynt

- Jadwal update ku sekarang nggak menentu tapi pasti up setiap Minggu. Aku juga mau bikin cerita di Instagram, kalian kalo mau baca follow Instagram ku @purnamayaa_. Masih rencana belum action.


***


CINCIN yang bertengger manis di jari manis Moana baru saja terpasang sempurna. Karena makan malam bersama keluarga Edgar itu penting untuk menjaga kepercayaan mereka.

Moana mengenakan dress selutut warna hitam dengan lengan pendek yang mengembang, persis gelembung. Wajahnya di poles make up natural tetapi kesannya elegan. Rambutnya tergerai bebas, bergelombang.

Dia turun ke lantai bawah, menemui Edgar yang sudah siap dengan setelan jas hitam matching dengan dress Moana.

"Acara makan malamnya formal banget ya, Gar?"

"Biasa. Cuma Papa nyuruh pakaian formal karena acara nyambut menantu," jawab Edgar merujuk pada penyambutan Moana sebagai menantu baru.

"Nggak usah segitunya, lah. Gue berasa kayak orang penting."

Edgar memutar bola matanya malas, "Ck. Buruan berangkat!"

Moana menyambar tas selempang yang berwarna senada di atas meja ruang tengah. Untung banget karena dia udah selesai prepare untuk keperluan kemah besok.

Mobil Edgar membelah jalanan malam. Kali ini keduanya ada dalam situasi senyap. Tidak di temani obrolan apapun karena Moana sibuk membalas chat grup osis yang rempong.


***

Sesampainya di rumah keluarga Edgar, gerbang tinggi yang menjulang di buka lebar oleh satpam dan mobil mewah Edgar masuk ke sana. Turun dari mobil Moana di suguhkan pemandangan seperti di film-film. Rumah mewah yang seharusnya di sebut mansion itu menghipnotis.

Rumah Moana juga besar bedanya rumah Edgar tidak hanya besar tetapi kesannya kemegahan. Sungguh tidak bisa di ucapkan dengan kata-kata.

"Lo emang orang yang suka melongo kalo lihat rumah yang baru lo pijaki. Bukannya lo anak orang kaya juga?" Edgar heran dengan Moana yang selalu saja melongo melihat rumah mewah ataupun rumah baru yang dia lihat.

"Ini mansion bukan rumah, astaga!" pekik Moana. "Gue mengagumi arsitektur bangunannya. Lo mana tahu sih masalah begituan. Ini tuh mengagumkan!"

"Terserah. Ayo masuk!" ajak Edgar.

Dia terpaksa menyeret Moana yang masih sesekali menganga lebar dengan arsitektur rumah keluarga Edgar. Di akui emang rumahnya itu megah kayak istana. Cuma Edgar lebih milih tinggal di rumah minimalis.

Saat masuk ke dalam rumah keduanya di sambut Sabian. Putra sulung keluarga Brawijaya itu juga berpakaian formal persis Edgar dan di sampingnya seorang perempuan turut mengenakan gaun hitam tanpa lengan.

"Dia Kak Imelda, istrinya Kak Sabian," bisik Edgar di telinga Moana. Gadis itu mengangguk saja.

"Hai, Edgar. Apa kabar kamu?" Imelda lebih dulu menyapa.

"Baik, Kak. Ekornya kakak di mana kok tumben nggak ada?" Ekor yang di maksud Edgar adalah tiga anak Imelda yang biasanya selalu ada di belakang perempuan itu.

Imelda tertawa kecil, "Main di lantai atas sama Mbak Ina." Lalu mengalihkan pandangannya pada Moana, "She is your wife, Gar?"

"Iya."

Perempuan itu menyodorkan tangannya pada Moana yang langsung di sambut baik oleh gadis itu. "Halo, saya Imelda istri Sabian dan kakak iparnya Edgar," katanya memperkenalkan diri kemudian menarik Sabian agar berdiri di sampingnya.

"Saya Moana. Salam kenal Kak Imelda," ucap Moana sesopan mungkin.

"Karena acara perkenalan singkatnya sudah di laksanakan, mari ke meja makan," ajak Sabian dengan sangat formal.

Detik berikutnya Edgar meninju bahu Sabian dan Imelda turut mencubit pinggang suaminya.

"Nggak usah sok cool di depan Moana, kamu biasanya nggak pernah tuh seformal ini," ejek Imelda.

"Jangan bikin aku kelihatan bar-bar dong, Mel!"

"Kamu emang bar-bar, Sab!"

Akhirnya Edgar melerai dan menggiring mereka ke meja makan. Moana bergandengan tangan dengan Edgar sebagai bentuk pencitraan. Padahal biasanya bertengkar juga kayak Sabian dan Imelda.

Tepat saat mereka sampai di meja makan, kedua orang tua Edgar juga datang dan langsung menyambut kedatangan Moana terutama. Lunar melepaskan gandengannya pada sosok pria paruh baya yang di yakini sebagai papa Edgar kemudian memeluk Moana.

"Mantu Mama apa kabar?"

"Baik, Ma. Mama apa kabar?" tanya Moana balik.

"Tentu baik karena kedatangan kamu dan Edgar malam ini membuat acara semakin menyenangkan. Papa mertua mu mau kenal kamu lebih jauh katanya." Lunar melirik suaminya yang diam dan hanya menyimak istirnya dan menantunya.

"Saya Prabu."

Cuma itu, lho. Moana saja heran tetapi dia tahu kalau beliau memang tegas sekali.

"Sa-saya, Moana."

"Senang rasanya bisa bertemu kamu karena saya sibuk sekali sehingga tidak bisa mengunjungi menantu saya sendiri," kata Prabu.

Moana jadi sulit bernafas, "Ee, nggak apa-apa. Saya maklum kalo Papa sedang sibuk bekerja." Tangannya yang meremas ujung dress menjadi berkeringat.

Untungnya Imelda yang tiba-tiba sudah selesai menyiapkan menu makanan langsung menyuruh semua orang yang ada di sana duduk. Moana duduk di samping Edgar, Sabian dan Imelda di depan keduanya kemudian Prabu ... kalian tentu tahu tempat duduk kepala keluarga serta Lunar yang duduk di samping Sabian dekat dengan Prabu.

"Mama senang kita bisa berkumpul hari ini sesuai dengan permintaan Papa. Akhirnya kedua anak Mama udah punya istri."

Moana tersenyum sembari meneguk segelas air. Dia merasa keluarga Edgar menyambutnya dengan hangat apalagi Imelda dan Sabian. Dia membandingkan bagaimana dia di perlakukan di sini dan di rumahnya dulu. Sangat berbeda.

"Menu kita hari ini adalah seafood karena request-an dari Imelda," ujar Lunar yang menyendokkan seekor udang yang sudah di bumbui untuk Prabu. "Moana suka seafood?"

"Oh, suka," jawabnya pendek. Bingung mau bereaksi bagaimana. Berbeda dengan Imelda yang sudah nyambung dengan keluarga Edgar.

Moana yang paham situasi langsung berbisik di telinga Edgar. "Lo suka apa? Biar gue ambilin sebagai pencitraan."

"Nasi goreng seafood."

Moana menyendokkan makanan kesukaan Edgar. Dia harus berakting supaya tidak ada yang curiga kecuali Sabian yang sudah tahu kalau keduanya cuma akting.

"Gimana sekolah kamu, Gar?" tanya Prabu menghentikan acara makannya.

"Biasa."

"Kalo Moana?" Gadis itu hampir tersedak dengan pertanyaan tiba-tiba mertuanya. Dia meminum air putih secukupnya. "Lancar, Pa."

"Besok dia mau kemah," kata Edgar memberikan informasi mengenai kegiatan Moana.

"Wah, keren. Udah prepare, 'kan? Takutnya makan malam ini ganggu kegiatan kamu, Moa."

"Enggak, Ma. Aku udah selesai prepare makanya hari ini free, hehehe."

"Semoga acaranya berjalan lancar." Ucapan Prabu di iyakan oleh Moana.

Pria paruh baya itu tidak banyak bicara karena dia lebih memilih menyimak. Lunar dan Imelda yang lebih aktif membicarakan banyak hal. Seperti liburan, fashion keluaran terbaru bahkan gosip artis luar negeri. Imelda itu sosok perempuan yang cakap dalam berbicara.

"Mel, Zain nangis." Sabian mengingatkan Imelda ketika Zain menangis sedari tadi.

Moana memang mendengarkan suara anak laki-laki menangis di lantai atas. Dia bisa menebak itu anak Imelda namun sepertinya perempuan itu nampak santai saja. Bahkan perkataan Sabian tadi dia hiraukan begitu saja.

"Imelda, Zain nangis. Coba kamu ajak dia ke sini," suruh Prabu kepada menantunya.

"Biarin lah, Pa. Zain udah gede."

"Kamu nggak kasihan dengar anak kamu nangis, Mel?" tanya Prabu mulai serius.

Suasana meja makan menjadi agak tegang. Lunar bahkan memegang punggung tangan suaminya dan mengusapnya pelan. Wajah Imelda memerah dan nampak seperti menahan kesal.

"Jangan di hiraukan, Pa. Aku bisa tanganin Zain nanti aja, dia emang suka nangis nggak jelas gitu." Imelda masih berusaha tenang.

"Seenggaknya kamu samperin dulu, Mel."

"Pa, udahlah aku—"

"IMELDA!"

Seketika meja makan menjadi hening. Moana bisa melihat tangan Imelda memegang alat makan sekuat tenaga. Perempuan itu menahan air matanya di pelupuk.

Sabian terlihat mengusap punggung Imelda dan Edgar memegang tangan Moana di bawah meja. Lunar menyuruh Imelda ke atas dengan kode tangan namun tidak di hiraukan.

"Papa nggak usah bentak aku karena masalah sepele ini!"

"Sepele kamu bilang? Anak kamu nangis Imelda!"

Lunar mencengkeram erat tangan Prabu, "Mel, naik dulu. Liatin Zain."

"Nggak seharusnya Pa—"

"MEL!"

Kali ini Sabian yang membentak. Dia kelewat sakit kepala mendengarkan keras kepala Imelda.

"Kamu semakin berani, Imelda. Saya salut sama kamu, terserah dengan apa yang kamu lakukan sekarang!"

Prabu memundurkan kursi kemudian menjauhi meja makan. Beliau menghindari pertengahan dan membiarkan keras kepala Imelda menguasai atmosfer ruangan.

Imelda menangis, dia berlari menuju lantai atas dan di kejar oleh Sabian. Bagi Edgar ini pertama kalinya Prabu memarahi Imelda sebagai menantunya. Makan malam menjadi kacau dan tidak terkendali.

"Moana, maaf ya makan malamnya agak kacau. Mama kira bakalan menjadi makan malam pertama yang mengesankan buat kamu," ucap Lunar menyesal. Dia menopang tangannya di ujung meja makan.

"Nggak apa, Ma. Udah terjadi nggak usah di sesali."

"Gar, ajak Moana ke kamar kamu dulu. Mama mau bicara sama Papa dan Imelda." Lunar melangkah menjauhi meja makan sama halnya seperti Prabu.

Edgar menerka jika Lunar datang ke ruang kerja Prabu. Papanya itu selalu mendekam diri di sana ketika ada masalah.

Cowok itu lalu mengajak Moana naik ke lantai atas menuju kamarnya. Moana ngikut saja karena dia sedang blank dengan kejadian tadi.



***

To be continued...

Continue Reading

You'll Also Like

303K 10.2K 24
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
8.8M 947K 65
[SUDAH TERBIT] Tersedia di Gramedia dan TBO + part lengkap Apakah kalian pernah menemukan seorang pemuda laki-laki yang rela membakar jari-jari tanga...
4.5M 267K 62
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
6.2M 267K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...