[2] HATI dan WAKTU

Od deftsember

50.5K 9.4K 9K

Raline menawarkan diri menjadi pacar Jerome untuk membantu cowok itu move-on dari mantan pacarnya. Dia tahu k... Více

BAB 00: START
BAB 01: MEMULAI
BAB 02: HARI PERTAMA PACARAN
BAB 03: MEMBUKA HATI
BAB 04: KENCAN PERTAMA
BAB 05: RALINE'S WORST DAY
BAB 06: SUPPORT SYSTEM
BAB 07: "Raline pacar gue."
BAB 08: PENGAKUAN
BAB 09: CEMBURU?
BAB 10: CEMBURU? (PT 2)
BAB 11: STAYCATION IN ANYER
BAB 12: KISSING YOU
BAB 13: INTEROGASI
NOTIF
BAB 14: SUPPORT BOYFRIEND
BAB 15: SESUAI HARAPAN
BAB 16: TERHUBUNG TAKDIR?
BAB 17: BERPISAH
BAB 18: ANNOYING!
BAB 19: BREAK UP (?)
BAB 20: DECISIONS
BAB 21: PERJUANGAN JEROME
BAB 23: I LOVE YOU
BAB 24: SELANGKAH LEBIH BERANI
BAB 25: RENCANA LIBURAN KELUARGA
BAB 26: LOVE IN EUROPE
BAB 27: LOVE IN EUROPE (PT 2)
BAB 28: BUKTI KEBUCINAN JEROME
BAB 29: RALINE MUDIK
BAB 30: DI SURABAYA..
BAB 31: REVITALISASI CINTA
BAB 32: 1st ANNIVERSARY
BAB 33: SISI LAIN
BAB 34: MULAI MENGGANGGU
BAB 35: PERUSAK
BAB 36: DETIK-DETIK KERETAKAN
BAB 37: KESALAHAN FATAL
BAB 38: END
BAB 39: KEHANCURAN TERBESAR
BAB 40: USAI
BAB 41: THE END(?)
S2 VER 1: BIGGEST LOSS

BAB 22: SI CALON BUCIN PACAR

1.3K 243 158
Od deftsember

~ Happy Reading ~





Raline hampir saja telat bangun kalau tidak di bangunkan oleh Lili. Cewek bersurai blonde itu langsung bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Dan sekarang dia sedang sibuk memilih pakaian yang cocok untuk dipakai ngedate hari ini.

"Semalem kok cepet?" tanya Lili yang sedang sibuk memainkan ponselnya sambil rebahan di atas ranjang Raline.

"Cepet apa maksudnya?"

"Nggak jadi pakai kondom?"

Raline yang sedang sibuk memilih pakaian pun langsung menoleh ke arah Lili dengan ekspresi kaget.

"Hah? Maksud lo apa sih? Kok malah bahas kondom."

Lili menaruh ponselnya dan bangun dari rebahan. Dia menatap Raline dengan senyum menggoda.

"Semalem gue lihat Jerome langsung pulang nggak lama setelah gue mergokin kalian lagi cipokan. Kalian nggak jadi ehem-ehem?" tanya Lili sambil mengutip jari-jarinya memberi isyarat yang langsung di mengerti oleh Raline.

"Kurang ajar! Gue sama Jerome nggak mungkin ngelakuin itu. Sembarangan aja kalau ngomong." Raline mengoceh kesal.

"Lo sama Jerome udah sejauh itu ya hubungannya? Tapi kok kemaren Jerome bisa setega itu ngusir lo cuma gara-gara album foto kenangan sama mantan nya."

"Lo ngomongin apa sih? Konteks nya apa?"

Lili berdecak kesal. "Dasar lemot! Gue lagi bahas hubungan lo sama Jerome setelah lihat kalian ciuman sampai segitunya semalam. Coba aja gue nggak masuk ke kamar lo, mungkin semalam terjadi perzinahan di kamar ini. Tuhan kasih peringatan untuk kalian melalui gue tuh."

Raline melempar Lili dengan boneka kecil koleksinya. "Jangan ngomong macem-macem deh. Gue sama Jerome bukan pasangan yang kayak gitu. Nggak kayak lo sama pacar lo"

Lili berdecak sebal. "Tapi kalian udah ciuman berkali-kali. Laki lo jago juga ya kelihatan nya. Pro player kayak laki gue nggak tuh?" ucap Lili. 

Raline mengerutkan dahi nya bingung dengan ucapan sahabat nya itu. "Pro player apa sih? Nggak jelas banget lo nanya nya."

"Jerome jago ciuman nggak?" celetuk Lili membuat Raline hampir tersedak ludah nya sendiri. Cewek itu menatap tajam ke arah teman nya itu. "Jangan aneh-aneh deh ngomong nya. Itu privasi, lo nggak berhak tau." kata Raline.

"Perasaan Jerome ke lo sekarang gimana? Dia udah cinta sama lo?"

"Belum jelas sih. Dia bilang masih butuh waktu buat meyakinkan diri untuk say i Love You ke gue, tapi dia bilang kalau dia sayang sama gue. Dia tipikal orang yang bakal serius sama sesuatu, dia orangnya penuh pertimbangan banget."

"Ck! Bego banget kalau lo masih luluh sama tuh cowok. Jelas-jelas dia masih belum bisa ngasih kepastian buat lo, padahal hubungan kalian udah setengah tahun."

"Jerome udah sayang sama gue, Li. Gue nggak tau kapan dia bisa jujur sama perasaannya ke gue, tapi untuk sekarang gue mau lihat seberapa jauh dia mau berusaha buat gue."

"Raline, gue paham kok kalau Jerome butuh waktu buat move-on dari mantan nya. Tapi ini udah setengah tahun kalian pacaran. Masa iya dia masih belum bisa ngelupain mantan nya sih. Jelas-jelas selama ini lo udah berkorban banyak biar dia move-on. Bukannya cowok kayak gitu sus banget ya." ujar Lili.

"Li, Jerome udah bilang kalau dia udah nggak ada urusan sama sekali sama Abigail."

"Orang kalau udah bucin tolol beneran bakal jadi orang tolol. Gampang banget kemakan sama love language yang entah tulus atau cuma pencitraan doang. Lo bener-bener udah di tahap nggak bisa membedakan mana sikap yang tulus atau cuma basa-basi doang, Rell. Hati-hati, takut cinta dan ketulusan lo di manfaatkan sama Jerome."

"Gue udah janji sama diri gue sendiri, kalau misalkan nanti Jerome mengulangi kesalahannya, gue nggak akan pernah peduli lagi sama dia."

"Seharusnya kemaren lo putusin aja si Jerome. Biar orang kayak dia bisa tau rasa udah menyia-nyiakan ketulusan lo."

Raline menghela nafasnya. Dia memilih tidak menggubris ocehan Lili dan menyibukkan diri bersiap-siap sebelum Jerome menjemputnya.


Sesuai janji Jerome, hari Sabtu ini mereka rencana nya mau menghabiskan waktu untuk jalan-jalan seharian. Tapi tentu saja rencana nya itu tidak selalu berjalan lancar.

Saat dia mau berangkat menjemput Raline, tiba-tiba Mama nya mencegah kepergiannya dan banyak melayangkan pertanyaan. Terutama pertanyaan yang berhubungan dengan 'mantu kesayangan' alias Raline Jovanka.

"Mau kemana kamu pagi-pagi gini?" tanya Mama ㅡmasih dengan nada sinis.

"Mau jalan-jalan. Kan sekarang hari Sabtu. Nanti sebelum makan malam aku udah pulang kok."

"Semalam pulang agak maleman, sekarang masih jam sembilan pagi udah mau keluyuran lagi. Ngomongnya sibuk sampai nggak bisa nemuin pacarnya. Alasan aja kamu."

Jerome menghela nafasnya. Ini sepertinya Mama nya masih marah perihal acara dinner dengan Raline jadi berantakan karenanya.

"Iya ini aku mau jalan-jalan sama pacar buat nebus kesalahan aku waktu itu." ujar Jerome.

Raut wajah Mama langsung berubah. "Pacar siapa dulu nih? Kalau sama si cewek yang ada di album foto kamu, Mama nggak kasih izin."

"Sama mantu kesayangan Mama."

"Siapa lagi itu? Mama lagi nggak mood kamu ajak bercanda ya, Dek. Lagian sejak kapan kamu bisa nge-jokes begini."

Jerome kembali menghela nafas panjang. Sepertinya kalau hanya lewat kata-kata Mama nya tidak akan percaya apa maksudnya.

Dia merogoh ponselnya dan membuka chatroom nya dengan Raline, lalu mengarahkan ponsel nya ke arah Mama nya.

"Sama mantu kesayangan Mama yang ini. Di izinin kan kalau pergi nya sama dia?"

Mama langsung menyipitkan matanya membaca setiap baris chat antara Jerome dan Raline. Wajah yang tadinya sinis kini langsung cerah dengan ujung bibir tertarik ke atas membentuk senyum.

"Kamu udah baikan sama Raline, Dek? Kapan? Kok nggak kasih tau Mama?"

Jerome kembali mengantongi ponselnya. "Udah, semalem. Makanya aku pulang agak telat. Kalau aku kasih tau Mama yang ada Maka bakal nyuruh aku bawa Raline ke rumah malam itu juga."

"Ya seharusnya begitu dong. Mama tuh jadi nggak enakan sama Raline karena anak Mama udah ngusir dia sampai dia ketakutan gitu."

"Aku udah minta maaf ke dia, Ma. Udah clear masalahnya. Jangan di ungkit-ungkit lagi dong."

"Ajak Raline main kesini aja."

Jerome menggeleng. "Kapan-kapan aja. Aku udah janji mau ngajak dia jalan-jalan hari ini."

Mama merengut kecewa. "Ya udahlah, kamu ajak dia jalan-jalan ke tempat yang bagus. Traktir dia makanan enak. Kalau saldo kamu kurang bilang ke Papa suruh transferin. Nanti Mama yang bilang ke Papa."

"Nggak usah, Ma. Saldo rekening aku masih lumayan kalau cuma untuk ngajak Raline jalan-jalan sama makan doang."

Mama menepuk pundak Jerome dengan senyum lebar tersungging di wajahnya. "Jangan kamu sakiti hati dia lagi. Pokoknya Mama pengen kamu serius sama Raline. Nyari calon kayak Raline di jaman sekarang tuh susah, Dek."

Jerome mengangguk, "iya Ma. Udah ya, aku mau berangkat sekarang."

"Salamin ke dia kalau Mama kangen sama calon mantu. Suruh dia sering main ke Butik lagi ya."

"Iyaa!!"



Jam sepuluh pagi Jerome baru saja sampai di rumah kontrakan Raline. Dia langsung keluar dari mobil dan berjalan ke arah rumah berlantai dua itu.

Jerome masuk ke dalam rumah setelah sebelumnya di persilahkan masuk oleh Mahen.

"Raline belum keluar kamar?" tanya nya ke Mahen yang sedang duduk di sofa sambil memakan sereal nya. Jerome meyakini kalau pemuda yang lebih muda darinya itu belum mandi.

"Belum." jawab Mahen dengan nada sinis. Dia bahkan tidak mau melirik sedikitpun ke arah Jerome.

"Gue izin samperin dia ke kamarnya." 

Mahen mendelik tajam. "Mau ngapain lo, Bang? Nggak usah aneh-aneh deh, rumah ini bebas dari perzinahan."

"Gue bukan cowok begitu." ucap Jerome. "Gue cuma mau nyamperin pacar gue ke kamarnya." 

Mahen menggerutu. "Dih sok iye banget ngomong pacar. Mana ada pacar yang ngusir pacarnya malem-malem cuma karena album foto kenangan sama mantan. Cuih! Masih untung lo nggak jadi di putusin sama Kak Raline."

Jerome menghela nafasnya. Dia menaruh plastik berlogo IndoApril di hadapan Mahen. "Ini buat cemilan lo. Gue tau hari ini lo nggak ada kegiatan apa-apa dan cuma di rumah doang."

"Gue nggak mempan di sogok. Apalagi cuma sama jajanan IndoApril. Cuih! Segini doang mah gue juga bisa beli sendiriㅡ"

"Ada kopi yang dari lama lo incer tuh." ucap Jerome.

Kedua mata Mahen langsung terbelalak. Dia langsung membongkar plastik IndoApril itu dan menemukan dua kaleng kopi import yang memang sudah menjadi incaran nya beberapa waktu ini.

"Jadi gue boleh nyamperin Raline ke kamarnya kan?" tanya Jerome.

"Ya udah sono. Tapi jangan lo apa-apain kakak gue."

"Gue bukan cowok kayak gitu." ucapnya. Lalu setelahnya Jerome langsung bergegas menaiki tangga menuju kamar sang pacar.

Dia mengetuk pintunya terlebih dahulu sebelum membukanya. Setelah pintu terbuka, dia bisa melihat kalau pacarnya itu sedang sibuk membuat alis.

"Pantesan lama, ternyata buat alis dulu." komentarnya.

Raline melirik kedatangan pacarnya dari pantulan cermin. "Iya maaf, ini tadi aku salah bikin alis makanya ngulang dari awal. Kamu udah dari tadi nunggu dibawah?"

"Aku barusan dateng. Tadi Mama interogasi aku dulu sebelum berangkat. Kamu dapat salam dari Mama, katanya suruh sering-sering main ke Butik." ucap Jerome yang sudah duduk di ranjang Raline.

"Salamin balik. Nanti kalau ada waktu luang aku pasti bakal sering main ke Butik."

Jerome terdiam sambil memperhatikan Raline membentuk alis dengan pensil alis yang sama sekali tidak di pahami olehnya.

Setelah menunggu hampir lima menit lamanya, Raline pun menyelesaikan kegiatan mengalis-nya. Cewek itu beranjak dari duduknya dan menyemprotkan parfum di beberapa bagian tubuhnya.

"Yuk, aku udah siap." ucapnya.

Jerome ikutan beranjak dari duduknya dan tidak lupa menggenggam tangan Raline keluar dari kamar dan berjalan menuruni tangga.

"Mau pada kemana?" tanya Mahen yang posisinya masih belum berubah sejak tadi.

"Pacaran lah. Kan weekend." jawab Raline dengan nada sombong.

Mahen menggerutu sinis. "Sombong amat. Nggak inget ya kalau hampir putus."

Raline merengut kesal. Dia melempar bantal sofa ke arah Mahen. "Mandi kek! Pergi main sana biar nggak badmood di rumah mulu."

"Biarin aja. Karena hari ini rumah sepi gue mau menguasai rumah. Mau tidur seharian dan nggak ada yang gangguin."

"Terserah lo! Jangan lupa ngepel sama siram tanaman di halaman belakang, nanti Mbak Judith marah loh kalau rumah masih berantakan."

"Iyeee!! Udah sono pergi. Tapi jangan sampai mampir ke hotel ya!"

Raline menatap tajam ke arah Mahen sambil mengacungkan jari tengah.

"Kita pergi dulu, Hen." ucap Jerome lalu kembali menggandeng Raline keluar rumah.

"Kita jadi mau ke Jakarta Aquarium Neo Soho nya?" tanya Raline saat mereka sudah ada di dalam mobil Jerome.

"Iya. Atau kamu mau ke tempat lain?"

"Aku ngikut kamu aja deh. Lagi nggak punya stok tempat yang mau dikunjungi."

Jerome mengendarai mobilnya membelah jalanan kota Jakarta yang ramai lancar hari ini. Tidak banyak percakapan yang terjadi karena Jerome sibuk fokus pada jalanan di depannya.

"Mas Dimas nggak ada bilang apa-apa ke kamu kan?" Raline memulai obrolan setelah beberapa waktu hanya diam.

"Nggak ada. Kenapa emangnya?"

"Dia marah besar pas tau aku maafin kamu dan nggak jadi putus."

Jerome melirik ke arah pacarnya. "Nanti aku coba ngomong sama dia."

Raline ikut menoleh ke arah Jerome dan mereka sempat bertatap-tatapan sebelum Jerome kembali fokus melihat jalan.

"Aku nggak tau kalau ternyata masalahnya bisa sebesar ini. Padahal aku udah berusaha biar yang lain nggak tau karena aku tau Mas Dimas nggak akan tinggal diam."

Jerome menghela nafasnya. "Aku minta maaf. Imbas dari perlakuan aku ke kamu waktu itu bikin masalah sebesar ini. Kamu pasti bukan cuma ngerasa tertekan karena sikap aku, tapi juga karena tuntutan dari Bang Dimas dan temen-temen kamu yang nyuruh buat putus sama aku."

"Nggak munafik sih, mereka emang semangat banget nyuruh aku buat menyerah. Mereka begitu karena nggak mau lihat aku patah hati lebih jauh lagi. Selagi masih belum terlalu lama, mungkin rasa sakitnya nggak terlalu parah."

Satu tangan Jerome merambat mendekati tangan Raline lalu menggenggamnya. Dia bawa genggaman tangan itu ke atas paha nya.

"Aku emang belum bisa jadi cowok yang ngasih banyak kebahagiaan untuk kamu. Aku juga masih sering bikin kamu kecewa sama sikap aku. Tapi aku lagi berusaha memperbaiki itu semua. Aku udah introspeksi diri dan meyakinkan diri buat serius sama kamu. Aku nggak mau main-main sama kata cinta, jadi selagi aku masih berusaha untuk menerima kamu sepenuhnya, aku bakal selalu bilang kalau aku sayang kamu. Anggap aja itu pengganti sementara dari kata cinta." ujar Jerome.

"Jadi kapan kamu bisa balas perasaan aku? Bukan cuma balas pakai rasa sayang doang, Jer."

Dengan yakin Jerome menjawab, "secepatnya. Aku udah yakin sama hati dan jawaban aku, tapi aku mau semuanya berjalan dengan baik. Jadi ada saatnya aku bakal ungkapin semuanya ke kamu."

"Apa aku masih harus nunggu lagi? Berapa lama?"

"Enggak akan lama, Raline. Aku lagi mempersiapkan semuanya."

"Kamu tau kan kalau kepercayaan aku ke kamu sekarang udah nggak sebanyak dulu. Tolong jangan bikin aku menyesal karena udah kasih kesempatan buat kamu."

"Aku tau, dan aku nggak akan menyia-nyiakan kesempatan itu. Karena sekarang aku yakin kalau aku sayang kamu."

Raline tersenyum mendengarnya. Dia selalu merasa tersentuh mendengar ungkapan tulus dari pacarnya itu, walaupun tak dapat di pungkiri kalau dia merasa agak kurang percaya setelah apa yang terjadi di antara mereka beberapa waktu lalu.

"Aku juga sayang kamu." ucapnya.

Jerome tersenyum hangat. Dia semakin mengeratkan genggaman tangan mereka dan tidak melepaskannya sampai mereka tiba di tujuan.



Jerome dan Raline bergandengan tangan masuk ke tempat wisata Jakarta Aquarium Neo Soho setelah membeli tiket.

Sejak pertama kali masuk ke area tempat wisata itu Jerome bisa melihat rona kegembiraan terpancar dari wajah cantik Raline. Apalagi saat mereka sudah tiba di sebuah ruangan yang terdapat Aquarium raksasa.

"Ih.. aku kok nggak tau ya kalau di Jakarta ada tempat kayak gini." ujar Raline. Sepertinya mood nya sudah membaik dibanding sebelumnya.

"Kamu kan pendatang dari Surabaya, mungkin tempat satu Jakarta belum ada yang kamu kunjungi."

Raline mengangguk menyetujui ucapan pacarnya. "Iya juga sih. Tapi aku jadi kepengen keliling Jakarta deh biar bisa mengunjungi tempat-tempat cantik kayak gini yang ada disini."

"Iya. Nanti keliling nya sama aku biar aku temenin."

Raline menoleh ke arah pacarnya dengan senyum terukir cantik di wajahnya. "Beneran nih? Nanti kamu bangkrut loh." ucapnya diselingi guyonan.

Jerome mengangguk. "Aku kan dari lahir udah di Jakarta, jadi udah hafal sama tempat-tempat yang ada disini. Kamu nggak perlu khawatir aku bangkrut, Mama pasti udah nyiapin dana buat aku kalau ngajak kamu jalan-jalan. Tadi aja dia mau transfer uang buat aku pas aku bilang mau jalan-jalan sama kamu."

Raline tak pernah berhenti mengagumi bagaimana sikap Jerome yang sudah banyak berubah. Apalagi setelah pertengkaran mereka kemarin.

Pacarnya itu terlihat lebih hangat dan romantis. Entahlah, Raline merasa kalau dia masih tidak menyangka Jerome bisa berubah seperti ini untuknya. Tapi jujur saja kalau Raline masih takut untuk memberi kepercayaan penuh untuk Jerome.

Dan Jerome sadar tentang hal itu. Melihat bagaimana sikap Raline yang terlihat tidak sesantai biasanya. Cewek itu terkesan membatasi diri dengannya.

Cowok itu menggenggam tangan Raline dan mengajaknya untuk berjalan-jalan. Dia berharap mood Raline kembali membaik.

Mereka memutuskan berjalan beriringan menyusuri sudut-sudut Aquarium raksasa itu. 

Di sepanjang langkah, Raline tidak berhenti berceloteh tentang mengagumi ikan-ikan dan penghuni Aquarium lainnya yang berenang kesana-kemari di depan matanya.

Jerome sebagai pacar hanya bisa merespon seadanya, karena dia sudah mulai terbiasa dengan kebiasaan Raline yang kadang over react terhadap sesuatu yang berhasil menyita perhatiannya.

"Ih! Ada Megalodon." seru Raline. Dia menarik tangan Jerome, mengajaknya untuk mendekati ikan-ikan besar yang sedang berenang dengan bebas di Aquarium raksasa itu.

"Jerome, lihat deh. Aku nemu Megalodon. Fotoin aku bareng ikan nya dong." 

"Itu Bull Shark, Rell. Bukan Megalodon." 

"Kan masih sama-sama spesies Hiu."

Jerome menggeleng. "Disini nggak mungkin ada Megalodon, kan dia udah punah lama."

"Kata Mahen dia bulan lalu ketemu sama Megalodon di Bekasi."

Jerome menahan tawa nya melihat keluguan pacarnya itu. Dia mengacak rambut blonde Raline membuat pacarnya itu malah menatap bingung ke arah nya.

"Kok kamu malah ketawa?" tanya Raline.

"Kamu di bohongin sama Mahen. Dia ke Bekasi mancing Mujair, bukan Megalodon."

"Jadi disini udah nggak ada Megalodon?"

"Iya. Megalodon nya udah tinggal kerangka tulang dan cuma bisa di lihat kalau kita ke Museum."

Raline mengerucutkan bibirnya, tanda kekecewaan karena sudah di bohongi oleh Mahen.

"Jadi mau foto nya nggak? Aku fotoin nih." tawar Jerome.

Senyum langsung terbit di wajah cewek itu. Raline langsung mengangguk mengiyakan. Dia merogoh ponsel nya di dalam tas lalu menyerahkan nya ke Jerome.

"Tolong fotoin aku ya." ucapnya.

Jerome langsung membuka aplikasi kamera di ponsel Raline dan mengarahkan nya tepat ke arah Raline yang sudah siap dengan berbagai macam pose andalan nya.

CKREK..
CKREK..

"Udah belum?" tanya Raline.

"Udah."

"Coba aku mau lihat."

Jerome menyerahkan kembali ponsel Raline ke pemiliknya. Dia memperhatikan senyum yang merekah di wajah pacarnya itu saat dia memuji foto-foto yang baru saja di ambil.

"Kamu cocok juga jadi fotografer."

"Fotografer nya kamu kan?"

Tiba-tiba wajah Raline merona begitu mendengar ucapan Jerome barusan. 

"A-aku mau lihat-lihat ikan yang lain dulu." ucapnya lalu dengan segera menghindar dari Jerome untuk menutupi kegugupan nya.

Jerome menggeleng sambil terkekeh pelan. Raline itu kadang bisa jadi perempuan yang malu-malu, apalagi saat di goda seperti tadi contohnya.

Cowok itu merogoh ponsel nya dan mengaktifkan aplikasi kamera. Diam-diam dia memotret Raline yang sedang sibuk memperhatikan ikan-ikan yang tengah asik berenang di Aquarium raksasa ini.

Dia melihat hasil jepretan nya lalu senyum merekah di wajah tampan nya sampai membuat lesung pipi nya muncul. "Cantik." gumam nya.

"Jerome! Ayo lihat-lihat ke tempat lain." suara Raline sukses menarik perhatian nya. Jerome mengantongi ponsel nya kembali dan berjalan mendekati pacarnya itu.

Mereka bergandengan tangan sambil menikmati ikan-ikan dari berbagai macam spesies yang sedang berenang mengelilingi Aquarium raksasa itu.

Tapi fokus Raline mendadak teralihkan saat melihat banyak sekali pasangan yang sedang mengabadikan momen dengan foto bersama sambil berpose mesra. 

Dia juga sebenarnya ingin mengambil foto bersama dengan Jerome, tapi dia takut di kecewakan kalau ternyata pacarnya itu tidak mau. Padahal kalau di ingat-ingat mereka berdua jarang mengambil foto bersama.

"Kenapa melamun?" tanya Jerome membuyarkan lamunan Raline.

"Nggak kok. Aku gapapa." jawab cewek itu sambil menggelengkan kepala.

Jerome sadar kalau ada yang di sembunyikan oleh pacarnya. Dia coba memperhatikan Raline diam-diam dan saat itulah dia tersadar alasan kenapa pacarnya mendadak jadi sering melamun.

"Foto bareng yuk." ajaknya.

Raline menoleh ke arah Jerome, "foto bareng?" tanya nya mengulang ucapan Jerome.

"Iya, foto bareng."

"Kamu mau, Jer?" tanya Raline dengan wajah cerah.

Jerome mengangguk. "Iya mau. Emang kenapa aku harus ngga mau? Atau jangan-jangan kamu yang nggak mau foto sama aku?"

"Aku mau kok." kata Raline dengan nada semangat.

"Bentar, aku nyari orang yang bisa di suruh buat fotoin kita." ucap Jerome. Dia menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari orang yang sekiranya bisa dia mintai tolong.

Dia melihat ada salah satu pegawai yang sedang bekerja dan memanggilnya untuk di mintai tolong. "Mas! Boleh minta tolong fotoin saya sama pacar?" ujar Jerome. Dia menyerahkan ponsel nya ke pegawai tadi setelah mendapat persetujuan. 

"Saya hitung sampai tiga ya." 

Raline tersenyum lebar dan menatap ke arah kamera ponsel Jerome. Dia tidak tahu harus berpose bagaimana, karena sejujurnya dia merasa agak canggung kalau harus menyentuh Jerome. Dia takut membuat pacarnya tidak nyaman kalau dia berpose terlalu berlebihan.

Dan dia terkejut saat tiba-tiba Jerome merangkul pundak nya dan menariknya semakin mendekat dengan cowok ituㅡ atau bisa dikatakan menempel. Karena Jerome tak membiarkan sedikitpun jarak yang tersisa di antara mereka.

"Tolong fotoin saya sama pacar saya biar hasil nya bagus ya, Mas." ucap Jerome santai, seakan tidak terjadi apa-apa. Padahal dia sudah membuat jantung anak gadis orang berdegup kencang.

"Pose nya jangan kaku gitu kalau mau hasil foto nya bagus." ucap Jerome.

"A-aku harus pose kayak gimana lagi?" tanya Raline dengan gugup.

"Terserah kamu. Se-nyaman nya kamu aja."

Dengan ragu Raline melingkarkan kedua tangan nya memeluk pinggang Jerome. Posisi nya itu membuatnya harus sedikit bersandar di dada bidang Jerome.

"Nice pose." bisik Jerome membuat rona merah semakin nampak di wajah Raline.

CKREK..
CKREK..

Dua jepretan menghasilkan foto yang sangat bagus. Pegawai tadi menyerahkan ponsel Jerome kembali dan pamit undur diri. 

"Kamu mau foto nya?" tanya Jerome. Raline tentu saja mengangguk mengiyakan. "Mau banget dong."

Cowok itu langsung mengirimkan foto mereka barusan.

Raline melihat hasil foto mereka dengan senyum lebar. "Aku mau upload ke medsos boleh nggak?" tanya nya.

"Kenapa harus minta izin aku? Upload aja kalau emang kamu mau."

"Aku izin dulu ke kamu takut kamu keberatan foto nya aku upload ke sosmed."

"Upload aja gapapa. Biar orang yang masih sering gangguin kamu sadar diri kalau aku pacar kamu dan kamu nggak halu."

Raline tersenyum lebar. Dia menjinjitkan kaki nya agar mudah untuk melayangkan kecupan di pipi Jerome. "Makasih banyak, sayang." ucapnya lalu langsung melesat pergi lebih dulu meninggalkan Jerome yang agak terpaku dengan apa yang barusan terjadi.

Rasa terkejutnya tadi berubah menjadi rasa berdebar-debar. Jerome mengusap wajahnya yang memanas lalu menggigit bibirnya menahan senyum. 

"Barusan itu gue deg-degan ya?" gumam nya. Dia menghela nafas untuk meringankan debaran di jantung nya. "Kayaknya sekarang gue tau rasanya jatuh cinta sama orang yang tepat." dia kembali bergumam.

Jerome melangkahkan kaki nya menyusul Raline yang sudah berjalan agak jauh di depan nya. Dia merangkul bahu pacarnya itu lalu menarik tubuhnya lebih mendekat ke arahnya.

"Jalan nya jangan cepet-cepet. Masa pacarnya ditinggal sih."

"K-kamu kelamaan." suara Raline terdengar gugup.

"Maaf, tadi aku agak kaget soalnya habis di cium pacar."

"A-apaan sih ngomong nya. Nyebelin deh."

Cowok itu terkekeh melihat reaksi pacarnya yang menurutnya sangat menggemaskan.


🍑🌹


Setelah seharian menghabiskan waktu untuk mengunjungi Jakarta Aquarium Neo Soho, kini Jerome dan Raline sedang ada di Le Bridge, Ancol. 

Setelah menikmati makan malam di salah satu restoran nya, Jerome dan Raline memilih untuk berjalan-jalan sebentar sebelum pulang ke rumah.

Mereka berjalan dengan langkah pelan sambil bergandengan tangan. Menikmati keheningan yang entah kenapa tidak membuat mereka bosan. Malah sebaliknya, mereka merasakan ada kehangatan di balik keheningan ini.

"Kesana yuk." ajak Raline.

Jerome mengangguk. Mereka berjalan ke tempat yang lumayan sepi dan cocok untuk dijadikan tempat mengobrol.

"Mas Dimas tadi telepon aku." ucap Raline memulai obrolan.

"Kapan?"

"Tadi, pas kamu lagi ke toilet."

"Ngapain dia telepon?"

"Dia nanyain aku lagi dimana dan sama siapa. Soalnya kita pergi dari tadi dan aku lupa izin ke dia."

"Terus apa katanya?"

Raline menoleh ke arah Jerome dan tersenyum tipis. "Dia hampir maksa mau jemput aku pas tau aku pergi sama kamu."

Kening Jerome mengerut, "maksudnya?"

"Kayaknya dia masih nggak terima kalau kita baikan lagi. Soalnya dari awal orang yang paling menentang hubungan kita itu Mas Dimas."

Jerome menghela nafasnya. Dia menggenggam tangan Raline untuk memberi ketenangan untuk pacarnya. "Nanti aku yang jelasin ke Bang Dimas."

"Jer, apa yang kamu bayangin kalau seandainya waktu itu aku nggak pernah nembak kamu duluan? Apa kamu masih berusaha balikan sama Abigail?" tanya Raline.

Jerome menatap lekat ke wajah cantik pacarnya. "Kenapa harus bahas sesuatu yang bisa bikin kamu nggak nyaman?"

"Aku cuma pengen tau aja. Melihat perasaan kamu ke Abigail cukup besar, jadi kemungkinan balikan sama dia pasti ada kan?"

"Raline, aku udah buang semua kenangan masa lalu aku sama mantan. Aku udah sadar sepenuhnya setelah kita break kemarin. Aku juga udah mikirin berkali-kali keputusan apa yang harus aku ambil. And see.. aku pilih kamu, Rell. Kenapa kamu masih bahas itu? Apa menurut kamu aku masih kurang meyakinkan?"

Raline mengangguk. "Sejujurnya iya. Aku masih nggak tau udah sejauh mana kamu menerima aku. Ada kala nya pikiran negatif selalu ganggu aku dan nyuruh aku buat jauh-jauh sama kamu. Aku takut ngerasain patah hati lagi, Jerome."

"Aku sadar dan aku paham sama perasaan kamu sekarang. Tapi aku mau berjuang buat balikin kepercayaan kamu ke aku, Rell."

"Kita bisa bersatu, Jer?" tanya Raline dengan wajah sendu.

Jerome mengangguk yakin. "Kamu yang bikin aku yakin kalau ternyata lepas dari masa lalu toxic itu gampang kalau ada niat dan support. Jadi jangan mikir kalau kita nggak bisa bersatu. Aku mau kok berjuang dapetin kamu."

Kembali, senyuman terbit di wajah cantik Raline. "Aku masih sama kayak dulu, Jer. Walaupun kamu bikin aku kecewa kemarin, aku nggak bisa bohong kalau aku masih cinta sama kamu. Dan aku selalu berharap semoga kelak kita di satukan dalam takdir yang indah. Tapi kalau emang itu nggak bisa seperti yang aku harapkan, aku bakal tetap percaya kalau kamu satu-satunya orang yang paling aku cinta. Se-enggaknya aku pernah punya ingatan kalau aku pernah mencintai kamu."

Jerome mendekat ke arah Raline. Dia memeluk pinggang cewek itu dan menariknya mendekat ke arahnya. Raline mendadak panik saat melihat tingkah laku Jerome yang bisa dikatakan terlalu berani, padahal saat ini mereka sedang di area umum.

"Ngapain sih deket-deket gini? Nanti banyak yang mergokin kita terus nuduh macem-macem." ucapnya.

"Biar kamu bisa lihat lebih jelas keseriusan di mata aku." ujar Jerome.

"Aku tau sekarang kepercayaan kamu ke aku menurun, jadi aku mau minta kamu lihat keseriusan aku dari mata aku. Kira-kira kamu percaya nggak kalau kita bisa berakhir bahagia?"

Raline menatap kedua mata Jerome yang juga sedang menatapnya. "Jeromeㅡ" ucapan Raline di potong oleh Jerome.

"Aku sayang kamu, Rell." ucap Jerome cepat.

Raline menghela nafasnya. "Mungkin orang lain atau kamu sendiri bakal menilai aku cewek bodoh dan terlalu gampang kemakan cinta. Itu nggak salah sih, aku sendiri juga mengakuinya. Tapi aku berpikir inilah titik tertinggi saat aku yakin mencintai seseorang dengan sangat tulus. Sampai takut kalau orang itu mungkin aja bisa ninggalin aku kapanpun. Makanya selama ini aku selalu membentengi hati aku sama hal-hal positif, biar nggak kepikiran sesuatu yang negatif dan malah bikin itu semua kejadian. Aku berusaha nggak menuntut kamu harus bersikap sebagai pacar idaman atau apalah itu. Aku udah cukup bersyukur karena Tuhan masih kasih kesempatan buat aku ngerasain jadi pacar kamu." ujar Raline mengeluarkan isi hatinya yang terdalam.

Air mata Raline turun, "tapi keyakinan aku mulai goyah setelah melihat kamu masih belum bisa melupakan masa lalu. Aku ngerasa kayaknya apa yang udah aku korbanin cuma jadi sia-sia aja. Dan aku berpikir apa mungkin untuk mendapat cinta kamu itu nggak akan pernah bisa aku rasain karenaㅡ rasanya sakit banget, Jerome."

Jerome terdiam mendengar ucapan pacarnya. Dia memang tahu kalau Raline benar-benar tulus mencintainya. Tapi dia tidak sadar kalau cewek itu terlalu sering menahan perasaan hanya untuk menjaga kenyamanannya.

"Sejujurnya ngucapin kata-kata break atau putus itu hal yang paling sulit buat aku. Tapi kalau aku stuck di hubungan yang nggak jelas ini dan terus mengharap cinta yang nggak pasti dari kamu, aku bakalan jadi cewek bodoh yang menyia-nyiakan hidup cuma untuk ngasih ketulusan buat orang yang nggak bisa lihat semua perjuangan aku. Di satu sisi aku capek sama ketidak jelasan kita, tapi aku juga nggak mau kamu jauh dari aku. Kamu bisa bayangin bingung dan tersiksanya jadi aku?"

"Maaf. Aku minta maaf, Rell. Aku egois karena nggak mikirin perasaan kamu." ucapnya. Tangannya terangkat untuk mengelus wajah cantik Raline.

"Sekarang kamu bisa menuntut aku untuk jadi pacar yang kamu mau. Aku nggak akan marah, Rell. Dulu mungkin aku bakal kesel kalau ada orang yang ganggu kenyamanan aku, tapi sekarang aku pengen kamu bisa bebas bersikap apapun sebagai pacar aku, asal masih di batas wajar. Kamu nggak perlu membentengi diri lagi, karena aku suka kamu yang terbuka dan apa adanya. Sekarang kamu nggak perlu takut dan khawatir lagi, perasaan kamu udah terbalas. Aku sayang banget sama kamu, Raline."

Raline menggeleng pelan, "nggak Jer. Itu nggak mudah, aku selalu takut kalau suatu saat nanti kamu ninggalin aku karena nggak nyaman pacaran sama aku."

"Hei.." Jerome menangkup wajah Raline dengan kedua tangannya. Dia menarik wajah cantik itu mendekat ke wajahnya.

"Dulu aku emang cuek banget sama kamu, itu karena aku masih harus pendekatan yang lebih jauh sama kamu biar terbiasa. Apalagi posisinya saat itu aku masih galau karena habis putus sama mantan. Tapi sekarang keadaannya udah berbeda, Rell. Aku nyaman sama kamu. Aku suka sama semua perhatian kamu. Jangan sungkan kalau emang kamu mau mengekspresikan perasaan kamu ya. Aku percaya kamu bisa."

"Dan perlu kamu tau, aku udah nggak ada urusan apa-apa lagi sama Abigail. Segala hal tentang dia udah aku buang jauh-jauh. Bahkan album foto kemaren udah aku bakar. Semua kenangan Abigail udah aku hapus dari hati dan ingatan aku, Rell. Kamu harus percaya sama aku."

Air mata bergulir jatuh dari pelupuk mata Raline. "Kamu tau, aku udah nunggu lama untuk momen-momen kayak gini. Aku sampai nggak percaya kalau akhirnya kamu bisa jadi pacar aku."

Jerome mengusap air mata Raline. Dia mengecup kedua mata cewek itu dengan lembut. "You got it, Rell. Aku pacar kamu sekarang."

"Jer, kalau kamu mulai bosan sama aku tolong kasih aku isyarat biar aku paham dan langsung introspeksi diri. Atau kalau kamu udah nggak mau sama aku lagi tolong kasih pertanda biar aku sadar dan menjauh sendiri dari kamu. Jangan kayak kemaren, kamu bikin aku kaget."

Jerome menggeleng, "aku terima kamu sebagai pacar bukan mau bikin kamu pergi ninggalin aku dengan keadaan patah hati. Big No, Raline. Aku nggak mau bikin usaha kamu selama ini sia-sia. So, I will return all your feelings. Secepatnya kamu pasti tau kalau cinta dan ketulusan kamu nggak berakhir sia-sia."

"Aku sayang kamu, Jer."

"Ya. Aku cinta sama kamu, Rell." ucap Jerome dengan nada lirih.

Raut wajah Raline langsung berubah. Dia bisa mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Jerome walau terdengar samar.

"Jerome, tadi kamu bilangㅡ" baru saja dia akan bertanya, namun Jerome sudah lebih dulu membungkam bibirnya dengan sebuah ciuman yang terkesan lembut dan tulus.

CUP

Jerome melepaskan tautan bibir mereka. Dia tersenyum hangat saat melihat raut wajah Raline yang kebingungan. "Nanti. Atau mungkin dalam waktu dekat kamu bakal tau isi hati aku sekarang. Sesuatu yang udah kamu tunggu-tunggu sejak lama."

"Jerome, kamuㅡ" 

CUPㅡ sekali lagi ciuman mendarat di bibir Raline.

"Pulang yuk. Nanti kalau ngajak kamu main sampai kemaleman aku takut di gantung sama Bang Dimas." ucap Jerome lalu menggandeng tangan pacarnya.

"Coba jelasin dulu apa maksudnya tadi."

"Nggak mau. Kamu nggak boleh tau sekarang atau semuanya bukan kejutan lagi nama nya."

"Jerome, jangan bikin aku penasaran ya."

"Biarin. Aku emang sengaja bikin kamu penasaran."

Raline mendengus sebal. "Kamu ternyata bisa nyebelin juga ya."

"Tapi kamu tetap bucin kan?"

"Terserah deh, aku males ngomong sama kamu."











To Be Continued...

Iya aku tau ini agak gak jelas woyyy wkwkwkwk. Agak Cringe juga sih penggambaran karakter Jerome nya yang tiba-tiba bucin. Maafin aku guysss kalau chapter ini kurang menarik 😭🙏

Yang masih dendam sama Jerome udahan dulu yuk. Tuh Jerome nya udah serius banget loh sama Raline.

Oh iya untuk info aja kalau Jerome-Raline ini kayaknya bakal panjang banget kisahnya. Lebih panjang dari Jeje-Sella deh kayaknya. Soalnya setelah ini bakal ada konflik lagi. Jadi jangan bosen-bosen sama Jerome-Raline ya.

Terimakasih banyak buat siapapun yang udah bantu spam komen dan vote cerita ini. Kalian hebat-hebat banget. So proud of you guys 💞

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

13.4K 1.9K 14
[ COMPLETED ] Bukan angkringan sembarang angkringan. [Non baku] [Lokal] Most Impressive Rangking : #1 vrenelokal / 04.12.2021 #3 vrene / 15.09.2021
6.7K 240 25
Ini narasi AU ajaaa, lebih lengkapnya di Twitter © xxanianddd yaaa! Judulnya sama. Udah end
2M 9.5K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
255K 10K 48
WARNING❗SEDANG DIREVISI SECARA BRUTAL❗ 15+ "Akhh...akhh" Nata "jangan mendesah didepan gue!!" Reyfefa "akh akh akhh..." Nata "gue bilang jangan mende...