Strong Girl

By Langit_Alaska7

63.6K 7.4K 417

Semesta selalu membuatnya terpojok. Tak pernah ada celah untuk bernafas bebas baginya di dunia ini. Karena di... More

Prolog
01. Hadir Yang Salah
02. Tidak Ada Yang Mudah
03. Semangkuk Sup Hangat
04. Kejutan Menyakitkan
05. Sebuah Awal
06. Kedai Sup Nenek
07. Demam
08. Terbongkar
09. Lebih Dari Jatuh
11. Alat dan Jalan
12. Alasan Untuk Tidak Menyerah
13. Damai Yang Tak Abadi
14. Tanya Tanpa Jawab
15. Hubungan Yang Rumit
16. Kedatangan Orang Baru
17. Gangguan Baru
18. Semua Karena Keadaan
19. Teman
20. Masalah Tak Terduga
21. Resah
22. Pengecut
23. Hampa
24. Hilang Bukan Pergi
25. Penyesalan
26. Beban
27. Luka Dan Tawa
WARNING!

10. Sulit Di Lewati

1.9K 289 12
By Langit_Alaska7

"Kalau aku jadi Rosé, aku tidak akan Sudi tinggal bersamanya."

"Iya. Pasti sulit untuk tinggal bersama selingkuhan Ayahnya. Apalagi anaknya juga harus sekolah di tempat yang sama seperti sekarang."

"Harusnya anak haram itu malu, ya."

"Mungkin dia tidak punya rasa malu. Menjijikkan."

"Benalu sepertinya tidak pantas bahagia."

Lisa hanya menghela nafas, sebisa mungkin menulikan pendengaran dari orang-orang yang mulai mencemoohnya sepanjang hari. Dalam hati ia bertanya-tanya, tidakkah mereka lelah terus membicarakannya. Namun bukannya lelah ternyata, mereka malah semakin senang melakukannya.

Setelah kejadian beberapa waktu lalu, hidupnya benar-benar tidak bisa tenang barang sedetik pun. Ada saja hal yang membuat Lisa sakit. Hari itu, Ayahnya sampai marah besar karena menuduh dirinya memberontak dengan sengaja membongkar identitasnya. Lisa mencoba memberikan pembelaan bahwa bukan dirinya yang melakukan itu, namun tak ada yang percaya.

Ibunya bahkan tak segan menyiksanya padahal saat itu dirinya sangat butuh pelukan, wanita itu juga tak menghiraukan penjelasannya lebih dulu. Sakitnya dua kali lipat.

Yoona sampai mengatakan, jika karena Lisa mereka bisa saja di usir dari sana. Maka dari itu, Lisa terpaksa harus mengakui jika yang terjadi adalah salahnya.

"Hah.. " bahkan untuk sekedar menghela nafas sekali pun, berat sekali rasanya.

"Hei."

"Uh?"

Byur~

"Astaga. Maaf. Aku... Sengaja .. Hahahaha... "

Lisa mengusap sebagian wajahnya yang basah dengan lengan. Mengabaikan tertawaan gadis-gadis di hadapannya saat ini.
Ia menghela nafas berat mendapati seragamnya berantakan.

"Aku berniat memberimu minuman segar, Jalang. Habisnya wajahmu suram sekali. Maaf ya?" Gadis berkulit putih pucat itu tersenyum sembari mendekatkan wajahnya ke arah Lisa.

"Kau marah ya?"

Lisa mengabaikannya, memilih memutar arah untuk pergi. Namun sepertinya mereka tak akan membiarkannya hanya sampai di situ.

Grep~

"Goeun-Ssi. Apa yang akan kau lakukan?" Seorang temannya bertanya.

"Hmm. Sedikit menjahilinya tidak apa-apa bukan?"

Lisa mengeraskan wajahnya. Mulai menatap empat gadis itu bergantian.

"Ada apa? Kau takut?"

Lisa menyentak seseorang yang memeganginya hingga terlepas.

"Biarkan aku pergi."

Goeun bersedekap dada. Menatap Lisa sinis.

"Kenapa?"

Lisa menatap gadis di hadapannya dengan wajah lelah. "Aku, lelah."

"Maaf saja, kau baru bisa pergi setelah bersenang-senang bersama kami. Ayo cepat bawa dia!"

Goeun memerintah ketiga temannya untuk membawa Lisa mengikuti langkahnya. Lisa sendiri tak bisa melawan karena kalah jumlah. Selain itu, dia tidak bohong saat mengatakan dirinya lelah. Dia sedang sangat lelah.


×××××××××××××××××××××××


Jennie fokus dengan buku di tangannya dan headphone yang menyumpal kedua telinganya. Dan gadis di sampingnya juga terlihat tak peduli karena tengah bercengkrama dengan teman-temannya.

Srek~

Lembar demi lembar dia baca, namun meski begitu tak ada satu pun yang masuk ke kepalanya. Mungkin karena saat ini kepalanya sedang memikirkan banyak hal.

Selain itu, tawa Irene dan yang lainnya cukup mengganggu.
Ia mulai melirik ke samping, dan mendapati wajah gadis itu sangat ceria. Cukup berbeda, ketika bersamanya Irene tidak pernah se terbuka itu.

Merasa di perhatikan, Irene memutar sedikit tubuhnya. Jennie terkejut, segera kembali pada buku bacaannya.
Irene mendengus pelan, kemudian tak peduli.

"Karena gurunya tidak masuk, bagaimana kalau kita pergi? Berada di sini sangat membosankan."

"Kajja, Irene-ah. Pergi ke kantin sepertinya lebih mengenyangkan."

"Kau benar Seulgi, aku lebih suka yang  mengenyangkan dari pada yang menyenangkan."

"Ayo pergi!"

"Tunggu aku Joy!"

Jennie memperhatikan Irene dan teman-temannya dari balik buku saat mereka mulai pergi dari kelas.
Tanpa sadar, ia menghela nafas berat.

Buku yang semula di tangan kini ia simpan di atas meja. Juga benda di telinganya ia kalungkan pada leher.

"Hmm."

"Jennie-Ssi."

Suara berat seseorang membuat Jennie menoleh.

"Taehyung,"

Siswa berambut coklat berantakan itu tersenyum tengil.

"Ada apa?"

Bukannya menjawab, lelaki itu malah mendudukan tubuhnya di atas meja. Jennie sudah memasang wajah kesal karenanya.

"Jangan menggangguku. Aku sedang tidak ingin memukulmu."

"Tenanglah. Aku hanya ingin memastikan sesuatu...."

Taehyung mulai memelankan suaranya. "... Apakah rumor itu benar?"

"Apa maksudmu?" Jennie sedikit menggebrak meja juga menekan suara agar tidak terlalu kentara. Wajahnya sudah memerah karena kesal, dan hal itu malah membuat Taehyung bersemangat.

Karena kelas cukup sepi, nampaknya tak masalah sekarang.

"Apa yang kau inginkan?"

Taehyung menggeleng.

"Aku hanya ingin memastikan saja, karena sepertinya orangtuaku belum tau. Aku penasaran, bagaimana reaksi mereka saat mengetahui anak kesayangan Kakek ternyata hidupnya cukup kotor seperti itu."

"Kim Taehyung!"

"Apa? Kau takut?" Taehyung turun dari meja, kemudian mengikis jarak tubuhnya dengan Jennie.

Jennie mengepalkan kedua tangannya.

"Pantas saja Ayahmu nekat memutuskan hubungan dengan kami. Ternyata dia takut ketahuan. Kau tau?... " Lelaki itu mendekatkan bibirnya pada telinga Jennie.

"... Ayahmu brengsek."

Jennie tertegun. Dia diam sampai tak peduli saat Taehyung tertawa puas dan pergi dari hadapannya.
Namun ia mengakui apa yang baru saja laki-laki itu katakan.
Ayahnya memang Brengsek.

Di lain tempat, Jisoo terlihat terduduk lesu di atas closet. Sebelah tangannya menggenggam botol kecil yang berisi beberapa obat-obatan. Sepertinya dia baru saja mengkonsumsinya.

"Aw... " Ia meringis sembari menyentuh area rusuk kirinya. Nampaknya obat-obat itu tak bisa membuatnya lebih baik. Rasa sakitnya masih sama seperti sebelumnya.

Tes~

Air matanya turun tanpa dia sadari.

"Kenapa sakit sekali... "

Di tengah rasa sakitnya itu, Jisoo mencoba menenangkan diri. Berharap agar rasa sakit itu berkurang. Dia tak boleh menyerah sekarang bagaimana pun caranya.

"Cih... Ayolah, rasa sakit ini tidak seberapa dengan rasa sakit yang Mama rasakan dulu... "

×××××××××××××××××××

Puk~ puk~

Debu di pakaiannya beterbangan. Sesekali ia terbatuk karenanya.

Srek~

Lisa bangkit, mulai menyeret sebelah kakinya yang terasa sakit karena beberapa waktu lalu menghalau tendangan.

Dia bergerak menyentuh sakelar lampu hingga akhirnya ruangan sempit itu mulai terlihat bentuknya meski tidak terang.

"Jam berapa sekarang ya.. " Lisa merogoh sakunya, namun ia mendesah kesal karena ponselnya ternyata tak ada disana.

"Bagaimana aku bisa keluar dari sini." Ia memperhatikan seisi ruangan, namun belum menemukan sesuatu yang cocok untuk membantunya keluar dari tempat ini.

Lisa mulai ingat, jika beberapa waktu lalu Goeun dan teman-temannya merundungnya. Karena dirinya mawan, mereka mulai tak segan melakukan kekerasan hingga akhirnya dia terkurung di gudang.

Lisa menghembuskan nafas panjang, memilih duduk kembali dan bersandar pada tembok. Ia menyentuh dahinya, disana lukanya belum sembuh maka dari itu ia menutupinya dengan poni.

"Sepertinya di masa lalu aku menjalani hidup yang buruk." Ia terkekeh, namun tak lama setelah itu dirinya mulai menangis.

Tak ada suara yang keluar, namun tangis seperti itulah yang lebih menyakitkan dari apapun.

××××××××××××××××××××

Rosé menatap langit-langit kamarnya, sesekali helaan nafas beratnya menguar. Ia memikirkan kedua Kakaknya yang terlihat berbeda dari biasanya.

Mereka sedikit berubah setelah hari itu, dimana identitas tentang Lisa terbongkar.

Biasanya mereka berdua akan selalu menghabiskan waktu bersamanya, tapi sekarang tidak lagi. Jisoo selalu beralasan sibuk karena harus menyelesaikan tugas. Sementara Jennie, dia memang menemaninya namun gadis itu jarang bicara.

"Haish! Menyebalkan!"

Rosé bangkit dengan paksa. Kasur yang semula rapi kini menjadi berantakan. Ia memutuskan pergi dari kamarnya, ia harus mendapatkan perhatian kedua kakaknya lagi.

Klek~

Rosé keluar, berniat ke kamar Jisoo yang tak jauh dari kamarnya. Namun teriakan wanita dari lantai bawah membuatnya mengurungkan niatnya.

Disana Lisa sepertinya baru saja pulang. Dan dia masih mengenakan seragam sekolah. Di lihat dari mana pun, penampilannya sangat buruk.

"Kenapa kau ini lemah sekali hah?!"

"Harusnya kau bisa melawan agar tidak di tindas orang lain, bodoh!"

"Aku tidak akan mengasihanimu! Ini salahmu sendiri karena lemah!"

"Jangan menangis! Menangis tidak akan merubah apapun!"

"Lain kali gunakan otakmu untuk berfikir, percuma kau punya kepala tapi tidak ada isinya!"

Lisa diam saja saat Ibunya mendorong kepalanya. Dan setelah lelah mengomel, Yoona akhirnya pergi.

Rosé memperhatikan gadis yang penampilannya sangat berantakan itu mulai berjalan menunduk memasuki kamarnya.

"Kau memang pantas mendapatkannya, benalu."


×××××××××××××××××××××


Happy Reading zheyeng 💗

Jangan lupa Vote dan Follow yaw🤙🤸

 







Continue Reading

You'll Also Like

6.5M 277K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
780K 34.8K 48
selamat datang dilapak ceritaku. 🌻FOLLOW SEBELUM MEMBACA🌻 "Premannya udah pergi, sampai kapan mau gini terus?!" ujar Bintang pada gadis di hadapann...
410K 14.8K 30
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
282K 11.6K 31
Menjadi seorang istri di usia muda yang masih di 18 tahun?itu tidak mudah. Seorang gadis harus menerima perjodohan dengan terpaksa karena desakan dar...