Drama Queen

By __bels

187K 16.3K 1.2K

Ketika menghadapi kenyataan cinta pertamanya tidak bisa didapatkan, Dimas Archelaus Kartanegara membuka hatin... More

Part 1 : Oh No!
Part 2 : Bingkai Foto
Part 3 : Pengaruh Buruk
Part 4 : Apartemen Brisia
Part 5 : Ruang Praktek Dimas
Part 6 : Tanggal Pernikahan
Part 7 : Rencana Terakhir
Part 8 : Apartemen Gue!
Part 9 : Night Robe
Part 10 : Masakan Istri
Part 11 : Belanja Bulanan
Part 12 : Wanita Manja (?)
Part 13 : Berusaha Tegar
Part 14 : Seminggu Sekali (21+)
Part 15 : Tujuan Kemarin Malam
Part 16 : Kehadiranmu
Part 17 : Kue Ulang Tahun
Part 18 : Secinta Itu
Part 19 : Overthinking
Part 20 : DArK
Part 21 : Mengikhlaskan
Part 22 : Kecewa
Part 23 : Sudah Sebulan
Part 24 : Belum Terlambat
SALAH UPDATE
Part 25 : Lupa Bikin Vlog
Part 26 : Masih Cemburu
Part 27 : Tidak Sadar Pesona
Part 29 : Ulang Tahun Dimas
Part 30: Anak Feli
Part 31: Cemburu atau Menghilang?
Part 32: Ide Para Sepupu
Part 33: Rahasia Brisia
Part 34: Bom Waktu

Part 28 : First Love Yourself

3K 312 29
By __bels

"Dimas sini deh," panggil Brisia. Sejak tadi perempuan berambut hitam itu memutar-mutar tubuhnya dengan dress bunga-bunga berwarna ungu di depan cermin. Menilai penampilan dirinya yang mulai hamil besar.

Sejak awal kehamilan dia tidak lagi mewarnai rambutnya. Sekarang rambutnya dipotong sepunggung menyisakan warna blonde di ujung-ujungnya. Meski begitu, dia tetap menghabiskan lima belas menit setiap selesai kramas untuk meng-curlyrambutnya.

"Dimas!" teriak Brisia lagi. Dia ingin mendengar pendapat Dimas tentang tubuhnya yang sekarang. Kehamilannya sudah memasuki bulan ke lima, tapi tonjolan perutnya masih bisa ditutupi dengan dress longgar. Buntelan perutnya akan nampak jika dia mengenakan dress sempit. Yang tentu saja dilarang mati-matian oleh sang suami.

"Kenapa?" seru Dimas dari dapur.

Karena ini hari minggu dan Dimas libur, jadi dia yang akan membuat susu untuk Brisia sekaligus memasak. Pada hari kerja kedua orang tua Dimas sepakat untuk mendatangkan asisten rumah tangga agar Brisia tidak bekerja terlalu lelah.

"Dimas, sini dulu!" teriak Brisia karena Dimas tak kunjung datang.

"Iya sabar. Aku lagi bikin susu buat kamu." Dimas akhirnya muncul di samping Brisia sambil mengaduk segelas susu di tangannya.

"Aku makin ngegemesin ya hamil gini." Brisia memutar tubuhnya kesamping sambil tersenyum. "Pipi aku makin chubby dan lucu," tambahnya sambil mencubit pipinya sendiri.

Dimas yang menatapnya hanya mengangkat sebelah alis bingung. "Aku pikir kamu akan protes karena mulai kelihatan gendut."

"JADI AKU JELEK KALAU GENDUT GINI?!" tanya Brisia dengan tatapan horror.

Kedua mata Dimas membelalak kaget. Dia segera meletakkan gelas di tangannya. "Nggak. Aku nggak bilang kamu jelek."

Dimas berdiri di belakang Brisia sambil menatap pantulan istrinya di depan cermin. "Perempuan lain di luar sana akan protes karena mulai kelihatan gendut. Tapi aku senang kamu nggak gitu. Kamu tetap bangga dengan tubuh kamu."

Brisia menatap Dimas dengan tatapan meremehkan. "First love yourself. Kalau aku nggak cinta sama diri aku sendiri, gimana aku bisa bikin kamu suka sama aku."

Dia lalu berbalik menatap Dimas. "Kasian anak aku juga kalau dia tahu kehadiran dia bikin mamanya jadi jelek."

Dimas tersenyum senang mendengar penuturan istrinya. "Aku senang punya istri yang nggak tukang insecure. Capek tahu kalau setiap hari harus meyakinkan kamu kalau kamu cantik."

Kedua mata Brisia memicing menatap Dimas. "Tapi awas ya kalau perut aku sudah kayak winnie the poohdan kamu malah ketawain aku."

"Nggak. Kamu tetap istri aku yang paling cantik." Dimas mencubit pipi Brisia lalu beralih mengambil susu di atas meja dan ponselnya. Tanpa Brisia duga, Dimas ternyata mundur menjauh lalu memotret dirinya sedang minum susu.

"Jangan lupa dijadiin wallpaper.Jangan cuma bulatan abstrak terus wallpaperkamu," sindir Brisia pada wallpaperIphone Dimas yang tidak pernah ganti sejak dibeli.

"Kamu minum dulu. Baru foto-foto buat endorse. Jangan lupa jaga kesehatan kamu. Kemarin kamu kecapekan dan sakit kan." Dimas mengatakan ini sambil mengganti wallpaper ponselnya.

Brisia sendiri hanya mengangguk patuh sambil menghabiskan susunya. Dia tidak peduli hasil fotonya seperti apa yang diambil Dimas. Yang penting fotonya dijadikan wallpaper!

"Kalau kamu kenapa-napa seperti kemarin. Langsung kabari aku, ya." Brisia memang sempat merasa sesak kemarin. Tekanan darahnya juga turun Satu yang paling Brisia ingat yaitu wajah panik Dimas. Suaminya bahkan langsung meluncur dari rumah sakit saat tahu kalau Brisia merasa sesak di dadanya.

"Aku suka lihat kamu perhatian ke aku."

Dimas berkacak pinggang melihat Brisia yang tersenyum sambil minum susu. "Kita periksa ke dokter besok, ya?"

Brisia menggeleng. Seperti yang sudah Dimas duga. "Aku nggak kenapa-napa. Buktinya, kemarin aku masih bisa ambil oxycandi ruang kerja kamu," ujar Brisia bangga.

"Brie, kamu sering sesak kayak gini? Atau sakit yang lain?" tanya Dimas cemas.

"Nggak. Kemarin aku cuma kelelahan. Kamu nggak perlu parno gitu deh." Gelas susunya sudah kosong dan dia berniat untuk berbalik mengambil ponsel endorsenya, tapi Dimas menahan lengannya.

"Kalau kamu sakit. Kamu harus segera hubungi aku. Kapan pun itu. Sesibuk apapun aku, kamu tetap prioritas aku. Oke?"

Brisia tersenyum lalu berinjit mengecup bibir Dimas. "Kalau perut aku udah gede banget kita bakalan susah buat ciuman. Udah ada penghalangnya."

Dimas terkekeh lalu menyentil ujung hidung Brisia. "Ayo siap-siap. Kita mau ke makam Liam lalu ke rumah Mama kamu."

Brisia mundur lalu mengerucutkan bibirnya. "Setelah itu kita dinner romantis. Tempatnya aku yang atur. Oke?"

Dimas tampak berpikir lalu menunduk menatap Brisia dengan mata jahil. "Kamu makannya jadi banyak ya sekarang. Nanti gendut jelek loh."

"Ihhh Dimas! Tadi katanya aku tetap cantik walau genduut!" rengek Brisia sambil bersedekap kesal.

"Bercanda. Kamu tetap cantik dan gemesin." Dimas maju lalu mencubit kedua pipi Brisia. "Jangan ngambek lagi. Oke?"

"Jangan iseng kayak gitu lagi," balas Brisia lalu meraih sebuah dress putih menuju ke kamar mandi.

***

"Brisia, kita mau ke mana lagi sih? Ini mau tengah malam," ujar Dimas sambil mengemudi mengikuti arah yang ditunjuk istrinya.

"Bentar lagi nyampe kok."

"Kamu masih lapar? Kan tadi udah makan di rumah Mama."

"Ih, Dimas. Aku tuh pengen ke kafe ini. Pemandangannya bagus banget. Masa kamu tega nggak nurutin keinginan aku," rengek Brisia.

Dimas menatap Brisia yang sudah memasang wajah cemberut sekilas. "Oke-oke. Ini karena kamu lagi hamil ya aku turutin. Kalau nggak sudah aku paksa pulang."

"Ih, kamu nggak ikhlas ya?"

"Bukan gitu. Tapi kamu tau sendiri kondisi kamu gimana. Kemarin kamu baru selesai sakit. Harusnya hari ini istirahat. Bukannya keluyuran sampai tengah malam begini."

"Iya, iya Pak Dokter." Brisia mengelus-elus bahu Dimas untuk membujuk suaminya.

"Nah ini tinggal belok kiri. Tuh, kafenya udah mulai kelihatan kan?" Dimas tidak menjawab. Dia segera melajukan mobilnya menuju cafe itu agar Brisia bisa segera pulang.

"Ingat. Setengah jam lagi kita pulang, ya." Dimas mematikan mesin mobilnya lalu meraih jaket Brisia yang ada di kursi belakang. "Pakai mantel kamu. Di sana pasti dingin."

Dari parkiran Dimas bisa melihat suasana cafe yang tenang. Ada sebuah danau kecil di belakangnya. Dibagian dalam didekorasi dengan nuansa rustic. Dia yakin cafe ini pasti sering dikunjungi pasangan untuk fine dining.

"Kamu nggak perlu turun. Aku aja. Cuma sebentar doang. Aku cuma mau ambil makanan yang sudah dibuat owner-nya buat aku."

"Nggak. aku ikut. Kalau kamu kenapa-napa gimana?"

Brisia tersenyum mendengar perhatian dari Dimas. "Nggak perlu. Owner-nya teman aku. Kalau ada apa-apa aku bakalan telepon kamu."

"Mending aku yang turun ambil makanannya dan kamu tetap di mobil," usul Dimas yang langsung dibalas gelengan dari Brisia. "Aku harus say hellodong sama temen aku."

Dimas akhirnya menyerah dan membuka sabuk pengaman Brisia. "Telepon aku kalau kamu tiba-tiba mual atau apapun. Oke?"

Brisia mengangguk lalu segera turun dari mobil dan masuk ke dalam cafe. Diikuti tatapan cemas Dimas hingga dia tidak bisa melihat tubuh istrinya.

Dimas memilih memejamkan matanya. Memikirkan kondisi istrinya yang akhir-akhir ini sering sakitan. Puncaknya dua hari yang lalu saat Brisia merasa sesak di dadanya. Beruntung Dimas bisa memberikan penanganan awal. Tapi, dia belum lega sama sekali karena Brisia tidak mau diajak pergi ke dokter.

Suara dering ponsel menginterupsi ketenangan Dimas. Tangannya langsung menggeser tombol hijau ketika melihat nama Istri Tersayang yang bulan lalu diganti Brisia. "Brisia, kenapa?"

"Dimas, kamu... kamu... bisa ke dalam sebentar?" suara bergetar Brisia membuat Dimas tidak bertanya dua kali. Dia segera bergegas menuju ke dalam cafe untuk mencari Brisia.

.

.

.

4/11/22

Maaf lama nggak update. Tapi mulai sekarang aku akan konsisten update 2 part dalam seminggu. Jangan lupa vote dan comment ya untuk cerita ini.


Continue Reading

You'll Also Like

4.9M 183K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
2.3M 34.7K 48
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
2.8M 301K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
933K 92.1K 26
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...