Hewlooo!!
Kayaknya, ada yang rindu berat nih sama update-an Book Ini?? 😂
mana sini coba absen dulu yg udh kangen banget???
sorry for late update ya guys! Kalian bisa baca alasanku nanti di notes bawah!!
Enjoy!!! <333
[ 🍓 ]
Pagi ini, seperti biasa, Jeongguk setelah mandi, ia bergegas turun untuk menemui suaminya, yang seperti biasa—dia akan turun lebih dulu, untuk menyiapkan sarapan untuk keduanya.
Karena sedang hamil besar, Jeongguk turun perlahan dengan begitu hati-hati, di umur yang akan mendekati hari lahiran ini, rasanya tubuh itu semakin terasa berat.
Tapi Jeongguk tak mempermasalahkan itu, karena ia begitu menantikan hari kelahiran buah hatinya ini.
Tersenyum saat dugaannya benar, terlihat di party sana, ada suaminya yang tengah sibuk dengan masakan-masakannya.
Tak berkata apapun, pemuda manis itu langsung duduk di kursi meja makan dan memperhatikan suaminya dengan senyuman manisnya.
Jujur, sampai saat ini, Jeongguk masih tidak menyangka, jika seseorang yang ia tidak sukai di masa lalu, kini malah menjadi satu-satunya orang yang ia sayangi.
Karena selain tampan, Taehyung itu tipe suami yang begitu siaga dan penuh perhatian.
Selain sebagai suami, Taehyung seperti berperan juga sebagai kakak untuknya, yang selalu mengarahkannya, dan mengayominya dengan baik.
Dan—ketika dirinya sibuk menyelam dalam lamunan, Taehyung ternyata sudah berjalan mendekat padanya,
Menyimpan beberapa hidangan buatannya di hadapan Jeongguk.
Menghirup aromanya saja, Jeongguk sudah di buat selera makan.
"Taehyung?"
Pria yang kini berkemeja biru muda itu pun menoleh, tak bersuara.
Tanpa menjawab, Taehyung kembali lagi dengan aktivitas lainnya.
Jeongguk belum sadar, jika suaminya itu mengabaikan suaranya.
Taehyung kembali duduk, dengan segelas air putih dan juga susu kehamilan, di hadapan Jeongguk.
Dan ketika pikirannya kini sudah fokus pada hadapan, ia baru sadar ternyata hanya ada beberapa hidangan dan satu piring nasi saja yang ada di depannya kini.
Jeongguk total bingung.
"Lho? Kok nasinya cuma satu piring? Kamu sih?"
Taehyung lagi-lagi tak menjawab, ia lebih memilih untuk meminum satu gelas air putihnya disana.
Lalu menunjukan satu paper bag ke hadapan Jeongguk, yang entah isinya apa.
"Saya sudah menyiapkan bekal, hari ini saya akan makan di rumah sakit."
"Lho? Tumben?"
Taehyung terkekeh geli.
"Hanya ingin, memangnya tidak boleh?"
Alis Jeongguk semakin bertaut bingung.
"B-bukannya ngga boleh, aku cuma bingung aja, kok tiba-tiba kamu malah mau makan di rumah sakit? Biasanya juga sempetin sarapan di rumah?"
Taehyung kembali menyunggingkan kekehan kecilnya.
"Saya tidak ingin memperdebatkan hal sepele seperti ini, Jeongguk. Lagi pula, sebelum saya menikah dengan kamu, saya sudah sering kok melakukan hal ini."
"So—chill?"
Jeongguk tidak terima saat suaminya malah membawa-bawa masalalunya.
"Tapi kan.. selama kamu nikah sama aku, kamu udah ngga pernah lagi makan di rumah sakit? Ada apa?"
Pria itu menghembuskan nafasnya, lalu lebih dulu memakai jas Kedokterannya yang sedari tadi memang ia sampirkan di atas kursi.
"Tidak ada apa-apa, yasudah. Kamu tidak usah banyak tanya, saya akan berangkat, yang penting, sarapan kamu kini sudah saya siapkan dengan baik kan?"
Taehyung berlalu begitu saja, tanpa memberikan salam perpisahan, seperti ciuman di kening dan di bibir seperti biasanya.
Jeongguk dengan susah payah berdiri karena beban perutnya pun berusaha mengejar suaminya.
"Taehyung—tunggu!"
Jeongguk menarik paksa lengan suaminya, Taehyung menoleh dan menghempaskannya kasar.
"Apa lagi sih?" tanya pria tampan itu
Jeongguk memasang ekspresi marahnya.
"Kamu yang ada apa? Biasanya kamu ngga kayak gini lho?"
"Kalo ada masalah, cerita. Jangan diem kayak gini, aku ngga suka kamu cuekin aku kayak gini."
Taehyung sempat mengernyit, kemudian terkekeh kecil disana.
"Sudah saya bilang kan? Saya tidak ingin berdebat, Jeongguk."
"Sudah—i wanna go to hospital."
"Taehyung!!!"
Lagi dan lagi tangan Taehyung di tarik paksa. Dan disaat itu juga, pria tersebut menghempaskan cekalan tangan tersebut.
"Fuck.. CAN YOU STOP IT?!!"
Taehyung berteriak begitu lantang dan menggema di seluruh penjuru dapur. Jeongguk tersentak kaget, dan di buat menganga dengan apa yang di katakan suaminya.
"I wanna go. Saya akan bekerja, hari ini jadwal saya padat. Saya sibuk, tolong mengerti."
Entah mengapa, bibir Jeongguk kini bergetar kelu saat Taehyung kembali berkata di hadapannya.
"K-kok kamu jadi kasar kayak gini?"
"Perasaan kemarin kita biasa aja, kamu kenapa?" lirih Jeongguk sambil bertanya sambil berkata-kata.
Taehyung mengusap wajahnya kasar, lalu menghembuskan nafasnya rancu.
"Sudah saya bilang kan? Saya sedang banyak pekerjaan hari ini. Dan tolong, kamu jangan membuat saya semakin pusing."
"Ya biasanya juga kamu ada banyak kerjaan, tapi ngga segininya sama aku?"
"Kamu kenapa? Apa aku ada salah?"
"Apa karena kemarin malam kamu minta main, tapi aku ngga turutin? Itu? Karena itu kamu jadi kayak gini sekarang?"
Taehyung malah terkekeh rendah, seolah menyepelekan ucapan suaminya.
"Aku nolak kan aku punya alasan, Taehyung. Kamu seorang Dokter, kamu juga pasti paham."
"Kehamilan aku sekarang udah mau injak 9 bulan, dan dilarang keras untuk ngelakuin hal itu, karena emang bahaya kan?"
Pria itu menatap Jeongguk dengan kilatan mata yang cukup berbeda dari seperti yang biasanya.
"I will go, tidak usah banyak bicara."
Tangan Taehyung di tarik lagi olehnya, Taehyung kembali berdecak.
"Did you wanna sex with me? Hm?"
"—kalau gitu, do it. Lakukan sekarang, lakukan sekarang biar kamu puas."
"O-okey?" Jeongguk mengambil tangan Taehyung untuk di arahkan ke area dadanya, area yang ia tahu, favorit suaminya.
"Touch me now, puasin diri kamu sebelum berangkat ke rumah sakit."
Jeongguk sempat melirik ke jam tangan yang ada di pergelangan tangan suaminya.
"Masih ada waktu setengah jam, aku bakal puasin kamu pagi ini, ya?"
Taehyung mendecih, lalu menghempaskan tangannya dari tubuh suaminya. Jeongguk semakin di buat kebingungan.
"Handal sekali, eh?"
"Handal sekali kamu merayu saya, jalang?"
Jeongguk tersipu malu saat Taehyung memanggilnya dengan rendah.
Lantas pria itu pun mendekat pada telinga Jeongguk dan berbisik ;
"Jalang Kedokteran, yang sayangya kini total mengecewakan saya."
Setelah berbisik seperti itu, Taehyung tak berbicara apapun lagi, dia malah meninggalkan Jeongguk sendiri di ambang dapur itu.
Ya, benar-benar meninggalkannya begitu saja, setelah ia membisikan panggilan rendahnya pada pemuda manis itu.
Terdengar suara ketukan sepatu yang menjauh, dan suara pintu utama yang di tutup kasar.
Bibir Jeongguk bergetar kelu, reflek memegang perut buncitnya dengan pergerakan hati-hati.
Kakinya lemas, tubuhnya sedikit terhuyung ke belakang.
Matanya kini sudah berkaca-kaca, begitupun dengan dadanya yang begitu sesak.
Taehyungnya, kenapa?
[]
Roman-romannya, banyak yang rindu sama book ini nih? 😋
maaf kalo akhir2 ini aku jrg update.
guys, sebenernya aku tuh lagi sakit, demam cukup tinggi, lidah pahit, lemes, pusing. mungkin efek kecapekan & banyak pikiran kali yaa, hehe
tapi gausah khawatir, segimanapun keadaanku skrng, aku bakal tetep usahain update buat kalian! <3
yang penting kita harus saling doain untuk kesehatan satu sama lain yaa!
kalian jangan sakit, harus sehat!!
sakit itu gaenak tau :(
See you again di next chapter yaa! Jangan lupa ramein terus!!! <333