Living with Brothers [TAMAT]✓

By Rerepens

457K 45.1K 1.6K

"Loh, ntar-ntar, mama nitipin gue ke abang-abang biar gue bisa dididik sama mereka? Kelakuan mereka kan lebih... More

|PROLOG|
|MALING|
|SUPIR INSTAN|
|BOLOS WITH SUPIR|
|PERKARA HOODIE|
|JOGGING PAKSA|
|NGADOP ANAK?|
|BAIKAN|
|MENGHINDAR|
|TIRING DAY|
|PERTEMUAN KELUARGA|
|RESAH|
|GO HOME|
|SIMULASI BERULAR TANGGA|
|ANNOYING DAY|
|LABIL|
|JANGGAL|
|NGUNGSI|
|HAMA|
|KELUH KESAH|
|PULANG|
|SI GADIS KESAYANGAN|
|ANGKASA|
|DEVAN|
|DEVAN(2)|
|BERAKHIR?|
|ALASKA DAN KEPOSESIFANNYA|
|NEW LIFE|
|SERBA-SERBI DUNIA CINTA|
|IDAMAN|
|NGUNGSI (LAGI)|
|OMBAK PENENANG|
|KEPULANGAN DEVAN|
|CRAZY OVER THEM|
|TENTANG NAYRA DAN DIA|
|BORED|
|CINTA DATANG KARENA TERBIASA|
|BIARLAH IA TERSESAT|
|ALVASKA|
|DIA...|
|EGO|
|BUKAN KEINGINANNYA|
|BERKORBAN|
|SEBUAH OBSESI|
|INIKAH UJUNGNYA?|
|BEGITU RAPUH|
|YA, BEGINILAH AKHIR DAN MULANYA|
|Spin-Off|
Ada yang Baru Nih

|SIBLINGS|

7.5K 857 18
By Rerepens

Aku nulis cerita ini emang dengan prinsip tell and show. Jadi emang nggak ada yang terlalu ditutup-tutupin. So, plotnya kembali ke praduga kalian masing-masing ajalah, wkwkwk

•••••••

"Buset, beneran dah punya bini lu?"

Ucapan Mpok Tarti seolah sudah menjadi sound selamat datang setiap Angkasa membuka ruang rawat inap ini. Tampaknya mpok Tarti tak ada jengah-jengahnya untuk menggoda Angkasa.

"Iya, bininya dua, hebat kan?" sahut Angkasa seraya merollingkan mata. Ia berkata demikian karena yang ia boyong menghadap sang Ibunda hari ini tak hanya 1 orang, melainkan 2 orang, yakninya Alea dan Alaska.

Mengabaikan Alaska yang hampir mengumpat karena secara tak langsung Angkasa mengatakan ia sebagai istrinya, Angkasa tetap melangkah pada ranjang paling ujung, menebar senyum penuh kasih pada pujaan hati pertamanya. Lalu beralih menatap sengit pada Lintang yang asik-asiknya bergelung di pelukan Ibu.

"Bun, sesuai janji, Angkasa bawa Alea ke sini," ujar Angkasa seraya meletakkan bingkisan buah markisa serta satu pot kecil yang tertanam bunga forget me not ke nakas. Ia lalu menarik 3 bangku ke dekat ranjang Zera dan mempersilahkan dua kakak beradik itu untuk duduk.

Zera tersenyum cerah, ditariknya Lea yang tampak kikuk agar lebih mendekat padanya.

"Alea nya cantik ya, Dek. Putih, bening, geulis," pujinya dengan mata berbinar. Alea yang cantik dan manis bersanding dengan putranya yang rupawan, seketika otaknya sudah berkelana memikirkan seserahan apa yang akan ia berikan pada keluarga Alea kelak.

"Iya, Bun," jawab Angkasa sekenanya.

Lintang yang tengah berleha-leha di ranjang Zera menatap penuh selidik pada Angkasa yang wajahnya tampak begitu flat. Tangannya tanpa bisa ditahan menoel-noel pinggang sang Adik.

"Apaan?" tanya Angkasa merasa terusik.

Lintang memberi kode pada Angkasa untuk menunduk agar bisa lebih dekat dengannya. Tak ingin membuat keributan di depan Zera, Angkasa menuruti permintaan kakaknya itu.

"Kayaknya lo kepaksa sama dia, cewek lo buat gue aja ya." Lintang berbisik sangat pelan.

Angkasa sontak melotot horor. "Dia masih SMA, jan jadi pedofil lo, Bang," ujar Angkasa balik berbisik.

Wajah Lintang mendadak muram, kembali ia lirik gadis bernama Alea itu yang tampak masih terjebak di fase 'wawancara' bersama ibunya. Jika dilihat-lihat, badan mungil gadis itu memang memperlihatkan seberapa belia usianya, kurang serasi dengan dirinya yang memiliki postur tinggi dan tegap. Namun, bila ditelisik lebih jauh lagi ... memang tidak cocok sih.

Tapi Lintang ingin.

"Aelah, si Alea paling beda 3 atau 4 tahun doang sama gue, bisa kali, Dek." Lintang merollingkan bola matanya. Entah apa yang terjadi dengannya, setelah melihat mata sang Ibu yang begitu berbinar-binar saat bercengkrama dengan Lea dan raut wajah Angkasa yang justru terkesan tak suka disanding-sandingkan dengan gadis itu, tiba-tiba saja jiwa merebutnya memberontak.

"Nggak bisa cari yang seumuran apa?" tanya Angkasa dengan tampang sensi. Kakaknya ini perlu diwaspadai jika sudah menginginkan sesuatu.

"Kok lo sensi sih, Dek? Bukannya kalian cuma pacaran pura-pura ya? Daripada lo ngasih harapan doang ke Mama, mending si Alea buat gue aja, langsung gue wujudin dah keinginan Mama. Kayaknya Mama pengen banget Alea jadi menantunya," ujar Lintang dengan tampang tengil. Tadi Zera memang menceritakan perihal Angkasa yang berpura-pura pacaran.

Angkasa berdecak kesal. "Tapi Bunda ngeship Alea sama gue, bukan sama lo, yakali-"

"Atau Lea mau sama anak Tante yang lain? Sama ini aja, ini namanya Bang Lintang, nggak jauh beda kok usianya sama kamu."

Mata Angkasa seketika berkedut.

Bukan urusannya Alea mau dengan siapa, tapi membayangkan jika Alea akan menjadi kakak iparnya.

Bualan macam apa ini.

°°°°°°

"Neng geulis mau sama Angkasa atau sama Bang Lintang?"

"Alaska...." Alea menghentakkan kakinya kesal. Sudah terhitung beberapa jam semenjak mereka berpamitan pulang pada Zera, bahkan hari pun sudah menggelap, tapi Alaska masih saja mengejeknya dengan kata-kata itu. Tidak bisa dikata mengejek juga sih sebenarnya, dibanding jahil, raut Alaska malah terkesan jengkel, padahal seharusnya ia yang jengkel, tapi malah pria itu yang menghunuskan tatapan seolah-olah ialah orang yang paling berdosa di dunia.

Alaska diam untuk sejenak, ia menyandar pada kepala ranjang dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada.

"Gue nggak suka lo jalin hubungan sama Angkasa ataupun Lintang," ujar Alaska dengan nada rendah.

"Lo kenapa sih, Al? Lo deket sama banyak cewek gue biasa aja, mau lo pacarin semuanya juga gue biasa aja. Giliran gue deket sama cowok kok lo malah sensi? Umur kita cuman beda beberapa menit kalau lo lupa," tukas Lea dengan mata yang tak lepas memandangi Alaska. Meskipun ia tak dekat dengan Angkasa dalam konteks sebenarnya, tetap saja perkataan Alaska yang seolah mengekangnya membuat dirinya tak nyaman.

"Gue...." Alaska menggantungkan kata-katanya, ekspresinya tampak begitu rumit memilah kata-kata."Gue nggak suka."

Mata Alea menatap penuh selidik, ia sudah menahan diri untuk tidak negatif thinking. Tapi jika begini ceritanya, tanpa dapat dicegah dirinya sudah mencurigai Alaska dengan berbagai macam tuduhan.

"Alaska, coba lo jujur deh. Lo nggak-"

Ucapan Alea terhenti saat pintu kamar tiba-tiba terbuka. Alvaska masuk dengan wajah bantalnya, sepertinya remaja itu baru bangun usai ketiduran di ruang tengah tadi.

"Ck, dia lagi dia lagi." Alaska membuang muka, sedikit bergeser kala Alvaska merebahkan diri di sampingnya.

Sungguh sial nasibnya karena sekamar dengan kembaran, saat perang dingin seperti ini yang kesusahan ia sendiri, berbeda dengan Alvaska yang tampak tak peduli sama sekali, pria itu sangat sudah terbiasa dengan sifat cueknya. Sepertinya Alaska akan tidur di kamar Devan malam ini, kebetulan pria itu belum menunjukkan tanda-tanda akan pulang.

Melihat Alvaska berebah dengan posisi nyaman membuat hati Lea tertarik untuk ikut berebah. Dibaringkannya tubuhnya tepat di sisi Alvaska yang lagi-lagi harus membuat Alaska beringsut memberi ruang. Tanpa memberi aba-aba, Alea langsung meringsek masuk ke dalam pelukan Alvaska, tentu saja kemanjaan Alea disambut baik oleh Alvaska.

Alaska mendelik tak suka. "Lo udah gede, Lea. Jaga batasan."

Lea yang kepalang kesal pada Alaska memilih mengabaikan dan malah semakin mengeratkan pelukannya pada Alvaska.

"Lea...." Alaska mencoba memperingati sekali lagi tapi masih tetap tak ada respon.

"Kalau cemburu ngomong aja, nggak usah sok-sokan ngekang," gumam Alvaska dengan mata yang masih terpejam.

Mata Alaska sontak melotot. "Cemburu? Waras lo ngatain gitu? Ketimbang cemburu gue lebih ke nggak rela Lea dipegang-pegang sama homo kayak lo."

Mendengar penuturan itu, Alea secara refleks menyembul dari pelukan Alvaska.

"Lo kok kasar gitu sih, Al?" tanya Alea dengan ekspresi tak percaya. Bertahun lamanya mereka terjebak dalam kehidupan sesat, tapi tak pernah sekalipun ia mendengar salah satu kakaknya mengkritik pedas kesesatan hidup salah satu saudaranya.

"Sori, tapi gue cuman nggak suka lo dipegang-pegang sama dia," jujur Alaska. "Kayaknya habis ini gue satu kamar sama Bang Vino aja, sekamar sama homo kayak dia, mana tau dia nggak pandang bulu trus adeknya sendiri juga diembat."

Perkataan Alaska barusan seolah menjadi alarm siaga baginya, ia menatap Alaska dengan sengit. Sungguh, ia sangat benci jika penyimpangannya diungkit berulang kali seperti itu.

"Nggak usah nyari ribut di depan Lea," desis Alvaska penuh penekanan.

"Apa? Lo nggak terima?" Tak gentar sama sekali dengan tatapan menghunus milik Alvaska, Alaska malah balik menatap lawan bicaranya dengan tatapan sama. Terkesan menantang, tapi memang begitu kenyataannya.

Alea mengernyit, rautnya yang tadinya mengetat karena tak suka melihat Alaska yang mengejek Alvaska sedemikian rupa tiba-tiba berubah flat. Memang sangat cocok Alea menyematkan panggilan 'Komplotan Beruk Berebut Betina' pada mereka, entah betina mana yang tengah mereka perebutkan.

Alea merentangkan tangannya, meremas gemas wajah duo kembar itu dengan masing-masing tangannya, tentu saja perlakuan Alea membuat wajah sangar mereka buyar seketika.

"Lea, mata gue kecolok!" protes Alaska seraya beringsut menjauhkan tangan beringas Alea dari wajahnya.

"Ya habisnya kalian tatap-tatapan lama banget, jatuh cinta tau rasa," seloroh Alea membual.

Mata Alaska membulat tak terima. "Gue bukan homo kayak dia."

"Sekali lagi lo ngatain gue kayak gitu, gue patahin leher lo," ancam Alvaska tak main-main.

Bukannya takut, Alaska tambah kian terpancing untuk menyulut emosi kembarannya itu.

"Ho-" Dirinya terkekeh kala melihat wajah ketat Alvaska. "mo."

"Sialan, lo!"

"Alvaska stop!" Alea terpekik kaget, tiba-tiba saja Alvaska bangkit dan menyekik kuat leher Alaska.

"Bangsat, bangsat! Gue cuman becanda, anjir!" Alaska berseru keras. Siapa yang menyangka Alvaska akan menyekiknya sekuat ini.

"Alvaska, udaaah," pinta Alea setengah merengek.

Alvaska melepaskan cengkramannya, ia menatap Alaska dengan pandangan permusuhan yang kentara. "Kalau nggak ngingat Mama yang bakal nangis kalau lo mati, udah bener-bener gue bunuh lo."

"Lo gila." Alaska mengusap lehernya yang memerah.

Alea diam membatu, ia merasa atmosfer di sekitar sini mulai mengerikan. Entah sejak kapan kembarannya yang selalu solid itu menabuhkan bendera perang.

Untunglah atmosfer itu sedikit runyam saat ponsel Alvaska yang tiba-tiba berdering. Alvaska bangkit, tanpa kata ia melangkah keluar kamar.

Sepeninggal Alvaska, Alea membantu Alaska mengoleskan salep pada lehernya yang kian memerah.

"Lo nggak usah deket-deket sama Alvaska, gelagatnya udah kayak psikopat," cicit Alaska pelan. Masih sedikit terguncang dengan kejadian tadi, hampir saja nyawanya melayang.

Bukannya ikut prihatin, Alea malah menggeplak kepala Alaska.

"Lagian lo sih, ngapain coba ngata-ngatain Alvaska kayak tadi. Udah tau Alvaska kalau ngamuk kayak apa, lo sendiri kan yang nanggung akibatnya," omel Alea. Di dalam keseharian mereka, Alvaska memanglah yang paling kalem, tapi sekalinya emosinya tersulut, jangan salah-salah, seisi rumah bisa geger.

"Belum lama ini lo juga adu jotos sama dia kan? Kalian kenapa sih? Bosen idup?"

"Dia kali yang bosen idup," delik Alaska, tak suka jika kejadian itu diungkit-ungkit lagi.

Alea memutar bola matanya. Ia kembali fokus mengoleskan salep pada leher Alaska. Untunglah Alaska selalu menyetok salep lebam di kamarnya-mengingat pria itu tak bisa sehari saja tak membuat keributan. Bayangkan salep ini tak ada, entah separah apa bentuk lehernya besok.

Alvaska kembali masuk ke dalam kamar dengan wajah gusar. Ia melirik bekas cekikan di leher Alaska dengan tatapan bersalah. Ingin meminta maaf tapi ia gengsi, lagipula ada hal penting yang harus ia sampaikan pada mereka.

"Kenapa?" tanya Alea pada Alvaska yang sedari tadi diam membisu.

"Bang Devan kecelakaan."

°°°°°°

Bolehlah sekali-kali aku kasih target, mau nyoba aja, 70 vote langsung next.

Bagian 24: |SIBLINGS| END✓
Sabtu, 5 November 2022

Oh iya, hubungan Liam sama Devan kan ceritanya lagi retak. Itu sebenarnya di luar kerangka cerita sih. Sengaja aku jauhin Devan sama Liam karena kayaknya banyak yang jijik, nggak tau ada apa dengan pemikiran aku satu tahun yang lalu, masih bociil tapi kok berani banget bikin cerita yang ada itu nyaa. Mana kata-katanya lumayan frontal lagi.

Ngomong-ngomong, kalian maunya Devan tetap sama Liam atau gimana? Trus si Arthan kudu dikemanain?

Apa si Devan nya aku get-out in aja?

Tapi kasian dong Leanya







Continue Reading

You'll Also Like

63K 3.8K 35
Gita, sosok cewek datar yang kalem tapi kalau udah nemu yang sefrekuensi bisa ikut gila juga. Dan Gita terdampar di kelas 11 IPA 2 yang ada si biang...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1M 55.7K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
658K 113K 58
"Lo cewek atau cowok?" Kesan pertama orang-orang saat melihat Dara Restian Ardipati pasti akan mengatakan 'Ganteng'. Lalu, ketika dengan teliti menat...
430K 35.4K 30
SERIES #1 Highest rank #77 of 53,1k in Teen [25/1/2021] #31 of 37k in Random [25/1/2021] #43 of 36,6k in Indonesia [25/01/2021] #239 of 17k in acak [...