Jodoh Pilihanmu, "Dia Yang Te...

Rean_Kimi

2K 137 0

Tangisku tiada henti saat ku melihat foto yang dikirim sahabatku lewat pesan WhatsApp. Sebuah pesan tentang k... Еще

BAB I "Kabar Darimu"
BAB II "Hari Pernikahan Kamu dan Dia"
BAB III "Aku Bertemu Denganmu"
BAB IV "Gara-gara Anjing"
BAB V "Lembar Baru Tanpamu"
BAB VI "Pasar Malam"
BAB VII "IPA & IPS"
BAB VIII "Takdir Yang Mempertemukan"
BAB IX "Pacaran Yuk"
BAB X "Terbuai Akan Lagu"
BAB XI "Bianglala"
BAB XII "Teman Lama"
BAB XIII "Butik"
BAB XIV "Kabar Pernikahan Sahabatku"
BAB XV "Baper"
BAB XVI "Hari Bahagia Sahabatku"
BAB XVII "Rencana Penembakan"
BAB XVIII "Kecelakaan"
BAB XIX "Aku Sangat Rindu"
BAB XX "Dingin, Es Batu"
BAB XXI "Cewek Pembawa Sial"
BAB XXII "Cinta Pertamaku Kembali"
BAB XXIII "Sedikit Curhat"
BAB XXIV "Gosip Bareng Sahabat"
BAB XXV "Pacar Kesayangan, Bohong"
BAB XXVI "Hamil ?"
BAB XXVII "Berulah Lagi"
BAB XXVIII "Menikah ?"
BAB XXIX "Honey Moon"
BAB XXX "Bertemu Orang Lama"
BAB XXXI "Perhatian"
BAB XXXII "Bermalam di Rumah Ibu"
BAB XXXIII "Seharian Sama Mertua"
BAB XXXIV "Kembali ke Rutinitas"
BAB XXXV "Paling Sempurna"
BAB XXXVII "Acara Kantor"
BAB XXXVIII "Dasar Bumil"
BAB XXXIX "Jatuh Ke Jurang"
BAB XL "Truth Or Dare"
BAB XLI "Kebohongan Lagi"
BAB XLII "Rumah Baru"
BAB XLIII "Kabar Gembira"
BAB XLIV "Di Hotel ?"
BAB XLV "Ciuman Pertama"
BAB XLVI "Menghindar"
BAB XLVII "Hadiah"
BAB XLVIII "Nonton Film"
BAB XLIX "Ngambek"
BAB L "Akhir Yang Bahagia"
BAB LI "Epilog"

BAB XXXVI "Ngidam Seblak"

16 2 0
Rean_Kimi

Hari Minggu adalah hari di mana kita bisa bersantai bersama keluarga. Mengistirahatkan sejenak otak kita dari pekerjaan-pekerjaan kantor. Hal yang selalu aku rindukan di hari Minggu adalah berantem sama kedua adik kembarku. Kita selalu berdebat, mendebatkan hal yang tidak penting. Mereka selalu buatku marah dan kesal. Namun entah kenapa saat ini aku malah merindukannya.

Memasak bareng ibu. Kita selalu punya kreasi baru. Ceritanya nyontek di youtube. Tapi hasilnya selalu gagal. Namun itu menyenangkan. Kita bisa bercanda saat memasak. Bercerita tentang banyak hal. Walaupun kadang ibuku suka kepo tentang hal-hal yang tak ingin aku ceritakan padanya. Suka kesal kalau beliau sedang menggodaku karena cinta. Tapi kini hal-hal itu malah membuatku rindu.

Walaupun beberapa minggu yang lalu aku sempat ke rumah dan masak bareng ibu lagi. Tapi sayangnya waktu itu cuma sebentar. Masih belum puas.

Papa dan mama mertuaku sedang sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Papa sibuk membaca koran di teras. Mama sibuk merawat tanaman-tanamannya. Rumah ini cukup besar, tapi terlalu sepi untukku. Apalagi kak Vano tidak punya saudara kandung lagi selain Daffa. Yang otomatis saat ini dia adalah anak tunggal di keluarga ini. Hanya ada beberapa asisten rumah tangga, merekapun juga sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.

Aku mencari keberadaan kak Vano. Sepertinya laki-laki itu sedang di kamar mandi. Aku pun lalu memilih masuk ke kamar. Ada drama korea baru yang ingin sekali aku tonton. Namun tiba-tiba aku tak sengaja melihat handphone kak Vano tergeletak di atas meja rias. Handphone itu tiba-tiba berbunyi, menampilkan nama Bella di layar ponselnya. Ada beberapa pesan juga darinya. Aku penasaran pesan apa yang dikirim Bella pada kak Vano. Biasanya walaupun dikunci masih kelihatan di layar depan ponselnya. Namun sayang belum sempat aku membacanya. Seseorang membuka pintu kamar.

"Aaa." teriakku saat aku melihat pemandangan yang tidak semestinya aku lihat. Aku langsung menutup mataku dengan tangan. Karena kak Vano masuk ke kamar hanya menggunakan handuk yang dililitkan di bagian pinggang sampai lututnya saja. Menyebalkan bukan?

"Kenapa sih teriak-teriak?" tanya kak Vano.

"Kak Vano ngapain sih nggak pakai baju?" tanyaku balik. Aku masih menutup mata dengan tanganku. Tak berani membukanya.

"Soalnya aku lupa nggak bawa baju." jawabnya enteng. Tanpa rasa bersalah. Padahal jantungku sepertinya sudah mulai tidak aman.

Aku teringat pesan yang dikirim Bella beberapa menit yang lalu. Melihat kak Vano yang sudah mandi. Pasti kak Vano janjian sama Bella mau ketemu diluar. Tiba-tiba terbesitlah keisengan di kepalaku.

"Kak." Aku menoleh mencari keberadaan kak Vano. "Aaaa." teriakku lagi saat melihat kak Vano mau melepas handuknya tepat di depan mataku. Namun kali ini dia sudah memakai kaos berwarna hitam.

"Apa sih Risa teriak-teriak mulu dari tadi?" tanyanya yang mulai kesal dengan ulahku. Namun aku tak menjawab pertanyaannya. Aku masih menutup mataku.

"Aku masih pakai boxer kali." katanya lagi. Sepertinya dia tahu kalau aku tidak nyaman dengan hal seperti ini.

Aku membuka mataku. Melihat kak Vano yang masih memakai boxer atau celana pendek maksudnya. Aku tertawa kecil mengingat kejadian konyol yang aku lakukan beberapa detik yang lalu.

"Kak, temenin aku beli seblak yuk. Aku lagi pengen banget makan seblak." ajakku.

"Aku nggak bisa Risa. Minta temenin yang lain aja." tolaknya. Dia sedang sibuk memakai celana panjangnya.

"Nggak mau. Aku maunya beli seblak sama kak Vano." Aku terus membujuknya.

"Ya udah lain kali aja belinya. Aku nggak bisa kalau sekarang. Aku harus pergi."

"Emang kak Vano mau pergi ke mana sih? Sebentar doang, masak nggak bisa. Setelah itu terserah deh kalau kak Vano mau pergi."

Bukannya menjawab kak Vano malah sibuk bercermin. Membuatku kesal. Segitu pentingnya ya Bella. Sampai ajakanku saja di tolak olehnya.

Dia terus mengabaikanku. Bahkan alasan anak yang sedang aku kandung pun sepertinya tidak ngefek lagi untuknya. Akhirnya aku pun memilih keluar dari kamar dengan wajah yang cemberut.

***

Waktu menunjukkan pukul 3 siang. Sehabis sholat ashar aku kembali bermain dengan ponselku. Melanjutkan drama korea yang tadi aku tonton. Sejak kak Vano pergi hingga saat ini mungkin aku sudah menonton 4 episode.

Kebetulan mama dan papa mertuaku sedang pergi keluar. Jadi tidak akan ada yang menegurku walaupun aku seharian di kamar. Sebenarnya Mama dan papa tadi sempat mengajakku untuk ikut dengan mereka. Tapi aku menolaknya. Mood ku sedang tidak baik gara-gara kejadian tadi pagi. Gara-gara kak Vano yang menolak ajakanku. Rasanya moodku benar-benar hancur. Solusinya adalah dengan menonton drama korea favoritku. Biar bisa cengar-cengir.

Lagi asyik-asyiknya menonton, tiba-tiba baterai ponselku habis. Lalu aku mengisi dayanya biar penuh lagi. Lagian mataku juga sudah mulai lelah. Butuh istirahat. Aku pun lalu pergi ke alam mimpi.

Aku terbangun saat seseorang membangunkanku. Saat ku buka mata kulihat kak Vano ada di hadapanku. Masih menggunakan baju yang sama seperti tadi pagi.

"Jam berapa sekarang kak?" tanyaku masih setengah sadar.

"Jam 6 lebih seperempat." jawabnya.

"Ya ampun aku ketiduran. Aku belum sholat maghrib lagi." Aku bergegas bangun dari tempat tidur. "Kak Vano kenapa baru bangunin sih?" Omelku pada kak Vano. Aku mencari ikat rambut di meja rias dan lalu mengucir rambutku yang panjang ini.

"Aku baru dateng Risa. Lagian kamu maghrib-maghrib tidur. Pasti belum mandi ya."

Aku hanya tersenyum mendengar pernyataan kak Vano untukku. Padahal tadi niatnya cuma mau tidur sebentar. Tapi ini malah kelamaan jatuhnya.

"Ya udah kamu sholat maghrib dulu. Habis itu mandi. Siap-siap." katanya.

"Siap-siap? Mau ke mana emang?"

"Katanya mau beli seblak? Nggak jadi? Ya udah nggak apa-apa kalau nggak jadi."

"Eh iya iya jadi kak. Tapi ngomong-ngomong kak Vano emang udah mandi?"

"Aku bisa mandi nanti setelah beli seblak."

"Oh oke. Ya udah aku mandi dulu. Tungguin."

"Sholat maghrib dulu. Keburu waktunya habis ntar."

"Iya iya. Maksudnya sholat maghrib kak." Aku berhambur keluar kamar untuk mengambil air wudhu.

***

"Kak Vano beneran nggak mau seblak?" tanyaku saat seblak pesananku sudah datang. Kak Vano tidak memesan apa-apa. Hanya memesan air mineral saja.

"Aku nggak suka sama seblak." jawabnya.

"Cobain deh kak. Enak tahu. Kak Vano pasti nanti ketagihan deh." Aku menawarkan lagi seblaknya pada kak Vano. Namun lagi-lagi kak Vano masih tetap menolaknya.

"Ayolah kak. Cobain sesendok aja. Udah pegel ini tangan aku." kataku menyodorkan sesendok seblak untuk kak Vano.

"Kak." Aku memasang wajah yang memelas. Hingga di detik berikutnya kak Vano akhirnya memakan juga seblak yang aku suapin ke dia.

"Gimana kak? Enak kan?" Aku kembali bertanya.

"Enggak." jawabnya lalu kembali fokus ke ponselnya lagi.

Jawaban yang sangat menyebalkan. Dia bilang enggak dengan wajah dinginnya. Super nyebelin. Padahal dulu saja Daffa suka banget makan seblak. Sekali nyoba langsung ketagihan. Memang ya selera orang beda-beda.

Aku heran setiap kali pergi sama aku, kak Vano selalu sibuk dengan ponselnya. Apa dia sedang berbalas pesan dengan Bella? Memangnya seharian sudah ketemu masih belum cukup. Kalau kayak gini berasa kayak pergi sendiri.

"Kak Vano tadi pergi ke mana?" tanyaku memulai percakapan.

"Kamu nggak perlu tahu ke mana aku pergi." jawabnya.

"Janjian sama Bella?"

Ponselnya tiba-tiba berbunyi, mengabaikan pertanyaanku untuknya.

"Telepon dari siapa kak?" tanyaku setelah kak Vano selesai bertelepon.

"Dari Mama. Mama nanyain kita ke mana?" jawab kak Vano.

"Mama sama papa udah pulang?"

"Udah. Kamu tadi kenapa nggak ikut mama sama papa ke rumah tante Rosa dan Om Samuel. Daripada di rumah sendirian?"

"Lagi males. Lagi kesel juga sama kak Vano. Diajakin makan seblak nggak mau."

"Itu kamu udah makan seblak."

"Ya kan tadi keselnya."

***

Selasa, 01 November 2022

Продолжить чтение

Вам также понравится

SUNNI (LENGKAP) minmieeaquarius

Любовные романы

536K 36.3K 32
Diabaikan? sudah biasa buat Sunni. Tapi kalau dikhianati Sunni tak terima. Lebih baik menjanda daripada harus berbagi cinta.
8.6K 878 16
..bagaimana jika sampai nanti tidak akan pernah ada anak di antara kita? ( HANA) ...seberapa berat cobaan, aku akan menjadi perisai kalian. because...
Forgiven Rizki L Hanif

Любовные романы

388K 23K 25
Kisah tentang sepasang suami istri, Angga dan Rani, yang menuai konflik karena Mami Angga tidak menyukai Rani. Lalu, muncullah Nevita yang dulu sempa...
I Love You, Chef Namiya

Любовные романы

25.5K 790 142
Mahira harus merelakan kekasihnya, Galang, menikah dengan kakaknya sendiri, Zahra. Tepat di hari pernikahan itu, Andrameda yang merupakan mantan kek...