Red Stone - Romance Fantasy (...

Av SaelsaWhite

5.4K 1.1K 201

Nara Peterson yakin ia telah bertemu matenya di dalam mimpi. Namun saat hari Pengikatan tiba, matenya ternyat... Mer

PENGUMUMAN
P e n g a n t a r
P r o l o g
B a b 1
B a b 3
B a b 4
B a b 5
B a b 6
B a b 7
B a b 8
B a b 9
B a b 1 0
B a b 1 1
B a b 12
B a b 1 3
B a b 1 4
B a b 1 5

B a b 2

283 91 6
Av SaelsaWhite

B A B  2  -  H A R I  P E N G I K A T A N

Mate adalah bagian dari dirimu yang harus kau terima

—###—

SATU minggu pun berlalu. Hari Pengikatan akhirnya tiba. Setiap Maga dari 15 Distrik yang telah mendapatkan mimpinya, perlahan berkumpul di Ruang Pengikatan berbentuk stadion yang terletak di kota Bebas. Ruangan besar itu memiliki 5 tribun penonton, tempat para Maga duduk sesuai faksi mereka. Di bawah, tepatnya di tengah-tengah tribun tersebut ada sebuah lahan berbentuk bundar yang menjadi panggung pertemuan antara para Maga dengan matenya masing-masing. Lalu di samping panggung, tepatnya sisi yang berhadapan dengan tribun-tribun, ada tempat khusus untuk para Pemimpin juga orang-orang penting di setiap faksi. Mereka hadir setiap tahun untuk menyaksikan acara Pengikatan tersebut. Sekaligus saksi mutlak pertemuan setiap Maga dengan matenya.

"Selamat datang di acara Pengikatan yang ke-3350!" ucap seorang wanita berambut pink dan juga dengan gaun pinknya yang berkilau. Orang-orang menyebutnya Miss Pinky. "Setiap kalian yang hadir di sini, sebentar lagi akan bertemu dengan mate yang kalian tunggu-tunggu!" Mata Miss Pinky mengedar. "Aku tahu kalian gugup sekaligus senang. Dan aku tahu kalian mengharapkan mate yang cantik dan tampan," ucapnya lagi sambil mendelik genit membuat para Maga tertawa.

"Oke, tanpa menunggu lama lagi. Aku akan memanggil satu persatu perempuan secara acak, lalu maju ke depan di sampingku. Kemudian ketika matenya dipersilakan maju ke depan, jangan membuat wanita kalian menunggu," ucap Miss Pinky dengan nada di akhir kalimatnya. "Dan ingat, tidak boleh ada kebohongan. Atau kalian akan mendapatkan konsekuensinya!"

Setelah itu, satu persatu Maga pun dipanggil. Nara meremas tangannya dengan gugup. "Eryna Johnson, dari elemen Api!" Seorang gadis dari faksi Api berdiri menuruni tangga dan melangkah ke samping Miss Pinky. "Matenya silakan maju!" Lalu lelaki tegap berotot dari faksi yang sama perkahan berdiri. Sontak membuat Maga di faksi api bersorak heboh.

"Jika kau mendapat mate yang tampan apalagi populer, artinya kau juga harus populer dan menjadi primadona di kelasmu." Nara menoleh sebentar pada Milla yang duduk di sampingnya. Ia kembali menatap ke arah panggung pengikatan. Lalu mendapati Eryna serta matenya sedang mengucapkan penerimaan resmi.

"Jangan sampai bernasib seperti gadis itu!"

Nara mengikuti arah pandang Milla. Selanjutnya seorang gadis lugu melangkah turun dari faksi Tanah. Gaunnya sederhana, dengan kacamata tebal kuno yang dipakainya. "Mate Oneda Thompson, silakan maju ke depan!"

Lalu seorang lelaki dari faksi Angin berdiri dengan lesu. Teman-temannya seketika tertawa mengejek. Ketika lelaki itu sampai di depan Oneda, dengan wajah masam ia berkata, "Aku Mike dari faksi Angin, menolakmu Oneda Thompson sebagai mateku!" Teman-teman Mike sontak bertepuk tangan bangga. Sedangkan sambil menangis, Oneda mengucapkan penolakan yang sama dan berlari pergi meninggalkan tempat tersebut.

Nara menahan napas dengan gugup. Itulah yang ia takutkan, ditolak matenya dan harus mendekam di Distrik 15 selama-lamanya. Namun jika Nara ingat perkataan Pedro dimimpinya, lelaki itu sepertinya tak akan menolak Nara, justru ingin menjadikan Nara sebagai miliknya. Karena bagaimana pun, ketika seorang Maga mendapat penolakan dari matenya, maka kemungkinan kecil untuk mendapatkan mate lagi. Bahkan sangat langka kasus seperti itu. Biasanya mereka akan hidup sendirian. Walaupun menikah sekali pun dengan Maga yang bukan mate mereka, tidak akan ada hubungan batin antara keduanya dan justru hanya ada kehampaan.

"Renata Margareta, dari faksi Air." Berjalan seorang gadis yang begitu anggun. Dengan gaun biru, rambut pirang dan mata sedalam lautan. Semua mata langsung tertuju padanya. Dia adalah primadona yang sering muncul di papan iklan besar di kota Bebas. Bahkan di televisi karena berhasil mendapat nilai tertinggi di faksinya. "Silakan matenya maju!" Orang-orang mulai penasaran siapa mate dari primadona itu. Lalu perlahan, berdiri seorang lelaki dari faksi Pikiran. Dia adalah Daniel, yang sontak membuat Nara menoleh. Daniel sempat menatap ke arah Nara sebelum akhirnya melangkah turun dan berhenti di hadapan Renata. Gadis dari faksi Air itu berseri-seri. Keduanya pun mengucapkan penerimaan resmi. Banyak lelaki yang iri pada Daniel. Tentu saja, siapa yang tega menolak gadis secantik itu, pikir Nara.

"Aku kira dia akan jadi matemu," bisik Milla yang terhasut gosip dari Vany.

"Tidak, bukan dia orangnya," jawab Nara pelan. Ia sudah menduga sejak awal memang bukan Daniel orangnya. Bagaimana pun, meskipun ada rasa diantara keduanya, semua itu akan percuma di hari Bulan Biru.

Setelah semua Maga dipanggil, akhirnya tiba giliran Nara yang maju ke depan. Ia berjalan perlahan ke tengah-tengah panggung. Keringat dingin mulai membasahi tangannya. Semua orang menatap ke arah Nara. Ia disambut senyum ramah dari Miss Pinky. "Nara Peterson, dari faksi Pikiran. Silakan maju matenya!"

Nara berdiri kaku dengan jantung yang terus berdetak tak karuan. Namun lama menunggu, tidak ada satu pun Maga yang berdiri untuk menghampirinya. Miss Pinky pun mengernyit aneh. "Aku ulang lagi, mate Nara Peterson, silakan maju ke depan!"

Para Maga mulai berbisik. Masih tak ada satu pun yang maju untuk menghampiri Nara. Entah kenapa ruangan besar itu menjadi begitu sesak untuk Nara. Matanya mengedar, berusaha menemukan Pedro yang mungkin saja sedang mempermainkannya. Namun Nara tak menemukan lelaki itu.

"Apa Maga yang seharusnya terikat hari ini sudah hadir semua?" tanya Miss Pinky pada kru yang mendata semua Maga di tempat tersebut.

"Semuanya sudah sesuai data," ucap kru tersebut menunjukkan kertas-kertas di papan berjalan yang dibawanya. Para pemimpin faksi pun mulai beranjak dari tempat duduk mereka. Lalu melangkah turun perlahan.

Nara panik. Tangannya meremas gaun ungu yang ia pakai dengan kuat. Sebenarnya kemana Pedro? Apa lelaki itu tidak datang?

"Apa kau benar-benar sudah bermimpi, Nara?" tanya Miss Pinky dengan serius.

"Aku bermimpi di hari pertama Bulan Biru," ucap Nara tanpa kebohongan sedikit pun.

"Nara Peterson, ikut kami."

Nara menoleh mendapati kelima Pemimpin faksi sedang menatapnya. Lalu mereka berjalan lebih dulu menuju pintu besar yang berada di samping tribun faksi Pikiran. Nara hanya bisa mengikuti di belakang. Nara masih bisa mendengar Miss Pinky segera mengambil alih keadaan dengan melanjutkan acara. "Baiklah, acara penutupan malam ini adalah Pesta Dansa ...."

Banyak Maga yang mulai berbisik dan menatap kasian padanya sepanjang ia berjalan melewati tribun. Ketika Nara berbelok, hendak melewati jalan di samping tribun faksi Pikiran, seseorang tiba-tiba menahan tangannya.

Nara menoleh dan mendapati seorang gadis yang lebih pendek darinya menatap dengan mata berwarna ungu. "Jangan beritahu tentang mimpimu pada mereka! Mereka akan mengurungmu jika tahu matemu tidak ada di sini!" Nara mengernyit bingung dan gadis itu melepaskan tangannya. Membiarkan Nara melanjutkan perjalanannya.

"Bagaimana mungkin matenya tidak datang?"

"Tidak mungkin ada kesalahan dalam data kita!"

"Apa mungkin ada Maga yang tidak bermimpi tentang matenya?"

"Atau mungkin itu bukan Maga?"

Nara hanya diam menatap keempat Pemimpin Faksi berdebat. Prof. Magley, Pemimpin dari faksi Air menatap ke arah Nara yang sejak tadi hanya diam beberapa meter di belakang mereka. Wanita paruh baya itu menghampiri Nara dengan cepat, lalu mencengkram kedua bahu Nara sambil menatapnya serius. "Apa kau benar-benar bermimpi, Nara?"

Nara yang melihat Prof. Magley sepanik itu, mematung sebentar sebelum mengangguk dengan kaku.

"Ceritakan seperti apa mimpimu?" tanya Prof. Magley membuat empat pemimpin lainnya terdiam ingin mendengarkan jawaban Nara.

Namun Nara teringat perkataan gadis yang tak dikenalnya tadi. Gadis itu bilang ia harus merahasiakan mimpinya dari lima pemimpin faksi. Jika dilihat dari warna mata si gadis, sepertinya gadis itu adalah seorang Pelihat Masa Depan. Dan mungkin gadis itu mengetahui sesuatu tentang masa depan Nara.

"Aku hanya bermimpi bertemu lelaki di sebuah hutan," jawab Nara.

"Siapa namanya?" tanya Prof. Winsley. Wanita dari faksi Angin.

"Dia tak menyebutkan namanya," bohong Nara. Beruntungnya tak ada Prof. Charlotte, pemimpin faksi Pikiran yang bisa membaca pikirannya. Ia sendiri tak tahu kemana Prof. Charlotte setelah mereka sampai di ruangan tersebut.

"Apa mimpimu itu di hutan Kabut?" tanya Prof. Magley menatap Nara dengan penuh selidik.

Nara mengernyit. Bagaimana Prof. Magley bisa menebak sebenar itu? Apa hutan Kabut adalah suatu masalah untuk mereka? Namun jika benar, Nara tak bisa menjawab dengan jujur.

"Bukan. Hanya hutan biasa."

"Apa faksi tanah?" tanya Prof. Alger menatap Prof. Hatter di sampingnya.

"Coba periksa lagi siapa yang belum menghadiri acara Pengikatan," ucap Prof. Magley pada Prof. Hatter. Pria paruh baya yang berasal dari faksi Tanah itu hanya mengangguk.

"Kembali ke faksimu. Dan tunggu keputusan kami selanjutnya," ujar Prof. Magley pada Nara.

Nara hanya bisa mengangguk dan meninggalkan ruangan tersebut. Ia masih bisa mendengar keempat pemimpin faksi itu berdebat lagi tentang siapa matenya. "Apa mungkin matenya bukan Maga?"

Nara sendiri tidak tahu siapa sebenarnya Pedro. Dan sepertinya ia harus bertanya pada gadis yang sebelumnya mencegah Nara. Ketika Nara keluar dari Ruang Pengikatan, banyak Maga yang berdansa bersama mate mereka di halaman belakang yang diubah menjadi tempat dansa. Ketika melewati jalanan di kota, banyak toko-toko kuliner dan mall yang terlihat ramai. Belum lagi taman-taman kini diisi oleh berbagai pertunjukan, sebagai perayaan bagi para Maga yang terikat dengan mate mereka.

Nara memutuskan untuk pulang ke asrama. Lagipula ia tak punya seseorang yang bisa menemaninya menghabiskan malam tersebut. Teman-teman Nara tentu saja sedang sibuk dengan mate mereka masing-masing.

Ketika sampai di asrama, Nara langsung disambut pelukan dari Milla. "Kenapa kau sudah pulang? Dimana matemu?" tanya Nara yang merasa Milla pulang terlalu cepat di hari spesial itu.

"Dia ada urusan mendesak di faksinya," ucap Milla. "Kau tidak apa-apa?" Milla menatap Nara khawatir sekaligus iba.

Nara tersenyum dengan susah payah. "Aku tidak apa-apa. Sepertinya ada yang salah dengan data mereka. Mungkin mateku tidak hadir karena sakit."

"Apa kau merasa begitu?" Raut wajah Milla berubah senang. Itu artinya Nara masih punya harapan bertemu matenya. "Coba rasakan apa yang terjadi dengan matemu."

Nara baru ingat kalau batinnya dengan sang mate terhubung. Namun jika benar terjadi sesuatu dengan matenya, seharusnya Nara merasakan sakit atau gelisah yang tanpa sebab. Tapi Nara baik-baik saja. Ia tak merasakan apapun. Lalu sebenarnya dimana Pedro?

-Bersambung-

Hai~ bagaimana dengan bab ini? Comment pendapat kalian yaa 💕maaf kalau ada typo 🙏

Follow juga ig author, saelsa_white untuk info lainnya mengenai cerita author.

Tunggu part selanjutnya yaa 💕

Salam Fiksi, Saelsa White

Fortsett å les

You'll Also Like

70.2K 16.3K 17
Pasca mengalami kecelakaan yang menyebabkan kaki kirinya lumpuh dan ditipu sampai tidak memiliki aset apa-apa di sakunya, Isvara akhirnya menerima un...
3.1K 746 20
ROMANCE || FANTASY || YOUNGADULT Nenek Ilse adalah orang yang kuno. Dia percaya tentang Imp yang menggoda manusia di hutan, Kelpie yang berwujud kuda...
812K 129K 54
Chapter 21 sampai ending diprivate Semua part masih lengkap. "Jika kematianku adalah bukti cinta untukmu, maka hidupku selamanya akan jadi milikmu." ...
10.2M 1.2M 62
"Sumpah?! Demi apa?! Gue transmigrasi cuma gara-gara jatuh dari pohon mangga?!" Araya Chalista harus mengalami kejadian yang menurutnya tidak masuk a...