Secret Wife

By purnamaynt

30K 1.3K 96

"Pernikahan ini harus di rahasiakan. Jangan sampai teman-teman sekolah tahu kalo enggak lo tidur di luar sela... More

PROLOG
1 - RUMAH BARU
2 - RAHASIA KITA
3 - HUKUMAN
5 - LUPAIN AJA
6 - TELUR BALADO
7- BELANJA
8 - UANG SAKU
9 - MATI LAMPU
10 - MOANA NGAMUK
11 - CEREWET
12 - TETANGGA MERESAHKAN
13 - DIET & GAJAH
14 - MAKAN MALAM
15 - NECK KISS
16 - KEMAH
17 - HER SECRET
18 - VIDEO CALL
19 - FAVORITE SONG
20 - CURIGA
21 - BOBO BARENG
22 - CEMBURU
23 - WHAT ARE YOU DOING, GUYS?
24 - KACAU
25 - MY DREAM
26 - LOVE CHAT
27 - INVITATION
28 - CARA TERAKHIR
29 - SANCAYA FAMILY
30 - TANGIS
31 - CLASS MEETING
32 - HUG
33 - MOANA ANEH
34 - CELAKA
35 - MANIPULATIF
36 - RENGGANG
37 - HANCUR
38 - LUKA TAK TERLIHAT
39 - TELAH PERGI
40 - PERLAHAN SURUT
41 - EGO
42 - TITIK TERANG
43 - SEMAKIN JELAS

4 - TERPELESET

990 41 5
By purnamaynt





"KALIAN ngapain?"

Sontak Moana dan Edgar berhenti bertengkar karena di pergoki guru BK yang menyuruh Moana mengurus Edgar. Wanita itu mengangkat kacamatanya dengan tatapan penuh selidik.

Moana memukul dahinya. Bagaimana kalau Bu Ani mendengarkan percakapan keduanya yang mana menyebut suami dan istri.

"Ini Bu, Moana nyuruh saya bersihin toilet buat hukuman."

"Ngapain pakai acara bercanda di tangga? Kalian nggak tahu itu bahaya? Kalo jatuh gimana?" tanya Bu Ani beruntun.

Moana menyenggol Edgar, "Maaf, Bu. Kita nggak sengaja saling dorong dan saya mukul Edgar karena kesal."

"Ya sudah, Edgar boleh menyelesaikan hukumannya di jam istirahat atau saat pulang sekolah. Sekarang Moana balik ke aula buat ikut rapat," titah Bu Ani.

Moana kembali menuruni tangga untuk menuju aula yang ada di lantai satu. Dia berbalik memandang Edgar yang tengah berbicara dengan Bu Ani. Dia berharap obrolannya dengan Edgar tidak di dengar Bu Ani.

***

Edgar baru melaksanakan hukuman yang di berikan Moana sepulang sekolah. Dia menunggu sampai sekolah sepi agar tidak kepergok siapapun. Dua sahabatnya  membantu menyelesaikan hukuman namun pasti minta imbalan. Kalo Sergio memang punya hukumannya tersendiri yang di awasi Zinnia.

Langit mendung mendukung suasana semakin sepi sehingga bulu kuduk Edgar merinding.

"Lo pada berasa merinding nggak?" tanya Edgar pada Dwi dan Fauzi.

"Berasa nggak kuat sama bau toiletnya yang ada. Lo jangan aneh-aneh, Gar," peringat Fauzi yang tengah mengepel lantai.

"Eh, sebelum Moana datang gue sama Dwi pulang duluan." Edgar mengangguk kemudian mengusir Fauzi, "Dah, sana pulang gue yang lanjutin ngepelnya."

"Baik banget, Mas Edgar."

Edgar menampol pipi Fauzi karena kelewat jijik mendengarkan panggilan sahabatnya. Bulu kuduknya semakin merinding ketika Fauzi melemparkan kedipan genit.

"Balik, buruan! Jijik gue liat muka lo kayak keong racun!" Dia mendorong jauh Fauzi yang akan pulang bersama Dwi.

Dwi hanya melambaikan tangannya kepada Edgar ketika Fauzi mengisyaratkan agar pulang. Detik berikutnya setelah keduanya tidak terlihat Moana datang membawa air minum kemasan.

"Dwi sama Fauzi ngapain?" Moana ternyata berpapasan dengan dua orang itu. "Mereka bantuin lo nyelesain hukuman?" tanyanya selidik.

"Enggaklah. Gue selesain sendiri hukuman ini, mereka cuma nyamperin buat basa basi," elak Edgar tanpa menatap mata Moana.

"Kok cepat banget selesainya?"

"Kalo bisa cepat kenapa harus lambat," balas Edgar sembari meminta air minum yang di bawa Moana. "Makasih udah bawain air."

"Bayar, itu nggak gratis."

"Gue transfer ke rekening lo."

Moana mencebik. Dia meneliti seluruh bilik toilet yang di bersihkan oleh Edgar. Bilik cewek dan cowok sudah bersih semua tinggal mengepel di lantai luar.

Cowok bermarga Brawijaya itu menyenderkan tubuhnya pada tembok dan meneguk air minum. Badannya di basahi keringat dan lengket semua. Dia tidak memperhatikan Moana yang sedang memantau.

BRUK.

Tiba-tiba saja ada suara gaduh yang membuat Edgar tersentak. Persis suara orang jatuh.

"Akh, Edgar," rengek Moana yang sudah terkapar di lantai memegangi kakinya. Dia meringis kesakitan karena terpeleset di lantai yang licin.

Bukannya membantu Edgar malah tertawa terbahak-bahak dan semakin menggelegar ketika Moana menangis kesakitan.

"Lon jahat banget sama istri sendiri! Gue lagi jatuh malah di ketawain!"

Edgar menjulurkan lidahnya, "Di sekolah kita bukan suami istri tapi hanya dua orang yang saling mengenal. Gitu kan konsepnya?"

Gadis itu masih terus meringis dan menangis sesenggukan. Suwer, kakinya terasa sulit di gerakan, bokongnya juga sakit sekali karena mencium lantai. Moana tidak bisa berdiri bahkan berjalan pun sudah rasanya.

"Sakit, Edgar," ringisnya pelan.

Dengan perasaan bersalah Edgar membuang botol bekas air minum sebelum membantu Moana bangkit. Di pegangnya lengan Moana agar gadis itu mampu berdiri.

Tulang-tulang Moana terasa remuk redam. Ngilu dia rasakan di sekitaran bokong sampai ke paha sehingga untuk berdiri tegak pun tidak memungkinkan. Tangan Moana bertumpu pada bahu Edgar yang kokoh dan seluas samudera.

"Edgar, kayaknya gue nggak bisa jalan kalo kayak gini. Rasanya sakit banget," keluh Moana menekan bahu Edgar di saat dia menapakkan kakinya yang gemetaran dan sakit.

"Pakai acara kepeleset segala. Karma tuh karena nggak mengakui gue sebagai suami di sekolah," ejek Edgar tetap menahan tubuh Moana agar tetap berdiri.

Langit semakin mendung menandakan hari sudah mulai memasuki sore. Edgar berfikir keras supaya bisa membawa Moana dengan cepat menuju lantai bawah. Kalau dia paksa Moana berjalan sendiri akan semakin lama sampai di parkiran.

Edgar tidak ada pilihan lain selain menggendong Moana ala bridal style. Tangannya menyelusup ke paha Moana sehingga reflek gadis itu mengalungkan tangannya di leher Edgar.

"Edgar, turunin gue! Gue masih bisa jalan sendiri kok buat turun."

"Lama. Nunggu lo nyampe lantai bawah bisa-bisa udah malam aja. Gini kan kita cepat sampai ke parkiran."

Moana meronta-ronta ketika Edgar tidak menurunkannya. Malah menuruni tangga dan meninggalkan sisa hukumannya.

"Kalo siswa lain tahu mereka bisa curiga," bisik Moana di telinga Edgar.

"Gue akan bilang lo abis kepeleset dan gue niat nolongin." Moana tidak menerima alasan itu dengan lapang dada. "Nanti mereka berspekulasi yang enggak-enggak," bisiknya lagi.

"Sekolah sepi. Lo bisa terima aja nggak apa yang gue lakuin!"

Moana diam. Sesampainya di parkiran Moana langsung di lemparkan ke kursi sebelah pengemudi oleh Edgar.

"Gue ambilin tas lo dulu," pamit Edgar yang langsung gercep menuju kelas Moana.

Dalam hati Moana berdoa semoga tidak ada yang melihat Edgar membawakan tasnya. Seingatnya semua teman sekelasnya sudah pada pulang. Moga-moga saja tidak ketahuan.

***

"ARGH, PIJITNYA PELANIN, EDGAR!"

Sehabis menangis dan merengek kesakitan, Moana berteriak keras di dalam rumah ketika Edgar memijit kakinya. Gadis itu merasakan sakit yang luar biasa di saat kakinya di tekan dengan jari.

Moana tidak mau sakitnya berlanjut karena menyulitkan dirinya melakukan kegiatan. Mandi saja harus pelan-pelan sampai satu jam dia mendekam di kamar mandi.

"Yang ada kaki lo nggak sembuh-sembuh kalo pijatnya pelan kayak keong," keluh Edgar memukul pelan kaki Moana yang di selojorkan di atas pahanya.

"Seenggaknya pijit yang rada-rada pelan tapi berasa."

"Cerewet," ledek Edgar karena telinganya sudah lelah mendengarkan Moana mengatakan ini itu. "Tahan dikit lagi biar lo cepat sembuh."

Moana mengangguk pasrah. Edgar cukup ahli memijat karena sering di ajarkan ibunya cara memijat kaki yang sakit karena keseleo atau jatuh. Cowok itu terlihat serius memijat telapak kaki Moana yang mana gadis itu melampiaskan rasa sakitnya pada bahu Edgar yang di remas keras.

"Udah, udah. Di jamin besok lo bisa jalan tapi masih sakit dikit-dikit. Jangan lari-larian biar nggak keterusan sakitnya," pesan Edgar macam dokter ahli.

"Rasanya udah nggak sakit." Moana mencoba berdiri dan berjalan pelan. Sakitnya masih terasa namun ringan.

"Bagus, deh." Edgar bangkit ingin memasuki kamarnya tetapi urung ketika Moana menarik ujung kaosnya. "Kenapa?" tanya Edgar.

"Lo belum makan, gue masakin sebagai tanda terima kasih karena udah pijitin."

"Bisa?"

Moana mengangguk mantap, "Bisa. Gue masakin nasi goreng biar cepat."

Dengan langkah terseok Moana memasuki dapur di ikuti Edgar di belakangnya. Dia bukan tipe cowok yang akan membiarkan seorang gadis memasak sendiri di saat kakinya sakit.

Moana yang menyadari kehadiran Edgar kebingungan. Dia kira Edgar ingin minum tetapi cowok itu membuka kulkas, mengambil telur dan sayuran segar.

"Edgar, lo ngapain?"

"Bantuin lo masak. Nunggu lo masak sampai seabad pun nggak akan selesai. Kaki lo masih agak sakit." Edgar ternyata perhatiannya melebihi sang mama. Moana tidak pernah melihat sisi perhatian dari sosok Edgar.

"Gue bukan perhatian, gue bantuin lo masak biar cepat makan karena gue udah kelaparan," sambung Edgar mematahkan penilaian Moana tentang cowok itu.

"Siapa juga yang bilang lo perhatian?"

Moana lanjut membersihkan sayuran dan menyiapkan bumbu nasi goreng. Dia menggunakan bumbu sachet-an yang sudah ready di gunakan.

Dia mengambil wortel kemudian di potong-potongnya sesuai keinginan. Edgar yang melihat itu menghentikan kegiatan memotong Moana.

"Potongannya kecilin dikit bisa, 'kan?" Nah kan, sekarang Edgar yang cerewet kayak Moana.

"Gini?" Moana memperlihatkan potongan wortelnya ke arah Edgar. "Kecilnya segimana? Contohin satu."

Tanpa ba-bi-bu Edgar mengejutkan Moana karena cowok itu malah memeluknya dari belakang dan memegang kedua tangannya. Mempraktikkan cara memotong wortel seusai keinginan Edgar. Moana mematung di tempat karena merasakan sentuhan Edgar.

Pelukan itu belum mengendur dan Moana bisa merasakan hembusan nafas berat Edgar di telinganya. Tidak pernah terbayangkan olehnya Edgar memeluk Moana. Posisi mereka terkesan romantis.

Edgar yang menyadari kelakuannya langsung berdehem canggung. Reflek langsung menjauh dan melepaskan genggamannya pada kedua tangan Moana. Dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Sori, gue reflek. Lo lanjutin aja masaknya gue mau ke kamar bentar buat ngecek ada kecoa atau enggak."

Moana mengangguk kaku. Edgar segera menjauh dan meninju tembok ketika sudah tidak ada di dekat Moana. Hei, alasan apa itu? Ngecek kecoa? Edgar benar-benar tidak waras.

"Kamarnya Edgar ada kecoa?" tanya Moana pada dirinya sendiri.

Dia menggeleng bingung, "Ngapain gue pikirin? Udah, ah."

Moana lanjut memotong sayuran lain supaya cepat selesai memasak dan bisa istirahat dengan tenang.

"Jangan-jangan tadi dia meluk gue buat nyari kesempatan dalam kesempitan. Edgar kan mesum," gerundel Moana masih tidak terima di peluk tanpa izin. Dia harus membuat perhitungan.

***


To be continued...



Continue Reading

You'll Also Like

6.3M 267K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
241K 9.8K 29
Menjadi seorang istri di usia muda yang masih di 18 tahun?itu tidak mudah. Seorang gadis harus menerima perjodohan dengan terpaksa karena desakan dar...
6.6M 217K 75
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
797K 58.3K 34
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...