[2] HATI dan WAKTU

By deftsember

52.2K 9.6K 9.1K

Raline menawarkan diri menjadi pacar Jerome untuk membantu cowok itu move-on dari mantan pacarnya. Dia tahu k... More

BAB 00: START
BAB 01: MEMULAI
BAB 02: HARI PERTAMA PACARAN
BAB 03: MEMBUKA HATI
BAB 04: KENCAN PERTAMA
BAB 05: RALINE'S WORST DAY
BAB 06: SUPPORT SYSTEM
BAB 07: "Raline pacar gue."
BAB 08: PENGAKUAN
BAB 09: CEMBURU?
BAB 10: CEMBURU? (PT 2)
BAB 11: STAYCATION IN ANYER
BAB 12: KISSING YOU
BAB 13: INTEROGASI
NOTIF
BAB 14: SUPPORT BOYFRIEND
BAB 15: SESUAI HARAPAN
BAB 16: TERHUBUNG TAKDIR?
BAB 18: ANNOYING!
BAB 19: BREAK UP (?)
BAB 20: DECISIONS
BAB 21: PERJUANGAN JEROME
BAB 22: SI CALON BUCIN PACAR
BAB 23: I LOVE YOU
BAB 24: SELANGKAH LEBIH BERANI
BAB 25: RENCANA LIBURAN KELUARGA
BAB 26: LOVE IN EUROPE
BAB 27: LOVE IN EUROPE (PT 2)
BAB 28: BUKTI KEBUCINAN JEROME
BAB 29: RALINE MUDIK
BAB 30: DI SURABAYA..
BAB 31: REVITALISASI CINTA
BAB 32: 1st ANNIVERSARY
BAB 33: SISI LAIN
BAB 34: MULAI MENGGANGGU
BAB 35: PERUSAK
BAB 36: DETIK-DETIK KERETAKAN
BAB 37: KESALAHAN FATAL
BAB 38: END
BAB 39: KEHANCURAN TERBESAR
BAB 40: USAI
BAB 41: THE END(?)
S2 VER 1: BIGGEST LOSS

BAB 17: BERPISAH

1.2K 234 256
By deftsember


Acungkan tangan yang seneng aku update malam tahun baru ini !!!!



~ Happy Reading ~




Sekarang sudah malam minggu. Malam dimana semua muda-mudi akan menikmatinya bersama teman atau orang terkasih. Seperti Jerome dan Raline misalnya.

Mereka memutuskan untuk menghabiskan malam mingguan di rooftop rumah kontrakan Raline yang kebetulan malam ini semua penghuninya sedang sibuk menghabiskan malam mingguan.

Karena besok Minggu Raline ada jadwal pergi ke daerah pelosok di wilayah Kalimantan yang membutuhkan bantuan relawan.

Karena itu lah mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu malam mingguan di rumah saja sambil mengobrol dan memakan jajanan yang sempat mereka beli tadi.

Dan kini mereka sedang duduk bersampingan sambil menonton film dari laptop milik Mahen yang tadi sempat di pinjam Jerome.

"Besok jam berapa?" tanya Jerome.

"Berangkat nya?" Raline bertanya balik.

"Iya."

"Karena harus naik pesawat numpang punya TNI jadi berangkat nya sekitar jam enam pagi."

"Pagi banget ya."

Raline mengangguk. "Emang pagi sih. Semoga aja aku bangun tepat waktu biar nggak ketinggalan pesawat."

"Jadi relawan apa sih?"

"Jadi relawan bencana alam. Kan di Kalimantan habis ada banjir sama longsor."

Jerome menoleh ke arah pacarnya yang sedang sibuk memakan cimol. "Bahaya banget kan pasti? Kamu gapapa?"

Raline kembali mengangguk. "Ya gapapa. Kan namanya juga membantu orang-orang yang membutuhkan."

"Kamu udah biasa ya ikut acara amal kayak gini?"

"Iya. Dari aku masih kecil ayah sering ngajakin ke acara amal kayak gini. Dan kebetulan juga kakak aku dokter gitu, jadi aku sering ikut dia ke puskesmas buat bantu-bantu ngurus pasien disana."

"Kakak kamu dokter?"

"Iya. Tapi cuma dokter umum biasa yang kerja di puskesmas. Ayah aku kan cuma pengusaha kecil-kecilan, jadi nggak ada biaya lebih buat masukin mas Chandra ke kampus yang bagus."

"Dokter umum juga tetap dokter, Raline. Kakak kamu udah berjasa banyak buat kesembuhan orang lain."

Raline tersenyum. Tiba-tiba dia teringat dengan ayah, ibu, dan kakak nya yang ada di Surabaya.

"Nanti kamu mau ikut aku ke Surabaya nggak, Jer? Aku pengen ngenalin kamu sama keluarga aku." ucap Raline.

Cewek itu menoleh ke arah pacarnya setelah tidak mendapat respon dari sang pacar. Tatapan mereka bertemu dan seketika itu juga Raline langsung menyadari keganjilan di antara mereka.

"A-aku cuma bercanda doang kok. Jangan di anggap serius. Aku paham kamu belum siap kalau di kenalin ke keluarga aku." ucapnya sambil tertawa canggung.

Raline langsung memalingkan wajahnya ke arah lain agar Jerome tidak melihat raut kecewa di wajahnya.

"Rell.."

"Maaf Jer, kadang aku suka terbawa suasana dan menganggap hubungan kita kayak orang pacaran pada umumnya. Agak kurang ajar rasanya kalau aku langsung minta kamu ketemu sama orang tua aku, padahal kamu aja masih belum yakin sama perasaan kamu." ucap Raline.

Jerome mengamati pacarnya yang sedang memalingkan wajahnya. Dia tahu kalau saat ini Raline tengah menyembunyikan gurat kecewa di wajahnya.

"Maaf." hanya itu yang bisa dia katakan.

"Maaf buat apa? Nggak ada yang salah kok."

"Aku tau kamu udah mulai nggak sabar nunggu kapan aku bisa jujur sama perasaan aku ke kamu."

Raline menghela nafas. "Jer, kalau boleh jujur aku emang mulai nggak sabar nunggu kamu bisa mencintai aku juga. Kadang aku juga mulai berlagak seakan-akan kita udah saling mencintai, walau kenyataannya di bulan keenam kita pacaran perasaan aku masih bertepuk sebelah tangan."

"Ralineㅡ" ucapan Jerome terhenti.

"But.. it's okay. Mungkin aku mulai berubah jadi orang serakah. Maaf ya kalau sikap ku ada yang bikin kamu nggak nyaman."

Keadaan menjadi canggung dan di antara mereka hanya ada kebungkaman yang merajalela.

Raline merutuk sikap nya yang terlalu terburu-buru. Seharusnya dia sadar kalau Jerome bukan cowok yang mudah untuk jatuh cinta. Apalagi dia hadir saat cowok itu tengah berjuang keluar dari rasa sakit hatinya.

Memang ya, jadi orang serakah itu kadang suka lupa sadar diri.

"A-aku ke dalem dulu ya. Mau ngambil selimut." ucapnya dengan gugup. Sepertinya dia harus pergi sementara waktu untuk menenangkan kecanggungan ini.

Raline beranjak dari duduknya, dia baru akan melangkahkan kaki nya namun tangan nya di tarik membuat tubuhnya limbung dan jatuh. Kedua mata nya langsung melotot saat menyadari bagaimana posisi nya saat ini.

Dia duduk di pangkuan Jerome.

"J-Jerome, kenapaㅡ" ucapan Raline terhenti saat Jerome mendekatkan wajahnya membuat nafasnya mendadak tercekat.

"Kenapa kamu selalu salah paham? Kan aku belum bilang apa-apa." 

"Di lihat dari reaksi kamu juga udah ketebak. Kayaknya aku yang terlalu nggak sabar mau ngenalin kamu ke keluarga aku. Kamu pasti nggak mau ketemu keluarga aku dulu kan?" ucap Raline di selingi senyum paksa.

Jerome menghela nafasnya. "Aku bukan nggak mau, tapi aku kaget pas denger kamu ngomong kayak tadi."

"Jadi kamu mau ketemu sama keluarga aku?" tanya Raline.

Jerome mengangguk. "Iya. Tapi nggak sekarang, Raline. Aku nggak mau ketemu sama keluarga kamu di saat aku masih belum kasih kepastian sama kamu. Nanti setelah kita sama-sama saling mencintai dengan tulus, aku bakal ketemu sama keluarga kamu. Bisa sabar sedikit lagi kan?"

Raline tersenyum tipis lalu mengangguk. "Ya. Aku harus sabar."

Cewek itu memalingkan wajahnya dan berusaha tidak terjadi apa-apa. Dia kembali beranjak dari pangkuan Jerome, namun gerakan nya itu terhenti karena Jerome tidak membiarkan nya untuk pergi.

"Ada apa lagi? Aku mau ke dalem, ngambil selimut."

"Kamu dingin?" Jerome malah balik bertanya.

Raline mengangguk. "Iya, sedikit."

Bukan nya melepaskan genggaman nya, Jerome malah semakin menarik tubuh pacarnya mendekat ke arahnya. Cowok itu merangkul tubuh Raline ke dalam dekapan nya.

"Kalau begini udah nggak begitu dingin kan?" ucap Jerome dengan suaranya yang berat.

Wajah Raline sudah di pastikan sudah merona merah sekarang. Nafasnya juga tercekat karena jarak wajah mereka yang lumayan dekat.

"Masih dingin, Rell?" tanya Jerome saat pacarnya tidak merespon.

Raline menggeleng gugup. Dia langsung memalingkan wajahnya yang sudah merah merona.

"N-nggak kok. Sekarang kerasa anget." ucapnya.

Jerome tersenyum melihat tingkah pacar nya. Dia menarik dagu Raline membuat tatapan mereka kembali bersibobrok.

"Rell, kamu udah mulai capek ya sama aku?" tanya Jerome.

"Aku mana pernah capek sama kamu, Jerome. Dari awal masuk kuliah aku udah jatuh hati sama kamu."

"Selama itu ya?"

Raline mengangguk. "Iya. Selama itu aku memendam perasaan aku sendiri."

"Kenapa nggak dari dulu aja kamu ungkapin perasaan kamu, sebelum aku sama Abigail?"

"Nggak bisa, Jerome. Dulu aku nggak percaya diri ngedeketin kamu duluan. Kita berdua kayak dua manusia yang berbeda kasta. Kamu mahasiswa terkenal, sedangkan aku bukan siapa-siapa. Cuma mahasiswa yang menganut sistem kupu-kupu."

"Gimana perasaan kamu pas lihat aku sama Abigail?"

Raline balas menatap lekat wajah tampan pacarnya. "Harus banget di jelasin ya?" tanya Raline dengan tawa palsu.

"Jelas sakit banget rasanya. Aku yang duluan suka sama kamu. Aku yang duluan ngedeketin kamu. Tapi ternyata ada cewek lain yang berhasil narik perhatian cowok cuek kayak kamu. Bahkan dulu kamu jarang banget respon chat aku. Padahal niatnya aku cuma mau deket sebagai temen aja. Aku bersyukur karena kamu temenan sama Mas Dimas dan pacarnya temen-temen aku. Jadi aku bisa pansos dari mereka biar bisa deket sama kamu."

Jerome mendengar ucapan pacarnya dalam diam. Terbesit rasa bersalah karena selama ini dia tidak tahu ada perempuan yang mencintainya dengan tulus.

"Rell, aku nggak tau. Maafin aku atas sikap aku ke kamu dulu. Aku nggak sadar sama semua perhatian kamu."

"Karena kamu nggak pernah berusaha menerima kehadiran aku, Jer. Kamu cuma menganggap aku sebatas adik sepupu temen kamu doang."

"Maafin aku."

Senyum hangat tersungging di wajahnya yang cantik. "It's okay, Jerome. Mungkin aku nya aja yang terlalu berambisi sama cinta. Padahal seharusnya aku sadar diri kalau kamu nggak mau menerima aku lebih dari seorang kenalan."

Jerome menggeleng. "Nggak gitu maksudnya. Dulu aku emang cuek banget sama sekitar sampai nggak sadar sama perhatian kamu. Tapi sekarang semuanya udah berbeda. Aku pacar kamu sekarang, Raline. Jangan insecure lagi ya."

"Aku pacar kamu, tapi hati kamu masih belum terisi sama nama aku."

Jerome bungkam seketika. Dia cermati raut wajah Raline yang menyimpan rasa kecewa di balik senyum hangatnya.

"Rell.."

"Tapi gapapa. Se-enggaknya sekarang aku udah berhasil memiliki kamu sebagai pacar, walaupun hati kamu belum benar-benar bisa nerima aku. Selagi stok kesabaran aku masih banyak, aku nggak akan pernah menyerah. Jadi, kamu harus betah sama aku ya. Aku orangnya emang serakah."

Tangan Raline terangkat ke atas. Dia menyentuh wajah tampan Jerome yang terpahat sempurna.

"Jerome, kalau misalnya nanti kamu masih belum juga bisa nerima aku, tolong kasih isyarat biar aku bisa nyiapin hati. Biar aku nggak perlu ngerasain sakit hati yang berlebihan lagi." ucapnya.

Jerome terhenyak mendengar alunan suara Raline yang terdengar merdu di telinganya. Dia menatap hangat ke arah pacarnya itu.

"Aku nggak niat bikin kamu sakit hati untuk yang kedua kali, Raline."

"I hope so. Tapi aku cuma mau membatasi diriku biar nggak terlalu jauh mencintai kamu."

Kedua tangan Jerome melingkar di pinggang Raline dan menariknya semakin menempel padanya.

"Bisa nggak kita skip obrolan ini. Aku nggak suka lihat muka sedih kamu." ucap Jerome.

"Nggak nyaman ya?"

"Iya. Nggak nyaman banget lihat kamu sedih begini. Lebih baik lihat kamu ketawa atau senyum, soalnya aku suka lihatnya. Kamu makin cantik kalau tersenyum, Raline."

Wajah Raline kembali merona merah. Dia selalu merasa aneh mendengar ungkapan manis yang keluar dari mulut Jerome.

Cewek itu melebur ke pelukan Jerome dan menutupi wajahnya yang merona di ceruk leher pacarnya itu.

"Iya. Lebih baik skip aja obrolan ini. Aku masih nggak biasa denger kamu ngomong manis kayak gitu. Damage nya bikin aku salting brutal."

Jerome terkekeh melihat reaksi pacarnya. Dia balas memeluk tubuh pacarnya dan mengusap punggung Raline.

"Besok aku usahain nganter keberangkatan kamu. Tapi aku nggak janji ya, soalnya besok mau ada rapat BEM pagi-pagi banget. Aku takut nggak keburu ke kampus."

Terdengar hembusan nafas kecewa. "Iya gapapa. Aku nanti minta anterin Mahen aja."

Jerome menjauhkan jarak tubuh mereka agar mereka bisa saling memandang satu sama lain.

Cowok itu menatap lekat ke bola mata jernih milik Raline membuat ceweknya itu gugup tak tertolong.

"Mau ciuman. Boleh?" ucapnya.

"Kenapa harus minta izin dulu sih. Bikin aku tambah salting aja." Raline menggerutu untuk menutupi reaksi salah tingkah nya.

"Harus izin dong. Soalnya aku nggak mau menikmatinya sendirian."

"Y-yaudah sih kalau mau ciuman tinggal cium aja. Aku juga nggak akan pernah nolak. Rezeki kok di tolak, mubazir banget."

Jerome tersenyum hangat. Cowok itu menipiskan jarak wajah mereka. "Cantik banget pacarku."

Raline meremas bahu Jerome saat mendengar ucapan bermakna romantis barusan.

"Jerome! Aku deg-degan."

"Lucu banget kamu. Kayak baru pertama kali ciuman aja."

Wajah Raline yang sudah merona pun dibuat kesal dengan ucapan pacarnya barusan.

"Clingy banget. Kayak bukan Jerome yang aku kenal. Kerasukan setan apa kamu, sayang? Ngaku deh?!"

"Muka kamu merah banget. Salting banget ya mau ciuman?" Jerome rupanya memiliki hobi baru yaitu menjahili pacarnya untuk melihat reaksi menggemaskan dari pacarnya itu.

" U-udah ah! Aku mau pindah ke dalem aja. Kamu nyebelin." Raline menggerutu sebal.

Dia hampir beranjak dari pangkuan Jerome sebelum tubuhnya di tahan agar tetap duduk di pangkuan pacarnya itu.

"Aku serius sekarang. Kamu jangan gugup, ini cuma ciuman doang kok."

"Kamu nyebelㅡUhmmm.." ucapan Raline tak diselesaikan karena bibirnya sudah lebih dulu di bungkam oleh Jerome.

Jerome memiringkan kepalanya untuk mempermudah dirinya meraup bibir ranum Raline lebih intens.

Raline langsung memejamkan matanya menikmati ciuman bibir Jerome. Cewek itu pun mulai terbuai dan membalas setiap gerakan yang dilakukan bibir Jerome di bibirnya.

Kedua tangannya melingkar di leher Jerome saat cowok itu menekan tengkuk nya membuat intensitas ciuman mereka semakin bertambah.

Jerome kembali memiringkan kepalanya ke arah lain untuk memperdalam ciuman mereka. Cowok itu menyapu bibir atas dan bawah Raline dengan lidahnya.

Raline meremas rambut hitam Jerome saat merasakan kadar oksigen di dalam paru-paru nya mulai berkurang.

"Atur nafasnya biar nggak ngos-ngosan, Rell." ucap Jerome dengan nada lirih setelah mereka menjeda ciuman mereka.

"A-aku belum terbiasa, Jerome."

Jerome mengusap bibir Raline yang basah karena ciuman mereka dengan ibu jarinya.

"Mau coba lagi?" tanya nya. Raline mengangguk dengan wajah merona.

"Kalau aku mulai kebablasan tolong ingetin ya."

Mereka kembali menautkan bibir ke dalam cumbuan yang mulai berani. Jerome menarik pinggang ramping Raline membuat tubuh mereka menempel tak berjarak.

Suara kecupan mulai terdengar samar-samar seiring intens nya ciuman mereka sekarang. Tak jarang juga terdengar suara lenguhan yang keluar dari mulut Raline.

Cewek itu berusaha mengimbangi permainan mulut pacarnya yang sukses menerbangkan jiwa nya ke awang-awang. Dia tidak tahu kalau Jerome ternyata seorang 'good kisser'.

Ciuman mereka terlepas di iringi dengan suara kecapan yang cukup nyaring. Bibir Jerome mulai merambat ke arah dagu lalu turun sampai ke ceruk leher Raline.

Tanpa sungkan dia langsung mengecup kulit leher yang mengeluarkan aroma manis nan candu. Jiwa nya juga seolah-olah sudah terbang ke awang-awang dan membuatnya hampir melakukan hal yang lebih gila sebelum suara desahan lirih keluar dari mulut pacarnya.

Jerome menjauhkan wajahnya dari ceruk leher Raline. Dia menatap lekat kulit putih yang tercetak bercak merah samar hasil karya nya.

"Rell, maaf aku hampir kebablasan." ucapnya dengan wajah menyesal.

"Bukan salah kamu. Aku juga hampir kebablasan tadi."

Jerome kembali mengecup bibir Raline singkat dan mengusap wajah cantik pacarnya itu.

"Besok leher nya di pakein foundation juga ya. Tadi aku beneran kebablasan."

Raline yang menyadari maksud pacarnya pun hanya bisa mengangguk sambil memalingkan wajahnya. Sensasi menggetarkan tadi masih terbayang-bayang di benaknya.

"Kita pindah ke dalem aja yuk. Disini makin kerasa dingin angin nya. Nanti kamu masuk angin." ucap Jerome mengalihkan topik untuk mengusir rasa canggung.

"I-iya. Kita pindah ke dalem aja."

'Kalau kelamaan disini bisa-bisa kita berdua beneran kebablasan. Diluar banyak bisikan setan.' ㅡkata Raline dalam hati.

🍑🌹

Minggu pagi-pagi sekali Raline sudah heboh menyuruh Mahen untuk mengantarnya ke bandara. Mereka berdua terlibat adu mulut terlebih dahulu sebelum berangkat.

"Apa sih, kak?! Kok malah nyuruh gue nganterin lo. Ini tuh masih jam 5 subuh, gue juga baru tidur tiga jam yang lalu. Mata gue masih bengkak nih." ujar Mahen dengan wajahnya yang masih mengantuk.

"Cowok di rumah cuma ada lo doang sekarang. Mas Dimas lagi nginep di rumah temennya. Masa iya gue nyuruh Mbak Judith atau Lili sih. Tega ya lo lihat gue berangkat ke bandara sendirian pagi-pagi buta begini."

Mahen mengerang sebal. "Cowok lo kan serba bisa. Kenapa nggak nyuruh dia aja sih."

"Cowok gue mau ada rapat BEM pagi-pagi nanti. Dia pasti masih tidur jam segini. Gue mana tega nyuruh dia nganterin gue."

"Tapi lo tega nyuruh gue? Kita ini teman apa cuma fwb doang sih?"

Mata Raline melotot mendengar ucapan Mahen barusan. "Fwb? Anjir banget kata-kata lo. Sejak kapan kita fwb? Gue udah punya laki!"

"Fwb bukan cuma tentang enak-enakan doang kali. Lo memanfaatkan gue dengan dalih pertemanan, itu juga masuk kategori fwb."

Raline mulai jengah karena dari perdebatan mereka ini akan semakin mengulur waktu keberangkatan nya.

"Gue ongkosin 100 ribu kalau lo mau nganterin gue ke bandara."

"200 ribu lah. Gojek lain mana ada yang mau nerima orderan ke bandara pagi-pagi buta begini."

"150 ribu deh. Gue bayar cash."

"200 ribu, nggak kurang dan nggak lebih. Deal?"

Raline menggerutu kesal menahan emosi. "Oke. 200 ribu buat lo. Nanti gue transfer."

Senyum langsung merekah di wajah Mahen yang masih mengantuk. "Oke. Tunggu bentar, gue mau ganti baju."



Setelah tiba di bandara, Raline langsung bertemu dengan teman-teman relawan yang sebagian sudah dia kenal. Mahen sudah pulang dari tadi karena sejak di perjalanan tadi cowok itu mengeluh mengantuk.

Dan sekarang Raline sedang menunggu waktu keberangkatan. Dia mengedarkan tatapan nya ke sekeliling dan melihat kalau sebagian dari teman relawan bahkan para TNI yang akan berangkat sedang sibuk berpamitan dengan sanak kelurga atau orang-orang terkasih.

Sedangkan dia hanya berdiri sendirian di dekat pos keberangkatan sambil berandai-andai pacarnya datang untuk menemani keberangkatan nya. Tapi nyata nya itu semua tidak akan terjadi karena Raline tahu kalau pacarnya saat ini kemungkinan masih terlelap dalam mimpi nya.

"Raline sendirian aja? Nggak di temenin pacar atau keluarga gitu?" tanya Gilangㅡsalah satu teman relawan yang sudah sering ikut kegiatan amal bersama nya.

"Nggak ada, Kak. Gue sendirian aja, tadi cuma di anter sama temen kontrakan."

"Padahal kita lumayan lama loh disana. Masa nggak mau pamitan dulu sama pacar."

"Semalem udah kok, Kak. Lagian sekarang masih pagi banget, dia pasti masih tidur."

"Ya udah kalau gitu sama gue aja ya. Gue juga nggak ada yang nemenin."

"Kok sendirian? Emangnya Kak Dian nggak bisa nganterㅡ" ucapan Raline terhenti saat mendengar nama nya di panggil.

"Raline!!"

Sang empu nya nama langsung menoleh ke sumber suara. Kedua mata nya melebar saat melihat sosok pacarnya sedang berlari ke arah nya sekarang.

"Untung aku nggak terlambat." ucapnya sambil mengatur nafasnya yang tersengal-sengal.

Raline masih kaget dengan kemunculan pacarnya ini. "Kok kamu ada di sini?" tanya nya.

"Mau nemenin kamu sebelum kamu berangkat. Aku masih ada waktu nggak? Kita ngobrol bentar yuk." ucapnya.

Raline menoleh ke arah Gilang. "Kak, kita masih ada waktu sebelum berangkat kan?"

"Masih ada 10 menit. Kalau mau ngobrol silahkan, tapi jangan lupa waktu ya."

Raline mengangguk. Dia menggandeng tangan Jerome menuju tempat yang sekiranya cocok untuk mengobrol.

"Ini baru jam 5.40. Kamu bangun pagi banget ya? Nih, mata kamu masih kelihatan ngantuk." ucap Raline sambil mengusap mata Jerome yang kelihatan sedikit merah.

"Aku udah pasang alarm jam lima subuh tadi. Tapi ternyata aku kesiangan dan baru bangun pas jam setengah enam. Tadi kamu berangkat sama Mahen?"

"Iya. Aku berangkat sama dia walaupun uang jajan ku harus melayang 200 ribu cuma buat nyogok dia biar mau nganterin aku."

"Seharusnya tadi kamu telepon aku aja biar aku nggak kesiangan bangun nya."

"Kan katanya kamu mau ada rapat BEM pagi-pagi, jadi aku nggak tega mau minta kamu buat nganterin aku."

Jerome menghela nafasnya. Tadi dia ngebut naik motor nya agar bisa tepat waktu sampai di Bandara. Dan sekarang dia merasa lemas sekali.

"Jer, makasih ya udah mau sempetin waktu buat nganterin kepergian aku. Aku tadi sempet berharap kamu ada disini buat nganterin aku."

"Dan sekarang aku beneran udah ada disini."

Senyum Raline merekah dengan lebar nya. Dia menjinjitkan kaki nya agar bisa mendaratkan sebuah kecupan di pipi Jerome.

"I Love You, Jerome." ucapnya dengan nada berbisik.

Wajahnya yang cantik itu sudah merona padam. Raline langsung memalingkan wajahnya agar Jerome tidak bisa melihat gurat salah tingkah di wajahnya.

Tapi reaksi yang di berikan Jerome semakin membuatnya salah tingkah. Cowok itu menarik pinggang nya mendekat sampai membuat jarak tubuh mereka hampir menempel. Untung saja tempat mereka saat ini lumayan sepi dan jarang di lewati oleh orang.

"K-kamu mau ngapain? Nanti ada yang lihat." ucap Raline. Dia melihat sekitar dengan panik, takut ada yang memergoki mereka.

"Nggak ada yang lihat. Panik banget sih kamu."

Raline merengut sebal. "Ya jelas panik lah. Nanti kalau kita di pergokin lagi macem-macem gimana? Aku kan nggak enak sama yang lainnya."

"Nggak ada, Rell. Disini sepi tempat nya." ucap Jerome.

"Tapi kalaupun di pergokin tinggal bilang aja kalau kita pacaran." lanjutnya sambil tersenyum tipis.

Degup jantung Raline makin menggila rasanya. Dia mendorong dada bidang Jerome dan bermaksud lepas dari pelukan pacarnya itu.

"Lepasin. Aku beneran takut kalau ada yang lihat."

"Bentar dulu. Aku mau ngisi energi buat lima hari kedepan." ucapnya. Jerome kembali menarik tubuh Raline ke dalam dekapan hangat nya.

Raline yang mengerti dengan maksud sang pacar pun hanya bisa pasrah menerima nya dan memilih membalas dekapan hangat itu. 

Mereka terdiam dengan posisi yang tak berubah untuk beberapa saat sebelum mereka mendengar aba-aba kalau sebentar lagi para relawan akan segera berangkat.

"Aku pergi dulu ya. Selama lima hari nanti aku nggak bisa nemenin kamu nugas atau ngurus kerjaan BEM. Kamu harus perhatian juga sama tubuh kamu, jangan capek-capek. Kayaknya disana bakal susah sinyal, tapi aku usahain buat ngabarin kamu." ujar Raline.

Rasanya mulai berat untuk pergi. Entah kenapa Raline merasa kalau dia tidak ingin pergi jauh dari Jerome.

"Kamu jaga kesehatan disana. Kerjain sesuatu semampu kamu dan jangan memaksakan kalau emang nggak sanggup. Aku bakal nunggu kamu pulang."

Jerome menangkup wajah Raline dan menariknya mendekat. Cowok itu mengecup kening pacarnya dan membisikkan kata-kata penuh ketenangan untuk Raline.

"Aku pergi dulu ya, Jer. I Love You."

Jerome merespon nya dengan senyuman hangat. "Be careful, Raline. I will wait for you to come home."

Cowok itu mengantar Raline. Dia melambaikan tangan nya sebelum pacarnya itu masuk ke dalam pesawat.

Untuk lima hari kedepan mereka akan terpisah jarak dan waktu. Semoga saja perpisahan sementara ini tidak mengubah apapun dari hubungan mereka.

🍑🌹

Hari ketiga setelah keberangkatan Raline untuk menjadi relawan di Kalimantan. Dan selama itu juga Jerome terus menyibukkan dirinya berkutat dengan tugas kuliah dan urusan BEM tanpa di dampingi oleh kekasihnya.

Agak sepi rasanya tanpa ada Raline yang biasanya selalu meramaikan hari-hari nya yang monoton. Dan entah sejak kapan Jerome jadi terbiasa dengan keramaian yang di ciptakan oleh pacarnya itu.

Selama tiga hari itu hubungan mereka masih berjalan baik walaupun terhalang oleh komunikasi yang tidak lancar.

Raline bilang di tempatnya saat ini sangat susah untuk mencari sinyal. Pacarnya itu bilang kalau dia rela bergadang demi mendapatkan sedikit sinyal untuk mengabarinya.

"Sinyal disini cuma muncul pas jam sebelas malam keatas. Mana munculnya cuma sedikit banget dan kadang ilang-ilangan lagi." begitulah keluhan yang selalu dikatakan Raline saat mereka sedang bertukar pesan.

Sebenarnya Jerome tidak memaksa kalau memang kondisi Raline tidak memungkinkan untuk sering mengirimi nya chat atau telepon.

Tapi pacarnya itu selalu mengusahakan dan hampir mengorbankan dirinya sendiri. Jerome sudah memberi pengertian untuk Raline, tapi memang cewek itu saja yang terlalu keras kepala.

Katanya Raline tidak bisa kalau tidak mendengar kabar Jerome sehari saja. Memang pacarnya itu salah satu manusia unik yang dia temui.

Jerome yang tadi nya fokus dengan berbagai macam buku jurnal pun harus terganggu saat seseorang menarik kursi tepat di sampingnya dan menyapa nya dengan nada bersahabat.

"Hai Jerome. Gimana kabar lo?" 

Rasa terkejut sempat menerpa dirinya, namun Jerome dengan spontan langsung memasang wajah datar khas nya untuk menyembunyikan keterkejutan nya.

"Hm. Baik." jawabnya singkat.

Dia mencoba kembali fokus dengan tumpukan buku di depan nya dan bersikap cuek dengan orang di sampingnya.

"Gue denger-denger lo udah pacaran cukup lama sama yang baru. Ternyata lo lumayan cepet juga ya move-on nya. Padahal gue masih inget banget waktu itu lo mohon-mohon ke gue biar kita nggak jadi putus."

Jerome menggenggam erat pulpen di tangan nya untuk menahan konflik batin nya saat ini.

"Jerome, lo nggak niat manfaatin pacar baru lo buat pelampiasan rasa galau kan?"

Cowok itu menoleh ke samping menatap sosok mantan kekasihnya yang sedang menatap ke arah nya juga dengan senyuman yang terpatri di wajahnya.

"Apa maksud lo?"

Abigail mengedikan bahu nya. "Nggak ada maksud apa-apa. Gue cuma mau ngelihat keadaan mantan pacar yang ternyata udah punya pacar baru. Dan memastikan apa Lo beneran udah move-on dari gue atau cuma nyari pelampiasan ke cewek lain."

"Ya udah, kalau emang nggak ada kepentingan apa-apa lo bisa pergi dari sini."

"Ini kan perpustakaan kampus, masa gue di larang kesini sih."

Jerome berusaha tidak peduli dan kembali menyibukkan diri untuk menyelesaikan tugas nya.

"Gue nggak tau kalau lo ada rencana jadi Ketua BEM." tapi ternyata Abigail tidak mau menghentikan sikapnya yang menganggu ini.

"Dan sekarang lo makin terkenal karena udah jadi Ketua BEM. Padahal kayaknya dulu lo anti banget jadi fokus perhatian banyak orang."

"Jadi Ketua BEM bukan ajang untuk pansos." jawab Jerome dengan nada sakartis.

"Iya sih. Tapi kan karena sekarang lo jadi Ketua BEM nama lo jadi makin terkenal. Apalagi orang-orang ngenalin lo as my ex-boyfriend, jadi secara nggak langsung nama aku juga jadi ikut kebawa-bawa."

"Sorry kalau hal itu bikin lo susah."

Abigail tertawa pelan. Dia semakin menggeser jaraknya ke Jerome. "Coba bayangin kalau kita masih pacaran. Kita berdua bakal jadi most wanted atau bisa jadi couple goals nya kampus. Secara gue ini bintang kampus dan lo Ketua BEM. Kombinasi yang cocok untuk jadi pusat perhatian banyak orang."

Jerome tidak mau meladeni ocehan mantan kekasihnya itu dan memilih fokus dengan jurnal nya.

"Seharusnya lo bisa cari cewek yang se-terkenal gue, Jerome. Biar nama baik lo sebagai Ketua BEM makin di kenal banyak orang. Bukan nya malah pacaran sama cewek yang nggak bisa ngasih pengaruh lebih untuk jabatan lo."

Jerome menoleh dan menatap Abigail dengan tatapan tajam. "Bisa pergi dari sini? Jangan ganggu orang belajar."

Abigail mendengus sebal. "Lo itu masih belum banyak berubah ternyata. Masih cuek dan pasif. Wajar kalau gue tiba-tiba ngajakin putus. Pacaran sama lo nggak ada sensasi nya. Ngebosenin."

Jerome diam saja dan tidak membalas sedikitpun kata-kata kasar yang di lontarkan oleh Abigail. Bahkan saat perempuan itu pergi dari sisi nya pun dia masih tetap bungkam.

Dia tidak akan munafik kalau dari untaian kata-kata Abigail tadi sempat membuatnya ke-trigger dan mulai overthingking memikirkan hal-hal yang tidak baik untuk keberlangsungan hubungan nya dengan Raline.

"Apa gue beneran se-pasif itu ya?" tanya nya kepada dirinya sendiri.

Jerome mengumpat pelan. Semangat nya untuk mengerjakan tugas sebelum deadline pun menghilang karena kehadiran Abigail yang sedikit banyak membuatnya bad mood.










To Be Continued...

HAPPY NEW YEAR GUYS!!!

Apa kalian menunggu Jerome-Raline update nih. Soalnya di chapter sebelumnya yang spam komen banyak banget sampe bikin aku terharu 😭

Abigail udah muncul tuh. Kira-kira dia bakal jadi penghambat hubungan Jerome-Raline atau nggak ya?? Atau ku buat dia jadi paling nyebelin di story ini aja ya wkwk

Menurut kalian kadar bucin Jerome ke Raline udah berapa persen nih??

Ku tunggu spam komen dan vote biar bisa melebihi chapter sebelumnya 😂

Kalo banyak yang suka, aku pun bakal lebih semangat update nya ☺️

Continue Reading

You'll Also Like

52K 4.6K 39
Oh Sehun Dan Irene dua insan manusia yang di mabuk cinta . Kisah yang menceritakan Dimana seorang gadis bernama Irene Bae berusia 22 tahun terjebak d...
4.5M 134K 88
WARNING ⚠ (21+) 🔞 𝑩𝒆𝒓𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒘𝒂𝒏𝒊𝒕𝒂 𝒚𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉 𝒌𝒆 𝒕𝒖𝒃𝒖𝒉 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏 𝒅𝒂𝒏 �...
18.7K 2.1K 26
Kumpulan draft yang udah lama numpuk tapi masih ragu buat di post atau di lanjut ngetik nya. Ini semua draft Jaerose ya guys...
3.1K 360 15
Love Happens adalah buku kedua dari buku Do You Think I Have Forgotten About You? 📌 #adult and more tags inside 📌 writen by xxdrixxi 2024