Update lima kali dalam sehari,
cuma aku doang kayaknya yang bisa begini 😅
sebelum lanjut, aku boleh minta dukungan & semangatnya ngga sih dari kalian guys???
makasih banyak atas apresiasinya yaa! <3
Enjoy!
[ 🍓 ]
"Semalem lo kemana?"
Taehyung sedikit terhenyak saat ada pertanyaan tiba-tiba dari seseorang yang baru saja menghampiri di sebelahnya itu.
Itu Jeongguk, yang pagi ini menghampiri Taehyung yang sepertinya tengah sibuk memasak sarapan.
"Hey? Bangun dari kapan?"
"Baru beberapa menit lalu, gue bangun langsung keinget sama lo yang semalem tiba-tiba pergi."
Taehyung tersenyum kecil,
"Maaf ya? Semalam benar-benar urgent, saya harus menolong Irene, dapat telfon dari Lisa, Irene kecelakaan, tidak ada dokter yang mau bekerja disaat tengah malam seperti itu. Maka Lisa lah yang mengandalkan saya."
"Emang parah banget ya kecelakaanya?"
"Cukup serius, dia mengalami pendarahan di bagian kepala, mengalami patah tulang juga. Jadi harus benar-benar penanganan intens."
Mendengar semua itu, Jeongguk hanya bisa menganggukan kepalanya seolah memahami.
"Terus gimana dia sekarang? masih di rumah sakit?"
"Masih, dia tak sadarkan diri, Jeongguk. Irene mengalami kecelakaan yang cukup serius, sampai sekarang pun dia belum siuman."
"Astaga.. ngeri banget ya?"
Taehyung mengangguk, tapi terkekeh setelahnya.
"Semua kecelakaan memang ngeri, tapi selagi kita cepat menanganinya, semua akan teratasi dengan baik kok."
Jeongguk merespon hal tersebut dengan kekehan pongahnya.
"Jadi sebagai Dokter, lo bangga nih bisa tolong banyak orang?"
Taehyung mendengus geli, lalu mengangguk,
"Tentu, maka dari itu, kenapa sedari kecil saya bercita-cita ingin sekali menjadi Dokter, karena apa? Tujuannya karena saya ingin bisa menolong banyak orang."
"Mulia banget cita-cita lo.. Keren.." cicit Jeongguk yang sontak membuat Taehyung lagi-lagi tersenyum.
"Ini sekedar berbicara, atau emang ada niat untuk memuji?"
Jeongguk menoleh lalu memamerkan ekspresi kesalnya.
"Lemah lo? gue ngomong gitu?"
Taehyung menggelengkan kepalanya, terus kembali fokus pada masakannya. Sementara Jeongguk berjalan meninggalkan Taehyung untuk duduk di kursi meja makan.
"Mandi dulu, nanti baru sarapan." ujar Taehyung.
"Ah, males! dingin! pengen makan dulu, udah laper banget nih!"
Taehyung menoleh lalu terkekeh,
"Jorok sekali dong kalau begitu?"
"Ya emang kenapa? udah sikat gigi juga, jadi ngga masalah lah.."
Mendengar jawaban itu, Taehyung hanya bisa pasrah dan kembali sibuk dengan masakannya pagi ini.
"Oh ya—Taehyung!"
"Hm?"
"Nanti pulang kuliah ga usah jemput dulu ya? gue mau ada janji soalnya sama Jimin."
"Janji? Janji apa?"
"Biasa, dia mau traktir makan katanya, bareng sama pacarnya juga, Kak Namjoon."
"Jam berapa memang kira-kira? Dan sampai jam berapa?"
"Sekitar jam 2 siang, paling selesainya sorean, sampe jam 5. Nanti mau nonton film juga soalnya, hehe.."
"Hati-hati kalau gitu, ya? Di antara jam segitu saya juga sudah ada beberapa jadwal, jadi tidak bisa pantau kamu secara langsung."
Jeongguk mengangguk, "Iya, gapapa. Lo fokus aja sama kerjaan lo."
"Tapi nanti kalau sudah mau pulang, telfon saya saja, ya? Nanti saya jemput se-segera mungkin."
"Okeey!"
[]
"Ih! Kak Namjoon lama banget ngga ketemu! Kemana aja sih? Wahh, orang sibuk tuh beda yaa!"
Pekik Jeongguk saat melihat Namjoon—pacar Jimin, baru saja datang ke Hotel sudah mereka booking.
Entah lah, Jeongguk hanya ikut saja, Jimin yang mengajak ke Hotel sih, lalu apa boleh buat?
Namjoon memeluk Jeongguk bak adiknya sendiri.
"Haha bisa aja kamu, Gguk! gimana kabar kamu? baik kan? pernikahan sama Dokter Taehyung juga gimana? baik-baik aja kan?"
"Baik dong, Kak. Hehe," dan hanya di beri anggukan oleh Namjoon.
Setelah itu, Jeongguk bisa melihat jika Jimin dan Namjoon malah berciuman dengan bebasnya disana.
Mungkin sebagai tanda pertemuannya mereka lagi,
Ya tapi, apakah harus di depan Jeongguk secara terang-terangan seperti ini?
"Sayang, aku bawa ramen buat kalian, terus bawa juga susu kesukaannya Jeongguk. Ramennya tolong di seduh dulu, susunya kasih ke dia." Jimin pun mengangguk atas perintah pacarnya tersebut.
"Nih, yang!" kata Jimin sambil memberikan 3 susu kotak kesukaannya.
"Ih Kak Namjoon.. padahal gausah repot-repot beliin ini, mana banyak pula, duh.."
"Ngga apa-apa, Jeongguk. Di minum ya, di abisin kalo perlu. Tunggu ramennya mau di masak dulu,"
Jeongguk pun akhirnya menunggu selagi Jimin menyiapkan ramen kesukannya matang.
Selang beberapa menit, Jimin datang dengan membawa dua cup ramen ditangannya.
"Lho? kok cuma dua? buat Kak Namjoon gimana?"
"Dia ngga suka mie, Gguk." bisik Jimin.
"Kok bisa? Terus Kak Namjoon sukanya apa dong kalo gitu?"
Lantas Namjoon pun merangkak dan berbisik di hadapan Jeongguk.
"Park Jimin, aku sukanya itu, Gguk."
Ucapan Namjoon barusan tentu saja sangat membuat Jeongguk dibuat merinding karenanya.
Melihat ekspresi Jeongguk yang kikuk, Namjoon dan Jimin hanya bisa terkekeh geli karenanya.
Beginilah jika bayi polos di pertemukan dengan dua orang yang benar-benar dewasa.
"Udah ah! gausah di dengerin dia nya! yuk dimakan yuk ramennya! kesukaan lo banget kan tuh?"
Jeongguk mengangguk riang, saat dirinya baru menghirup aromanya saja—Jeongguk malah merasakan adanya tolakan dari perutnya.
Seperti ada rasa mual yang membuncah.
"Hoekk!"
"Lho? Gguk?!"
"Duh.. bau nya kok gaenak banget sih? beda sama ramen yang biasanya?"
Jimin menatap Jeongguk dengan kagetnya.
"Hah? Gimana? Masa sih beda?"
Karena penasaran, Jimin pun akhirnya mencoba menghirup aromanya, dan tidak ada reaksi apapun disana.
"Engga ah! Wanginya masih kayak biasa, enak.."
Jeongguk menggeleng, "Yang gue beda, Jim. Coba tuker deh!"
Maka ramennya pun di tukar disaat itu juga.
Jeongguk mencoba menghirup ramen milik Jimin, namun nihil. Hasilnya tetap sama,
Bau yang begitu menyengat.
"Hoekk!!"
"—anjir! ini juga sama Jim! Bauuu!"
Namjoon yang bingung pun mencoba mengambil ramen tersebut dari tangan Jimin lalu di hirup lah aromanya.
"Wangi ramen pada umumnya kok, Gguk." tutur Namjoon
"Nah kan, lo aneh deh, yang! Seenak gini kok masa dibilang bau sih.."
"Liat tanggalnya coba, siapa tau itu udah expired!" pekik Jeongguk panik.
Saat di lihat oleh Namjoon, pemuda itu menggelengkan kepalanya.
"Expirednya juga masih lama, Gguk. Tenang.."
"Ihh tapi bauuu! gue muall—duh.."
"—Hoekkk!!"
Karena dirasa perutnya sudah tidak enak, Jeongguk akhirnya berlari meninggalkan kedua temannya ke dalam kamar mandi.
Jimin pun reflek ikut berlari mengejar sahabatnya tersebut.
Jeongguk ternyata benar-benar muntah di closet hotel.
"Astaga.. lo nih kenapa sih Gguk? kok bisa kayak gini?"
Namjoon ikut menghampirinya dengan panik,
"Kamu sakit atau gimana, Gguk?"
"Ah, engga! dia dari tadi oke-oke aja kok sayang."
Jeongguk sudah terlihat lemas karena terlalu banyak mengeluarkan cairan dari mulutnya.
"Panggil suaminya coba, sayang. Taehyung kan Dokter tuh! Aku juga bingung kalo kayak gini keadaannya."
"Yaudah, kamu nih jagain dulu dia, aku mau telfon."
Namjoon mengangguk, menggantikan posisi Jimin yang menunggu Jeongguk muntah.
"Astaga Jeongguk.. maaf ya, harusnya kita seneng-seneng hari ini, tapi karena ramen yang aku bawa, kamu malah jadi kayak gini."
Jeongguk yang sudah lemas pun menggeleng.
"Ngga papa, Kak Joon. Ini bukan salah Kak Joon, ini tubuh akunya aja yang lagi ngga jelas, duh—"
"—hoekkk!" Jeongguk muntah cairan lagi untuk yang kesekian kalinya.
Tiba-tiba Jimin kembali datang menghampirinya,
Namjoon menoleh, "Gimana? Ada jawaban?"
Lantas Jimin pun mengangguk,
"Ada—tapi dia bilang katanya lagi sibuk sama kerjaannya. Dan itu ngga bisa di tinggal.."
"—duh gimana dong, sayang??"
Namjoon berdecak,
"Yaudah, kalo Taehyung lagi ngga bisa, kita aja yang bawa Jeongguk ke klinik, ya?"
"Iya deh, ayo!" seru Jimin panik.
"N-ngga.. Kak, gausah.. Aku gapapa kok, gausah di bawa ke klinik gapapa,"
"Jeongguk? Tapi kamu muntah banyak tanpa alasan? kamu juga udah lemes gini, gapapa. Kita kamu bawa dulu ya? Semoga ga kenapa-napa."
"Engga, Kak. Aku gamau.."
"Jeongguk?"
"Aku bilang gausah ya gausah! Aku maunya cuma Taehyung yang periksa aku!! Kalian paham ga sih??!!"
Di keadaan yang panik seperti ini, setelah berteriak, Jeongguk malah total menangis dengan alasan yang menurutnya sangat sepele itu.
Taehyung sibuk, dia tau.
Tapi apa memang benar-benar se-sibuk itu sampai tidak bisa di ganggu?
Di saat seperti ini, apa Taehyung lebih mementikan kesehatan Irene di bandingkan kesehatan suaminya?
[]
dateng lagi untuk yang kesekian kalinya.
semoga klean ngga bosen ya sama update-an aku 😔
tebakan apa yang bisa kalian simpulkan di chapter ini??
yang musti di marahi sekarang siapa?
jeongguk lagi?
atau taehyung lagi??
ramein terus yaaa, biar akunya makin semangat updatenyaa! 🍓