Pria tampan bermata biru itu terus mencari istrinya di sepanjang kawasan Brussel. Rasa lelah ditubuh tak dirasakannya.
"Tuan. Kita sudah mengelilingi seluruh penjuru Kota Brussel, tapi nyonya tak bisa ditemukan. Mungkin beliau sudah pergi jauh!" ucap pria kelahiran Spanyol itu dengan napas terengah.
"Bukankah tadi kau sudah melihat CCTV hotel? Dia kabur sendirian mana mungkin pergi jauh! Dengan hanya menguasai dua bahasa dia akan kesulitan berbicara dengan penduduk pedesaan. CARI DIA KEMBALI SAMPAI KETEMU!!"
"Tapi Tuan-"
Pierre menarik kemeja Jordi. "Kalau sampai nyonya kenapa-kenapa, AKU TAK SEGAN-SEGAN MEMBUNUHMU!! APA KAU MENGERTI?!!"
"Me-mengerti Tuan!" Pierre melepas cengkeramannya. Jordi berlari kembali mencari Revela.
Pierre mengeluarkan ponsel dalam sakunya.
Markus: "Iya Tuan?"
Terdengar suara isakan. Markus terdiam beberapa saat. Isakan berhenti.
"Markus ... dia ... dia kabur!"
Markus: "Siapa yang kabur?"
"Revela! Aku sudah mencarinya kemana-mana! Tapi tetap tak menemukannya!! Aku harus bagaimana? Tolong aku Markus! Aku bingung!!"
Isakan kembali terdengar.
Wanita itu lagi! Ternyata Tuan bisa menangis. Wanita memang makhluk mengerikan!
Markus: "Anda tenanglah! Sekarang juga saya akan terbang ke Belgia bersama para pengawal lainnya untuk mencari nyonya!"
Pierre kembali menuju hotel dengan langkah lunglai.
*
Stasiun Antwerpen menjadi salah satu stasiun termegah dan terindah di dunia. Terdiri dari beberapa lantai dengan jalur kereta di setiap lantainya. Di lantai atasnya terdapat berbagai toko, restoran makanan cepat saji dan minimarket.
Revela memegang perut bawahnya dengan wajah pucat yang hampir pingsan.
"Kau kenapa Revela?"
"Aku pusing dan perutku sakit sekali!"
"Apa kau sudah sarapan?"
Revela menggelengkan kepalanya.
"Ya sudah ayo kita masuk. Kita isi perut disana. Apa kau bisa berjalan?"
Revela terdiam terus memegang perutnya dengan keringat dingin. Terlihat kekhawatiran di wajah pemuda itu.
"Haah. Baiklah aku akan menggendongmu. Dan kau menggendong ranselku." Justin memakaikan ranselnya pada Revela. "Ayo naiklah ke punggungku!" Justin membungkukkan badannya.
Revela mulai menyondongkan tubuhnya, perlahan memeluk leher Justin dari arah belakang. Jantung pemuda itu berdegup kencang.
Kenapa aku deg-degan seperti ini padahal aku sudah terbiasa dengan pelukannya??
Justin mulai menggendong Revela dengan satu tangan kekarnya karena tangan satunya memegang koper wanita itu. Ia mulai berjalan perlahan menuju gedung Stasiun Antwerpen. Tubuh Revela bertumpu pada punggung kekar Justin hingga membuat pemuda itu merinding geli karena udara yang dikeluarkan oleh hembusan napas wanita itu ditengkuknya.
"Kau sungguh tak apa menggendongku?" tanya Revela dengan nada rendah.
Shit, hembusan napasnya benar-benar membuat tengkukku geli dan ... UUH!
Revela semakin mendekatkan wajahnya ke ceruk leher Justin. Membuat jantungnya semakin berdegup kencang.
"Apa kau merasa kesusahan? Turunkan saja aku. Tubuhku pasti berat!"
Telinga pemuda itu memerah karena hembusan napas Revela menyapu hangat telinganya saat berbicara. Hingga membuat libidonya naik. Ditambah lagi dengan tubuh mereka yang menempel hanya dipisahkan oleh beberapa helai kain.
Aku bisa merasakan seluruh lekukan tubuhnya. Uuh. Tubuhku terasa terbakar. Panas sekali! Kenapa pikiranku semakin tak karuan!!
"Justin??"
"Lebih baik kau diamlah tak usah bicara!"
Revela terdiam pemuda itu sedikit membentaknya. Baginya sosok Justin adalah pria hangat, lembut dan periang.
Mereka memasuki gedung stasiun. Mencari beberapa kudapan untuk mengganjal perut. Kemudian menuju loket. Setelah mendapat tiket, mereka segera masuk kedalam kereta api cepat Thalys. Tak lama kereta itu segera berangkat dengan tujuan Amsterdam.
*
Lounge Amigo Hotel, BRUSSELS
Seorang pria tampan bertubuh tinggi tegak, baru saja datang dengan jas mewah ditangannya. Kemeja putih yang terbuka dua kancing itu begitu basah kuyup dengan peluh, hingga otot didadanya tercetak jelas membuatnya terlihat sangat hot.
"Tuan," ucap Jordi dengan napas terengah-engah karena tak berhenti berlarian kesana-kemari. Ia terkejut mendapati tuannya tengah mabuk di siang bolong.
"Tuan anda mabuk? Bangunlah Tuan! Ayo istirahatlah di kamar hotel, Jangan disini!" Bodyguard itu berusaha membangunkan tuannya.
Pierre berusaha membuka matanya. "Hee, ada apa Jooo? Kauu tidak bisa menemukan istrikuh?" Jordi mengangguk. Pierre menepuk-nepuk kursi kosong disebelahnya. Jordi duduk disamping tuannya.
"Joh! Apa akuu begitu menjijikkan?"
"Siapa yang berkata seperti itu?"
"Jawab saja Jooh! Apa pendapatmu?"
"Bagiku Tuan begitu tampan, cerdas, setia, sangat hebat dan sangat kaya itu yang terpenting! Jika anda seorang wanita sudah saya pacari!"
Pierre terkekeh. "Percuma Jooh! Kehebatanku tak ada apa-apanya di mata istriku!"
Jordi menghela napas panjang. "Mungkin nyonya buta tak bisa melihat hati anda. Jika beliau mengenal anda jauh lebih baik dia pasti akan tergila-gila pada anda!"
Pierre tertawa kecil. "Joooh jawabanmu seperti kau yang menaruh hati padaku!"
Jordi tersenyum. "Kita sedari kecil tumbuh bersama. Kemana Tuan pergi ... saya selalu mengikuti anda, walau selalu ada Markus! Terkadang saya cemburu karena anda lebih mempercayai Markus!"
Pierre terkekeh. "Kau cemburu pada Markus??"
"Cemburu ... sangat cemburu!! Tapi bukan dalam artian seperti itu, aku masih normal! Tuan, ayo istirahat di kamar!" Jordi berusaha menarik tubuh tuannya. Namun Pierre menghempaskannya.
Pierre tertawa terbahak-bahak. Seketika terdiam. Raut wajahnya berubah menjadi sangat sedih. Kepala yang sudah berat itu ia sandarkan dipundak Jordi dengan wajah yang menyamping. Pria itu menatap kosong, buliran air mata mulai keluar membasahi kemeja Jordi.
Pierre tersenyum ketir. "Sakiitt ... sakit rasanyaa ... saat tau orang yang kita cintai ... tak mencintai kita!!" Lelaki itu mulai terisak dan memejamkan kedua matanya sambil memeluk Jordi.
Jordi mematung. Ia tak percaya sang tuan yang tidak pernah menangis seumur hidupnya kini menangis tak berdaya di pelukannya. Perlahan tangannya memeluk tubuh Pierre ikut merasakan kepiluan hatinya.
"SAYAAANG KAU DIMANAAAA?? Aku sangat merindukanmuuuh!! Mengapa kauu pergi meninggalkankuuu ...? Aku saangat kehilanganmuu! Hidupkuh tak berarti tanpamuuu! Aku sangat mencintaimuuuu!! I LOVE YOU ... MY LOVE!!!!"
Shit! Orang-orang akan menganggap kami GILA!
"Tuan-"
"DIAMLAH! Biarkan aku memelukmuh seperti iniii! Dan teruslaah memeluk DIRIKUH!!" ucap pria yang sedang mabuk berat itu.
Pierre terus meracau dan berteriak dengan sesekali terisak hingga membuat sang bodyguard yang tampan itu semakin tak nyaman karena orang-orang mulai memperhatikan tingkah aneh mereka.
"Wow... take a look!" (lihatlah) ucap seorang wanita yang sedang duduk santai di lounge lobi hotel.
"How romantic! What a sweet couple! Both are very handsome." Para wanita di lounge itu mulai gaduh.
"Let's take a picture of them!"
Jordi membulatkan matanya. "No, you guys DON'T SHOOT US!! We are not a couple! GO YOU GUYS!!!" Jordi marah.
"Tuan, ayo kita ke kamar!" Jordi berusaha kembali memapah tuannya.
"Jangan menyentuhku!! Aku tak mau tidur denganmu!! Sedikitpun aku tak tertarik padamu!!!"
"Bukan begitu maksudku Tuan!"
Mereka terus beradu mulut. Pierre terus meracau dengan berteriak meluapkan segala kesedihannya dengan orang-orang yang menyaksikan mereka dan memotret mereka dengan asik.
Jordi tak tahan lagi dengan semua itu. Harga dirinya begitu terluka.
"AKU SUNGGUH TAK TAHAN LAGI DENGAN PARA MAKHLUK MENGERIKAN INIIIIIIIIIIII!! AAAAAAAAAAARRRGHH!!!!"
***
BERSAMBUNG 💖
Published Nov 10, 2022 11:51 AM