RICHARD PIERRE FRANCOIS
______________________________
Laki-laki bermata biru dengan garis wajah rapi itu baru saja tiba di hotel. Dengan tubuh lelah ia langsung mencari istrinya. Revela sudah terbaring di atas tempat tidur dengan penutup mata karena sinar matahari yang masuk melalui celah-celah gorden, membuat terang seisi ruangan. Pierre berusaha membangunkannya.
"Sayaangg ...," ucap Pierre dengan napas menderu ditelinga istrinya. Entah kenapa hari itu dirinya begitu mengkhawatirkannya.
Wanita yang memakai cincin pernikahan di jari manis kanannya, tengah tertidur pulas tak kuasa menjawabnya. Ngantuk yang ia rasakan teramat sangat.
Kenapa perasaanku tak enak? Sejak di restoran tadi ... aku selalu kepikiran istriku. Syukurlah ternyata dia sedang tidur nyenyak!
Karena sang istri tak kunjung bangun, Pierre menciumi bibir merah wanita itu. "Nnnghh ...," Revela terbangun dan membuka penutup matanya. Ia terperanjat duduk diatas tempat tidur. "Mas sudah pulang? Bagaimana meeting di restoran tadi?"
Pierre tersenyum bahagia menatap Revela yang mulai perhatian padanya. "Semua berjalan lancar. Aku membawakanmu oleh-oleh!"
Revela tersenyum menatapnya. "Apa ini?"
"Bukalah!"
"Wow! Cokelat!!" Revela memeluk Pierre. "Makasih Mas!" Revela begitu senang mendapat cemilan favoritnya.
"Kembali Sayang!" Pierre membalas pelukannya dan mencium pipinya.
Revela melerai pelukan tersenyum menatapnya. "Ko Mas tau kalau aku penyuka cokelat?"
"Tau dong! Mas tau saat kita berkunjung ke Antwerpen. Kau begitu senang saat menemukan kedai cokelat! Mas akan membawakan cokelat untukmu setiap hari! Mumpung kita masih di Belgia!"
"Kalau makan cokelat setiap hari aku bisa gemuk!"
"Tak apa-apa Sayang, biar tak ada satu lalat pun yang melirikmu!!"
"APA??"
"Ahem! Maksud Mas ...,"-Pierre mencubit lembut dagu istrinya-"apapun yang terjadi padamu ... Mas akan selalu menerimamu apa adanya! Meski tubuhmu mengurus atau gemuk ... Mas akan selalu mencintaimu!" Pierre menatap lekat Revela, ada perasaan khawatir dihatinya. Lelaki itu hendak mendekatkan bibirnya. Namun Revela menghentikannya.
"Mas, aku-"
"No, please jangan menolak! Mas ingin menciummu. Seharian ini hati Mas tak tenang selalu kepikiran kamu!"
Pierre mencoba mendekatkan kembali bibirnya namun kali ini Revela tak menolaknya. Ada perasaan bersalah dihatinya. Ia pun menerima perlakuan mesra suaminya. Mereka mulai berciuman. Pierre mencium Revela dengan penuh kelembutan. Revela begitu menikmati ciuman itu.
Ada yang aneh dengan diriku, apa karena ciumannya yang lembut hingga membuatku begitu menikmatinya? Yah pasti karena itu! batin Revela.
Tiga menit berlalu, mereka menyudahi ciumannya. Pierre mengusap lembut bibir istrinya yang belepotan karena ciuman tadi.
"Sayang, apa kau bersedia akhir pekan bertemu kolega Mas? Dia mengajak kita dinner bersama istrinya di Hotel Brussels."
"Aku mau, Mas! Aku jenuh berada di kamar hotel terus!"
"Benarkah?" Revela mengangguk.
"Terimakasih Sayang!" Pierre kembali memeluk Revela dan mencium keningnya. "Maaf, Mas selalu sibuk! Setelah proyek ini selesai secepatnya kita ke Prancis menemui kedua orang tuaku!"
"Apa mereka seram?"
"Maksudmu?" Pierre melerai pelukan.
"Orang tuamu Mas. Mertuaku! Apa mereka menyeramkan?"
Pierre tersenyum. "Mereka tegas, disiplin tapi baik! Kau tenang saja, setelah mereka mengenalmu mereka pasti akan sangat menyukai wanita pintar sepertimu!"
Revela hanya tersenyum menatapnya ragu.
"Kalau kau merasa jenuh, kita makan di Hotel Brussels sekarang. Sekalian reservasi tempat itu untuk pekan nanti!"
"Maaf Mas, aku tak bisa. Aku sakit!"
Pierre cepat-cepat memeriksa kening Revela. "Keningmu tak panas kok. Kau baik-baik saja!"
"Iya. Tapi kakiku ...." Revela tak melanjutkannya.
Gawat aku keceplosan!
Pierre segera membuka selimut itu. Ditemukannya pergelangan kaki istrinya dibalut perban.
"Kakimu kenapa Sayang?!" Pierre sangat khawatir. "Kau kenapa?!"
"Ah tidak apa-apa, hanya cedera kecil."
"Cedera? Pantas saja Mas begitu khawatir seharian ini! Jelaskan pada Mas, apa yang terjadi denganmu?" Pierre semakin khawatir.
"Tadi pagi aku sempat joging dan tak sengaja terjatuh terus kakiku terkilir."
"Mas akan panggilkan dokter!"
"Ah tak usah! Tadi aku memanggil tukang pijat!" kilah Revela.
"Tukang pijat? Pierre menatapnya ragu. "Kalau tulang mu ada yang retak bagaimana??"
"Mas. Aku sudah tak apa! Sungguh! Percayalah!" Revela memohon dengan mengerutkan dahi.
"Sayang ...!" Pierre memeluk erat Revela. "Saat rapat tadi ... pikiran Mas kacau sekali! Entah kenapa ... Mas seperti akan kehilanganmu untuk selamanya! Mas tak mau itu terjadi!"
Mendengar itu semua, Revela hanya terdiam mematung di pelukan Pierre.
*
INDONESIA
Seorang pemuda blasteran Indo-Korea tengah melamun didalam apartemen. Ia tak bisa fokus dengan pekerjaannya karena pemuda itu begitu mencemaskan seseorang.
Vela, bagaimana kabarmu? Kenapa pesanku tak pernah kau balas? Aku sangat merindukanmu ...!
"Aku akan menyusulnya ke Brussel. Aku akan memperjuangkan cintaku! Sekali lagi akan ku utarakan hatiku padanya. Aku tak peduli ... sekalipun dia TELAH MENIKAH!"
"AAARRRGGHH!!" Alfian membanting kan benda-benda disekitarnya. Laki-laki yang dikuasai amarah itu meraih ponsel yang sudah lama sunyi.
"James, belikan aku tiket ke Brussel malam ini!"
"Aku titipkan perusahaanku disini padamu!"
Alfian menutup panggilannya.
Gerimis mulai mengguyur apartemen mewah miliknya. Hawa dingin mulai merasuki. Alfian beranjak mengambil segelas martini untuk menghangatkan tubuhnya. Amarah dan kesedihan pemuda itu semakin memuncak.
"ARRGGGHH!!" Alfian berteriak membantingkan gelas yang sudah kosong itu.
"AKU BISA GILA JIKA TERUS SEPERTI INI!! Selama ini ... aku belum pernah kehilangannya!"
Laki-laki itu terisak ditengah suara gemerincik hujan. Alfian mengeluarkan kesedihannya yang selama ini ia pendam. Pemuda itu terus meracau sambil mengepak barang. Semua isi hatinya ia tumpahkan. Malam itu juga dirinya terbang ke Brussel menyusul Revela.
***
BERSAMBUNG 💖
Published Okt 24, 2022 9:44 PM