Setelah dua minggu berjalan, aku kembali ke hutan ini. Hutan yang sunyi, sepi, dan cukup mencekam. Semua orang tahu hutan ini karena ketenarannya yang dikenal sebagai tempat populer untuk bunuh diri. Maka dari itu aku memutuskan untuk menjadi relawan di hutan ini.
Hari ini adalah jadwalku bertugas menggantikan rekan kerjaku. Setelah dua minggu, relawan lain akan datang untuk bergantian. Begitu seterusnya.
Tangan kananku membuka pintu rumah relawan. Terasa sejuk di dalam karena hutan ini terletak di kaki Gunung Fuji. Setelah menyeruput teh panas, aku memutuskan untuk melakukan patroli keliling hutan. Agar tidak tersesat, aku selalu memegang pita penuntun.
Sebenarnya tugasku tidak terlalu sulit, namun tidak juga mudah. Aku ditugaskan untuk mencegah mereka yang datang ke sini untuk bunuh diri. Hampir semua rekan-rekanku berhasil menggagalkan rencana bunuh diri seseorang saat mereka bertugas. Namun aku yang terhitung sebagai anak baru, belum pernah menyelamatkan seorang pun. Malah saat itu aku terlambat mencegah mereka bunuh diri.
Crek! Aku sepertinya menginjak sesuatu.
Saat aku berjongkok dan melihat lebih dekat, ternyata aku tidak sengaja menendang sebuah kotak kecil. Aku membersihkan kotak itu dari tanah dan debu. Kotak beludru merah itu terlihat usang. Aku melihat sebuah kalung emas dengan liontin huruf M, sepasang anting, dan sebuah cincin berada di dalamnya.
Setelah ku dekatkan kalung itu ke depan mataku, sepertinya aku mengenali benda ini.
Deg.
Miya, kenapa kalung mu bisa ada di sini?!