RASYID

Da enyagain

10.5K 1.8K 429

Di tengah gempuran orang-orang yang banyak memilih menikah muda, Rasyid masih asik jadi RT. Masih senang main... Altro

SATU
NASIB RT
MASALAH MULAI DATANG
JADI PIHAK KETIGA
JAMINAN JOMBLO
KEKACAUAN
RASYID SI ANAK ORANG KAYA
DETECTIVE RASYID
ANEH
RUMOR
RASYID PENGEN NIKAH
CALON PACAR
SITUASI SULIT
RASYID BERULAH
RASYID COSPLAY
JIWA KAYARA
KAYARA EROR
BUKAN JODOH
PERJUANGAN RASYID
RASYID SEBENARNYA
RASYID DENGAN TINGKAHNYA
KAMPUNG DUKU TEMPAT JATUH CINTA

DUA

854 124 39
Da enyagain

Kabar soal Rasyid yang masuk ke Rumah Sakit terdengar ke arah perkampungan sebelah komplek rumahnya. Entah siapa yang memberitahukan, para ibu-ibu menjenguknya.
Rasyid si pengangguran namun kesayangan para ibu-ibu di kampung sebelah. Entah bagaimana ceritanya, Rasyid menggantikan jabatan Shila menjadi RT. Sasi yang kampenye, Rasyid yang menang. Dunia memang sekejam itu. Dan untungnya para ibu-ibu sudah pulang sejam yang lalu.

"Kamu itu baru di tinggal berapa menit doang sama Syarief, udah begini. Gimana kalau Syarief nikah, bisa mati kamu."

"Mah, Syarief lebih muda dari abang."

"Sadar juga kamu." Rasyid meringis pelan. Ia hanya terbentur lantai, dan memang seharusnya tadi mendengar kata Edo untuk tidak pergi ke rumah sakit. Akhirnya apa? Ya begini nasib bujang yang akan selalu mendapatkan ceramah dari sang ibu.

"Mah, parah emang bang Rasyid. Udah tau jadi erte, kelayapan aja. Emang paling cocok sih erte untuk orang pengangguran." Nah sudah tau pastinya suara yang ingin Rasyid masukin cimol atau mungkin cilok supaya diem. Kalau melihat Rasyid menderita, selalu saja menista. Siapa lagi kalau bukan adik sepupunya, tentu saja Sasi. Memang siapa yang berani menghina Rasyid? Jelas hanya Sasi.

"Diem lo mulut nyindir. Kerja sono, kagak bakal kebeli susu nanti."

"Mohon maaf bang Rasyid si jomblo menahun, gue anak orang kaya. Suami gue kaya, kakek suami gue kaya, kalau gue jangan di tanya."

"Masih saja sombong." Seorang Dokter masuk dengan gaya judesnya. Sasi, menatapnya kesal. Merusak kesenangan Sasi saja. "Kebentur lantai doang, masuk rumah sakit. Bayi lo?!"

"Kayara? Woah Kayara akhirnya lo bangkit juga. Yum, kasian gue. Lo kagak tau aja sakitnya kepala gue." Rasyid menatap Kayara yang kini berjalan ke arah sampingnya. Ada sedikit yang beda dari Kayara saat terakhir mereka bertemu. Entah mengapa Rasyid merasa asing melihat sikap Kayara yang sekarang.

"Yum? Sejak kapan lo manggil Dokter Kayara seenaknya?" Tanya Sasi heran. Lalu Sasi menatap Kayara yang acuh akan dengan panggilan Rasyid.

"Dih, bebas lah. Yang punya nama aja kagak keberatan. Yakan Kayara Ayumi si mulut judes."

"Terserah lo, abang Rasyid si sombong dengan mulut pedesnya." Rasyid menatap Kayara kesal. Sepertinya ia akan memiliki musuh selain Sasi.

"Betewe, lo udah kenyang bertelur di kota orang?" Kayara hanya menghela nafas berat. Ia datang ke ruang rawat untuk memeriksa keadaan pasien. Tanpa di sangka pasien yang akan Kayara cek, ternyata pria yang tidak pernah berubah dengan kelakuan anehnya.

"Gue beranak bukan bertelur." Ujar Kayara yang mendapatkan tawa pecah dari Sasi dan mamanya. "Kepala lo masih aman."

"Alhamdulillah kalau aman, gue masih ganteng."

"Syid."

"Gue harap lo kagak bikin gue kesel kalau ngomong, Yum."

"Gue mau cek kondisi lo."

"Oke." Rasyid berbaring, ia menatap wajah Kayara dengan seksama. Sialan. Rasyid masih ingat gombalan Kayara yang membuatnya jadi salah tingkah. Rasyid kira, ia tidak akan bertemu lagi dengan sosok Kayara. Nyatanya? Sekarang Kayara berdiri di hadapannya. "Anak lo, udah berapa Yum?"

"Pertanyaan yang cocok buat lo." Sasi terkikik geli. Mampus sudah Rasyid bertemu dengan Kayara. Sama-sama julit. "Gue masih muda."

"Periksa gue cepetan." Rasyid memalingkan wajahnya dari Kayara, detak jantungnya tak karuan. Apa maksudnya? Kenapa ia merasa lega dengan ucapan Kayara. Ini tidak benar, Rasyid harus segera keluar dari rumah sakit. Kalau tidak, tiap hari ia bisa ketemu Kayara terus.

"Dokter, kenal sama anak tante?" Oh Tuhan, Rasyid melupakan sosok mama yang sejak tadi berdiri di samping Sasi. Benar-benar sangat sial.

"Mah, Dokter Kayara ini teman Sasi. Kenal sama abang tuh sekali doang, pas di toko kue Shila." Rasyid mengangguk dengan perkataan Sasi. Sepertinya Sasi sadar dengan pertanyaan mamanya. Jiwa ibu-ibu yang akan menjodohkan anaknya. Mama memang mudah di tebak oleh Saai. "Sasi pulang, ya."

"Sama siapa lo?" Tanya Rasyid dengan wajah datar. Entah mengapa Rasyid dan Sasi memang selalu saja ada ketegangan setiap bertemu.

"Suami gue dong." Sasi mencium tangan mama, sebelum keluar ia memukul pundak Rasyid pakai tenaga. Saking kerasnya, Rasyid kesakitan. Andai bukan adik sepupu, sudah Rasyid ajakin berantem. Kalau lawannya Sasi, mana mungkin Rasyid berani. Pawang Sasi berduit semua.

"Bang erte, lurah Sidik mau nyalonin lagi."

"Nyalonin apaan, mpok? Nyalonin kucing?"

"Haduh bang erte kagak tau apa, ye? Itu pemilihan Lurah lagi, nah Lurah Sidik mau nyalon lagi."

"Bener bang erte, kagak bosen dia jadi Lurah berturut-turut." Ucap suara ibu satunya. Rasyid nampak menghela nafas bera. Lurah satu ini memang senang sekali memancing kekesalan warga. Apa dia tidak tau the power of emak-emak? Mari saksikan apa yang akan terjadi.

"Mpok Alpa tau dari mana coba?" Mpok Alpa adalah teman tongkrongan Rasyid kalau sedang tidak ada pekerjaan.

"Elah, gue sama mpok Nina liat, yakan mpok?" Nina, ibu beranak satu yang selalu membela kebenaran di kampung DUKU. Rasyid selaku RT selalu mendengar kesah keluh warga. Lurah Sidik menjadi ancaman bagi warga kampung DUKU. Katanya sih Lurah satu itu selalu saja curang.

"Ya udah biarin aja mpok."

"Kagak bisa!!" Rasyid terjengkang kaget karena teriakan mpok Alpa. Begini amat jadi RT, kayak kagak ada harga dirinya. Lagi enak-enak main catur, ada saja yang gangguin. Pasti mpok Alpa sama mpok Nina yang selalu membawa kabar dan info. "Kita harus hentikan. Makin kacau kalau si Sidik jadi Lurah. Ingat banget gue, pas ada bantuan yang menang keluarga dia."

"Gue setuju sama lo, mpok. Makin di biarin, makin kurang ajar emang." Rasyid menoleh ke arah mpok Nina yang menyaut ucapan mpok Alpa. Ini dua racun emang senang banget bikin Rasyid galau. Masa Iyah Rasyid mau diam saja lihat warganya di zolimi begini. Harus berantas.

"Turutin aja, Syid." Suara seseorang yang sudah tua, lawan main catur Rasyid. Beliau sudah menyandang jadi nenek, namun masih semangat. Namanya Nenek Asih, semua memanggilnya Ambu. Nenek Asih adalah Nenek Shila yakni teman Sasi sekaligus yang dulu jadi RT.

"Bukan Rasyid nggak mau, Ambu. Kita nggak bisa main hakim sendiri. Kalau si Sidik jari itu mau mencalonkan diri, nggak bisa di larang." Rasyid menatap semua ibu-ibu dengan anggukannya. "Karena nggak ada peraturan dalam pemilihan sebagai Lurah."

"Iyah juga, ya. Tapi gue keburu jengkel sama tuh bocah baru lahir kemaren sore. Gaya banget jadi Lurah, segala demen pake mobil. Halah mobil begitu doang pamer terus."

"Sabar mpok, sabar. Ini gue yang pusing." Kata Rasyid dengan wajah yang melas. Hidup jadi pengangguran, selain kerjaannya catur, Rasyid harus memikirkan warganya.

"Bang erte. Gue mau protes." Nah siapa lagi ini? Haduh Rasyid emang paling payah kalau soal mengingat wajah orang. "Masa gue di larang mau adain hajatan di lapangan. Mana gue nikah minggu depan. Bang erte, tolonglah."

"Lah? Yang hajatan lo, kenapa di larang? Kan itu lapangan bebas."

"Makanya itu bang erte tolongin."

"Emang siapa yang larang?"

"Lurah Sidik."

"Kan apa kata gue, itu Lurah ada masalah sama otaknya. Orang mau hajatan, malah di larang. Emang dia yang punya Bumi?" Jantung Rasyid tak karuan berdetak. Ucapan mpok Alpa emang selalu nyampe ke hati hingga membuat sesak nafas.

"Nama lo sape?"

"Ayu, rumah yang di gang sempit tetanggan sama bu Ijah, lupa mulu."

"Gue emang payah kalau ingat muka orang." Rasyid berdiri dari duduknya. Ia menatap pohon besar tempatnya nongkrong. Kalau suntuk datang ke bawah pohon, pasti ada Ambu lagi nyapu.

"Gimana bang erte? Kita kagak bisa diem aja begini." Rasyid ingin sekali menjitak kepala mpok Nina. Tidak sabaran sekali untuk mengambil tindakan. Rasyid saja masih bingung.

"Gimana, ya? Gue lagi mikir mpok, supaya si Sidik jari itu kagak bikin resah warga."

"Kelamaan mikir lo." Rasyid menoleh ke arah mpok Alpa. Ibu satu ini emang tidak sabaran. Rasyid takut menyalahgunakan jabatannya sebagai RT. Ia juga harus hati-hati.

"Ada apaan nih, kagak ngajakin gue? Kan, gue udah bilang ama lo, Syid. Kalau ada rapat tungguin gue. Kan lo pada tau, gue jemput anak dulu. Elah, ketinggalan mulu dah." Satu lagi ibu-ibu yang sama persis mirip Alpa dan Nina. Tiga ibu-ibu ini juga lumayan meresahkan otak Rasyid.

"Lo tau si Sidik?" Tanya Alpa ke arah Ibu-ibu yang baru saja gabung.

"Nape lagi tuh bocah?"

"Nyalonin diri lagi mpok, jadi Lurah. Makanya gue kesel."

"Setan!!" Rasyid yang diam membisu terjengit kaget. Sungguh, jika ia menghadapi ibu-ibu ini harus siapa siaga memegang detak jantungnya. Apalagi mpok Hindun yang di kenal karena garang. Anak dia masih kuat kalau marah-marah. "Kagak ada kapoknya itu bocah. Nantangin banget. Kagak kapok dia jadi Lurah."

"Nah kan, mpok Hindun ngamuk itu tandanya udah kelewatan." Sela Alpa dengan wajah kesalnya. Hanya Rasyid dan Ambu yang diam. Rasyid diam karena ia tidak bisa melawan para ibu-ibu ini. Sedangkan Ambu, memang selalu diam saja kalau ada masalah warga kampung Dulu.

"Ambu." Panggil Rasyid, seolah paham Ambu mengangguk. Haduh harus banget apa Rasyid turun tangan. Kalau kayak gini, ia tidak akan tenang jadi RT. Pasti akan banyak musuh. "Yaudah ayok labrak."

BAPAK ERTE YANG JOMBLO

Continua a leggere

Ti piacerà anche

449K 48.9K 96
Sang CEO tampan mahabenar akhirnya mantu di usia yang masih thirty something, satu anggota keluarga baru akhirnya hadir. Tapi pekerjaan rumahnya belu...
RINDU ALAM (COMPLETED) Da shinshin

Romanzi rosa / ChickLit

90K 6.7K 60
Aulia bangkit dari kematian. Ia mencoba menemukan kembali kepingan-kepingan dari masa lalunya, bertemu teman-teman dan orang-orang yang sayang padany...
580 98 18
Ini kisah anak SMA yang benar-benar di luar dugaan. Percayalah, tidak akan ada yang percaya kalau ini kisah anak SMA. Bahkan, penulisnya pun ragu kal...
148K 5.3K 45
Ini tulisan anak baru lahir :"v baca ae dah. Kalo suka vote kalo ga suka ya udah diem ae :"v