Love Shoot! | Sungsun โœ”

By piscesabluee_

133K 13.1K 1.5K

[COMPLETED] "Fuck a princess, I'm a King." Kenneth Raymond, adalah seorang cucu laki-laki dari pemilik perusa... More

-PROLOG
-Meet The Characters
One
Two
Three
Four
Five
Six
Seven
Eight
Nine
Ten
Eleven
Twelve
Thirteen
Fourteen
Fiveteen
Sixteen
Seventeen
Eighteen
Nineteen
Twenty
Twenty Two
Twenty Three
Twenty Four
Twenty Five
Twenty Six
Twenty Seven
Twenty Eight
Twenty Nine
Thirty
INFORMATION

Twenty One

3.1K 352 53
By piscesabluee_


Uncle George adalah salah satu pelayan keluarga Fillmore yang mengabdikan hidupnya untuk menemani Harry, selama pelariannya ke amerika sejauh ini. Bisa dibilang uncle George adalah orang tua dari Harry, pria berusia enam puluh dua tahun tersebut selalu memberi banyak nasehat, meski awalnya Harry menertawakan setiap wejangan yang ia beri, tapi Harry akan mematuhinya. Termasuk untuk tidak bergabung dengan kelompok para mafia.

Uncle George bahkan menyarankan Harry untuk menikah saja, dilihat secara umur Harry sudah sangatlah pantas untuk memiliki seorang istri. Tapi selama bertahun-tahun uncle George menemani Harry di atas yacht-nya, tidak satupun perempuan yang pernah Harry bawa kesini. Selalu Harry yang pergi keluar dan tidak pulang berhari-hari.

Uncle George juga mengetahui obsesinya tersendiri Harry pada Steve, dan dia hanya bisa geleng-geleng kepala. Tapi baru kali ini uncle George melihat pria tampan tersebut duduk termenung sendirian, makan pun hanya sedikit, musik yang biasa ia putar dengan volume kencang mulai tidak terdengar.

Harry lebih suka duduk termenung sambil menatap langit yang akhir-akhir ini sering mendung. Terhitung sudah tiga hari Harry bersikap seperti ini, terutama sejak kepulangannya dari Denver. Setiap kali uncle George bertanya ada apa, Harry selalu menjawab tidak ada apa-apa. Sikap Harry membuat uncle George curiga, kalau ternyata pria tampan itu sedang patah hati.

Sedikit mengejutkan dan membuatnya penasaran. Perempuan seperti apa yang bisa membuat anak majikannya bersikap seperti ini? Jika benar Harry patah hati karena seorang perempuan, uncle George akan melakukan apa saja untuk membawa wanita itu kesini. Sudah pasti perempuan itu sangat berarti bagi Harry.

"Siapa?" tanya uncle George pada Harry yang masih dalam posisi yang sama sejak pagi tadi. Berbaring di sofa dengan kacamata hitam yang tidak pernah la lepas.

"Apanya yang siapa uncle?"

"Wanita itu."

"Wanita mana?" tanya Rei dengan nada tidak bersemangat.

"Wanita yang saat ini sedang kau pikirkan."

"Siapa bilang aku memikirkan seorang wanita? Aku sedang memikirkan lelaki yang sangat cantik, ia adalah Kenneth."

Satu lagi yang membuat uncle George heran dengan tingkah Harry. Nama Kenneth yang ia beri untuk kapal terbarunya. Karena sudah mengenal Harry cukup lama, uncle George jadi tahu tentang kebiasaan dan kesukaan pria itu, termasuk kegemarannya yang menamai setiap kapal dengan nama bintang victoria secret. Dan setahu uncle George tidak ada satupun angels vs yang bernama Kenneth.

Kalau dugaannya tidak salah, mungkin lelaki yang sedang Harry pikirkan akhir-akhir ini adalah Kenneth. Uncle George harus mencari tahu tentang itu, seperti apa Kenneth sebenarnya sehingga bisa membuat anak majikannya patah hati.

Uncle George juga agak sedikit kaget mendengar Harry menyukai lelaki, tapi setahu uncle George Harry tidak pernah menyukai seseorang dengan memandang gendernya. Mau itu pria ataupun wanita ia akan tetap suka dan cintai.

Dan malam harinya uncle George mendapat laporan lengkap tentang Kenneth Raymond, dan dibuat senyum-senyum sendiri membaca data diri beserta keterangan tambahan yang lain. Termasuk hobi menembak dan akan bertunangan dengan Steve Smith. Pantas Harry patah hati, saingan untuk mendapat perhatian lelaki cantik ini adalah Smith, sudah pasti Harry patah semangat. Apalagi dari penglihatan uncle George, Kenneth bukanlah tipe lelaki yang mudah goyah. Pintar sekali Steve menggaetnya sebagai calon nyonya Smith. Kenneth sepertinya juga akan cocok menjadi nyonya Fillmore, seandainya lelaki itu mau.

Uncle George pun ingin bertemu secara langsung dan membawa kapal Kenneth menuju perairan Los Angeles. Dari data yang ia dapat, sudah dua hari ini Ray kembali pada rumah sahabatnya. Harry yang sedang tidur tidak tahu akan siasat licik pamannya.

Hoek.. hoek..

Ray yang baru keluar dari kamar tidurnya langsung berlari ke arah sumber suara. la pikir akan menemukan Bryan yang sedang muntah-muntah, nyatanya malah Will yang terkulai lemas di depan wastafel. Matanya berair dan wajahnya pucat.

"Kamu hamil Will?"

Willard mendongak dan menatap tatapan Ray melalui cermin. Laki-laki cantik itu mengangguk.

"Felix tahu soal ini?"

Lagi-lagi hanya anggukan yang Ray dapat.

Inikah alasan Felix menyuruhnya mengemasi barang-barangnya di LA dan membawa Will ke Colorado?

Berita tentang rujuknya Vin dan Bryan sudah tersebar, Vin yang tidak mau Bryan terjun ke dunia hiburan lagi menyuruhnya berhenti dan menjual rumahnya yang di LA agar Bryan bisa tinggal di Las Vegas. Tentu saja hal itu terjadi setelah Ray, Bryan, dan Will berbicara enam mata.

Ray dan Will memutuskan untuk kembali ke Colorado, karena Felix sudah berencana untuk menikahi Will. Sedang status Ray pun akan segera bertunangan dengan Steve, tidak mungkin ia tetap di LA kalau calon tunangannya ada di Denver.

Karena itu sudah tiga hari ini ketiga lelaki cantik itu berkemas, dan besok mereka akan berpisah menuju tujuan masing-masing. Rencananya hari ini mereka akan bersih-bersih saja, karena barang-barangnya sudah dipacking dalam kotak kardus, tapi begitu bangun Ray malah mendengar suara muntahan Will.

Ray tidak menyangka bahwa Will akan hamil, setahunya kakaknya yang satu itu amat sangat berhati-hati. Sepertinya Felix sudah bisa mengatasi rasa ketakutannya yang tidak jelas itu.

"Kau sudah periksa ke dokter?"

Ray membantu Will duduk di meja makan dan membuatkan roti isi selai pada wanita itu.

"Sudah. Minggu lalu aku pergi kesana dengan Felix."

Will menyuruh Ray mengambilkan vitamin yang la letakkan diatas lemari pendingin.

"Inikah alasan kalian harus menikah secepatnya?"

Will menggeleng, "Dia sudah mengajakku menikah bahkan sebelum aku dinyatakan hamil. Kurasa hamil hanyalah bonus atas lamaran Felix."

"Sepertinya kau senang."

"Tentu saja." wajah pucat Will tersenyum lebar hingga membuatnya terlihat semakin cantik. "Aku akan menikah dengan pria yang ku cintai dan sedang mengandung anaknya, tidak ada yang lebih membahagiakan dari itu. Kamu kan tahu sendiri seperti apa keluarga ku dulu. Rasanya saat mendengar aku akan menjadi seorang papa, Tuhan sedang memberiku kesempatan baru untuk memiliki keluarga sendiri."

"Kamu memang pantas mendapatkan hal itu Will."

Ray membantu Will meminum vitaminnya. "Jadi di dalam lemari pendingin itu susu ibu hamil milikmu?"

"Iya. Aku baru minum sekali dan langsung mual."

"Kupikir itu susu ibu hamil punya Bryan."

"Apanya yang punya ku?" tanya Bryan yang baru saja turun. Lelaki itu sudah siap dengan pakaian joggingnya.

"Will hamil." kata Ray.

"Really?"

Bryan langsung melompat dan memeluk Will dengan sayang sambil mengucapkan selamat. Keduanya langsung menangis bersamaan, dibanding dengan Ray, Will memang lebih dekat dengan Bryan, apalagi Bryan jugalah yang telah menolongnya dari keluarganya dulu. Bryan juga yang mengenalkan sebuah keluarga baru padanya.

Bagi Will orang yang paling berarti di dunia ini adalah Bryan, yang kedua Felix, dan yang ketiga adalah Ray.

"Sudah hentikan tangisan kalian. Felix dan Steve sedang ada rapat, jadi baru nanti sore mereka bisa datang menjemput kita. Bagaimana kalau kita jalan-jalan bertiga untuk terakhir kalinya di LA?"

Will dan Bryan mengusap air mata mereka dan menyetujui usul Ray. Bahkan niat Bryan untuk jogging langsung hilang begitu saja.

Satu jam kemudian mereka sudah siap dengan pakaian hang out mereka, dan terhenti di depan pintu saat seorang pria paruh baya seperti hendak memencet bel rumah milik Bryan berdiri termangu disana.

"Bapak cari siapa ya?" tanya Bryan hati-hati.

"Maaf mengganggu, saya ingin bertemu dengan Kenneth Raymond."

Will dan Bryan langsung menoleh pada Ray yang berdiri di belakang mereka.

"Saya?" tanya Ray, "Ada apa ya pak?"

Pria tua itu membungkuk dan memperkenalkan diri, "Nama saya George Henman, saya paman dari Harry Fillmore Sudah tiga hari ini Harry sakit, dan sepertinya hanya kedatangan anda yang bisa menyembuhkannya."

Ray langsung melongo mendengar hal itu. Will dan Bryan mengernyit bingung karena tidak mengenal siapa itu Harry.

"Apa itu tidak berlebihan ya pak? Seharusnya anda memanggil dokter, bukannya saya."

Uncle George tersenyum, "Saya sudah hidup selama enam puluh dua tahun, percayalah penyakit yang ini hanya bisa sembuh dengan kedatangan anda."

Ketiga lelaki submisiv itu saling berpandangan tidak mengerti.

"Tolonglah. Sekali ini saja." pinta uncle George membuat Ray tidak enak hati. Jika memandang uncle George mengingatkan Ray pada kakeknya, karena itu Ray tidak bisa bersikap kasar seperti yang selama ini ia lakukan pada Harry.

"Tunangan saya bisa marah pak kalau saya menemui Harry."

"Sekali ini saja. Hanya sebentar. Setelah ini saya janji untuk tidak mengganggu anda lagi."

Ray menghela nafas panjang, menghubungi Steve pun tidak bisa ia lakukan, karena sepuluh menit yang lalu Steve berpamitan padanya untuk memulai rapat. Dan mungkin baru nanti siang rapat penting itu akan selesai. Jika sampai Steve tahu ia akan pergi menemui Harry, pria itu pasti akan langsung terbang kesini dan melupakan rapatnya.

Ray tahu Steve sangat mencintainya, tapi ia tidak mau menjadi alasan atas mangkirnya Steve dari pekerjaannya yang penting. Apalagi posisi Steve sekarang bukanlah bawahan, melainkan pemimpin tertinggi. Ray tidak mau hal itu menjadi contoh buruk bagi anak buahnya.

"Ini pertama dan terakhir kalinya, dan hanya sebentar." kata Ray membuat senyum terbit di bibir uncle George. "Apa teman-teman saya boleh ikut?"

Uncle George melihat Bryan dan Will bergantian, dan langsung mengangguk. "Tentu saja. Silahkan."

Belum sempat mereka beranjak, suara Will yang sedang mual membuat langkah mereka terhenti. Submisiv yang sedang hamil muda tersebut langsung berlari ke belakang.

"Sepertinya Will tidak bisa ikut." kata Bryan, wajahnya mulai khawatir. la bingung harus pergi menemani Ray atau tinggal menemani Bryan.

Ray yang mengerti akan hal itu mulai memegang bahu Bryan, "Pergilah melihat Will dan temani dia. Aku bisa menjaga diriku sendiri."

"Kau yakin?"

Ray mengangguk.

"Anda tidak perlu khawatir tuan, saya tidak akan mencelakakan tuan Kenneth. Anda bisa menyerahkan nama saya pada tuan Smith. Dia pasti tahu siapa itu George Henman."

Seperti itulah Bryan melepas Ray pergi. Setelah mobil hitam milik uncle George menghilang,

notifikasi pesan dalam ponsel Bryan mulai berbunyi. Jika dalam dua jam aku tidak memberi kabar, kau bisa menghubungi Steve. Dia pasti tahu harus mencariku kemana.

Harry mungkin sedang bermimpi, setelah kemarin sore ia diserang hawa dingin yang menusuk dan tidak punya tenaga sama sekali untuk bangun. Pagi ini ia melihat Kenneth diatas Kenneth nya.

Ray terlihat cantik dan sedang mengompres keningnya. Wajahnya terlihat masam namun tetap mempesona. Harry baru sadar bahwa apapun yang Ray lakukan amat sangat menarik di matanya.

Harry tidak pernah merasakan hal seperti ini seumur hidupnya, begitu juga dengan sakit yang ia rasa sejak kemarin.

"Hai..." ucap Harry dengan lirih pada bayangan Ray. Tangannya terulur dan menyentuh pipi mulus itu, ia bisa merasakan kelembutannya dan jadi yakin bahwa ia sedang tidak bermimpi.

"Kalau ini mimpi tolong jangan bangunkan aku." bisik pria itu sebelum matanya kembali terpejam.

Ray tidak suka dalam posisi seperti ini, merasa kasihan pada pria yang tidak ia sukai. Dan karena dialah pria ini jadi terbaring lemah seperti sekarang.

"Apakah Harry sudah tidur?" uncle George datang sambil membawa makanan untuk Ray.

"Sudah paman."

"Ini makanlah. Jangan sampai kau sakit juga."

Ray menerima sepiring bacon daging dan telur rebus yang terlihat menggugah selera.

"Terakhir kali Harry sakit saat ia berusia sepuluh tahun, waktu itu dia bermain hujan-hujanan dan mengabaikan perintah ibunya. Setelah sakit dia baru sadar bahwa ibunya sangat menyayanginya. Sejak ibunya meninggal karena dibunuh, Harry memutuskan pergi dari rumah dan pindah ke amerika. Paman yang sudah diberi mandat oleh alm nyonya Fillmore, akhirnya mengikuti Harry kesini dan membesarkannya. Harry tidak mau turun ke dunia mafia karena tidak ingin orang yang ia sayang akan bernasib sama seperti ibunya, yang mati di tangan musuh ayahnya. Mungkin karena itu Harry punya dendam tersendiri pada ayahnya, meski mereka tidak membenci dengan terang-terangan, tapi sampai sekarang Harry tidak mau menginjakkan kaki lagi ke rumah itu. Paman bahkan sudah melakukan segala cara untuk membujuknya. Tapi tetap tidak didengar."

Ray mendengar hal itu dalam diam. Setidaknya ia yakin sudah melakukan hal yang benar kali ini.

"Terima kasih sudah menuruti permintaan paman yang tua ini Ray." kata George membuat senyum kecil muncul di bibir Ray.

"Sama-sama paman. Aku senang bisa membantu."

"Paman ambilkan buah dulu ya."

Ray tidak bisa mencegah kepergian uncle George.

"Kau memang mudah akrab dengan orang yang baru kau kenal ya?"

Ray menoleh kaget dan tidak menyangka bahwa Rei sudah bangun. Pria itu mencoba untuk duduk, dan membuat Ray membantunya. Ray berdiri dan meletakkan piringnya diatas meja nakas lalu menata beberapa bantal agar Ray bisa bersandar dengan nyaman.

"Aku tidak lumpuh Ray."

"Jangan banyak bicara Harry."

Harry menoleh dan baru sadar kalau wajah mereka sangat dekat. Karena tidak bisa menahan diri, ia menangkup pipi Ray dan mencium bibir itu.

Ray diam tak bergerak, terkejut akan tindakan Harry yang diluar dugaan. Apalagi ciuman Harry terasa lain, jika ia biasa menikmati ciuman dari Steve yang kadang lembut dan kadang menggebu, kali ini ada kesedihan dalam pagutan bibir Harry. Seolah-olah ini adalah ciuman perpisahan. Karena itulah Ray diam. Tidak membalas tapi juga tidak menolak.

Mata Harry yang terpejam mulai terbuka, dan Ray baru sadar betapa panjang bulu mata yang Harry punya.

"Tinggalkan Steve dan datanglah padaku, akan kuberikan seisi dunia padamu." bisik Harry sebelum memagut bibir Ray lagi. Kali ini dengan lebih panas dari sebelumnya, hingga Ray dibuat kewalahan.

Don't forget to vomment, sorry for the any typos and thank you for the reading ❤

108votes. see yaa😉

Continue Reading

You'll Also Like

19.3K 1.5K 8
Seokmin tidak ingin tahu terhadap apa pun yang sedang terjadi saat ini. Yang ia tahu Kwon Soonyoung adalah miliknya. Sampai kapan pun akan tetap mili...
117K 18.5K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
32.5K 4.3K 21
[COMPLETED] "Dan mereka pun hidup bahagia selamanya." โ€ขbxb (salpak ku slebew kau!) โ€ขSungsun area! (Sunghoon Sunoo) โ€ขPlagiarisme dilarang keras! โ€ขK...
14.9K 2.1K 17
Bagaikan hidup di dalam utopia, Sunoo selalu mendapatkan apa yang ia inginkan dengan sekali jentikan jari. Keinginannya adalah mutlak dan tak terbant...