The TimeTravel [✔]

By tantancokro

1.5K 238 16

[Boboiboy Fanfiction📚] Kota Rintis, sebuah kota berteknologi pesat. Di kota inilah tujuh sekawan tumbuh besa... More

1. Kota Rintis
2. Labolatorium
3. Little Fight
5. Si Ayah
6. End

4. Long Story

183 36 1
By tantancokro

Taufan Pov
.

.

Gelap.

Dingin.

Bebas.

Beginikah rasa kematian?

Aku mengedipkan mataku dua kali. Sekonyol itu akhir hidupku? Mati di tangan seorang lelaki berambut ungu? Hanya karena pedang?

Ada akhir hidup yang lebih keren gak, sih?

Tanpa sadar aku menatap lamat telapak tangan yang sering kugunakan untuk menepuk bahu temanku. Kupikir rasa kematian akan sangat menyakitkan. Tapi yang kurasakan ini biasa saja.

Sungguh tiada niat bagiku untuk mengelilingi dimensi hitam ini.

Aku sering baca novel yang dibeli Halilintar. Katanya dimensi gelap ini tidak akan ada ujungnya.

Kalau benar begitu, aku boleh duduk diam di sini menunggu malaikat pencabut nyawa mengirimku ke pengadilan dunia, bukan?

"Jangan kau menyentuhnya!" Suara entah dari mana itu mengagetkanku yang barusan ingin duduk lesehan.

Gemercik cahaya putih mengelilingiku lalu menyatu membentuk papan putih. Bagiku itu adalah sebuah televisi dunia lain.

Apa ini? Apakah ada siaran ulang bagaimana aku mati?

"Aku tidak peduli! Berikan Taufan padaku!" jerit suara arogan milik seorang pria.

"Tidak akan pernah, Beliung! Kau gila!" balas suara wanita.

Keningku berkerut, kenapa namaku dipanggil? Apakah aku diperebutkan?

Televisi dunia lain itu bersinar, lebih menarik perhatianku dibanding suara teriakan yang mulai samar.

Siluet seorang pria dan wanita terlihat memperebutkan seorang bayi. Aku hanya mendatarkan muka, kukira itu hanya siaran drama rumah tangga yang memperebutkan hak asuh anak.

Dor!

Pria itu menembak wanita yang tengah menggendong bayi tersebut. Membuatku terperangah sejenak.

Wah! Sadis!

"Kau berani memancarkan muka bahagia melihat kematian ibumu?"

Hitamnya dimensi lantas berubah menjadi hijau. "Apa maksudmu?!" Aku sontak membalas suara yang kedengarannya sama sepertiku.

Seorang remaja lelaki berjalan santai ke arahku. Meski begitu raut mukanya terlihat muram. Ah, itu tidak penting! Aku kaget!

Kenapa wajahnya sama denganku?!

"Siapa kau?" Terdengar seperti orang bodoh, itulah aku saat ini.
 
Orang yang mirip denganku itu menampar diriku pelan. "Aku adalah dirimu di dunia lain, bodoh! Pake nanya lagi."

"Dunia lain? Berarti kau sudah mati juga?" Aku memiringkan kepalaku heran. Di novel banyak adegan tokoh utama bertemu dirinya di dunia lain.

Ternyata hal yang seperti itu nyata, ya....

Sosok itu mengangguk pasrah. Ia beralih memegang bahuku.

"Dengar, Taufan! Aku gak peduli apapun, tolong bangun sekarang juga! Hentikan si gledek merah itu!" Dia menunjuk televisi putih tadi yang kini menampilkan situasi para teman seperjuanganku saat ini.

Haliintar terlihat akan mengoperasi diriku dengan pisau besar yang biasa digunakan untuk memotong hewan. Lalu dihentikan oleh Gempa, Ice dan Solar yang panik.

Aku mengaliihkan pandanganku dari sana. Taufan yang imut ini masih ingin hidup, guys. Kalau diberi kesempatan aku gak nolak, kok! Tapi....

"Memangnya aku masih bisa bangun?" Aku bertanya lirih.

"Bisa. Namun siap-siap aja nanti otakmu penuh sama memori masa lalu," jawab diriku dari dunia lain.

"Memori?"

Dia mengiyakan ucapanku. "Aku heran pada diriku yang entah kenapa sedikit to*** ini." Taufan kw merotasikan bola matanya lelah.

"Intinya, dulu ayah pernah melakukan beberapa operasi ilegal pada kita. Itu penyebab kita lupa ingatan."

Ah, begitu. Ternyata itu sebabnya aku tidak bisa mengingat masa kecilku yang suram.

"Oke, satu pertanyaan-" Ucapanku disela olehnya.

"Mau bertanya siapa ayah kita?"

Aku terperangah sekali lagi. Terkejut kenapa dia bisa membaca apa yang kupikirkan.

"Iya." 

Dia memasang muka geram. "Si bajingan itu tidak baik. Kalau kau bertemu dengannya segeralah menghindar."

Kemudian tubuh dari Taufan kw bersinar, aku panik menarik tangannya agar jangan pergi. Masih banyak pertanyaan yang ingin kuajukan!

Dia tersenyum lebar. "Waktuku udah habis. Ingatlah baik-baik bahwa ibu mati dibunuh oleh ayah, sama seperti kejadian yang kau anggap drama tadi." Semakin lama semakin samar suaranya, semakin buram sosoknya.

Mataku kian menutup akibat kantuk sialan yang datang mendadak.

"Jangan ulangi kesalahanku! Kalian berempatlah penyebab mereka rela mengulang waktu."

Taufan Pov End

"Kau yakin upaya bodohmu ini akan berhasil?"

"Diam dan lihat saja. Berhenti menanyakan hal itu, kau sudah bertanya lebih dari 30 kali, Hali."

"Kau menyuruhku diam? Taufan bahkan belum sadar sampai saat ini!"

"Ck-"

"Sudahlah kalian berdua, sampai kapan akan berperang?" Ice menggurut keningnya pening. Dari kemarin sampai siang ini masih saja bertengkar. Tak adakah jeda waktu istirahat?

"Haish...." Gempa menghela napas, ia tidak peduli. Gempa lebih rela menunggu Taufan sadar daripada mendengar gonggongan hewan yang useless.

Tapi mendadak perut Thorn berbunyi. Semua melirik si polos imut yang kini berusaha meredam panggilan lapar tersebut.

Thorn menggembungkan pipi. Perutnya berbunyi di saat yang tidak tepat. Sepertinya ia harus mengonsumsi sesuatu. Thorn mengorek-orek tas ranselnya sambil bergumam, "Kira-kira ada mie instan tidak, ya?"

Blaze menggendong 8 bungkus mie instan yang ia ambil dari tas. "Ini aja Thorn," katanya lesu.

"Rela tidak nih?" Thorn bertanya memastikan. Blaze kadang orangnya pelit.

"Iya, ayo cepat kita masak!~ aku lapar."

Thorn mengiyakan, mulai membuka bungkus mie instan. Niatnya makan, tapi malah salfok ke angka-angka aneh yang tertera di bungkus bumbunya.

0185019 93719471 29462957
91747193 916566666295 291740
195729471 472917480244 382801

Anggap saja Thorn berusaha membaca pesan aneh itu. Matanya menyipit kemudian menyerah karena ternyata ia tidak mengerti sama sekali. "Solar, kayaknya ini ada sandi pesan."

Solar menghampiri mereka sembari menaikkan sebelah alis. Dalam dua detik saja Solar sudah dapat mengartikan semua angka itu. Matanya mengedip tajam.

"Sialan! Rupanya dia mengutus Fang untuk menyerang kita!" Solar mengambil bungkusan lain untuk mengartikan sandinya.

"Setelah sekian lama... Beliung ingin merebut hak asuh Taufan. Apa sebenarnya rencana si gila itu?" gumam Solar tak habis pikir.

Halilintar menabok meja. "Masih bertanya? Tentu saja untuk mempergunakannya! Cih!"

Ibunda Taufan sebelumnya adalah pewaris tahta dari kerajaan yang telah lama berubah menjadi republik. Dalam sebuah surat warisan dikatakan Taufan mampu membuat satu kebijakan saat telah berumur 16 tahun.

Besok Taufan genap berumur 16 tahun. Tentu saja Dia mengincar Taufan untuk memperlancar rencananya.

"Malang nasib sang Taufan, dapat ayah seperti Beliung yang gak guna. Malah bikin susah!" Solar menggaruk kepala.

"Berarti bener Beliung itu ayahku?"

Gempa menoleh ke samping. Terlihat Taufan duduk di ranjang dengan balutan di tubuhnya. Gawat, seharusnya Taufan belum boleh tahu.

"Berarti yang membuat seluruh kekacauan ini adalah ayahku?"

Yang lain mengalihkan pandangannya.

"Kenapa kalian malah diam saat aku bertanya?! Jawab! Aku ingin tahu! Apa benar Beliung adalah ayahku?" Taufan esmosi.

Halilintar dengan tenang melipat tangan. "Iya. Si bajingan itu ayahmu. Sudah begitu kau bisa apa?"

Taufan merenung sejenak, kepalanya mulai sakit akan memori sebentar lagi mengisi penuh otaknya. Berarti yang membuat dia bermusuhan dengan Gopal adalah ayahnya sendiri?

Yang membunuh keluarga Gopal dan teman-temannya adalah ayahnya sendiri? Dan Taufan sendiri baru tahu setelah 15 tahun?

Kemana ia selama ini?

Seakan tahu jalan pikir temannya, Gempa mengusap bahu Taufan. "Kematian orang tua kami bukan salah Beliung."

Gempa sedikit jengkel, jadi tidak ada embel-embel paman. Ketujuh pemuda di sini sudah kehilangan. Orang tua mereka sudah tidak lengkap. Gempa mengakui itu.

"Parents kami memang udah meninggal. Tapi yang menghilangkan nyawa mereka bukan Beliung." Blaze memperjelas agar Taufan tidak merasa bersalah atas perbuatan ayahnya.

"Terus? Kalau dia bisa menghilangkan ribuan nyawa kenapa orang tua kalian tidak termasuk? Dia korupsi uang negara, dia mengadu domba masyarakat. Kurang jahat apa bapakku yang satu itu?"

Taufan menangkup muka.

"Kalau kuceritakan juga percuma. Hanya kisah panjang lebar tanpa kata pengantar. Intinya semua bermula waktu ibumu main mata dengan Flame." Ice melirik malas ke luar jendela.

Permasalahan duniawi dan cinta.

Alkisahnya ibunda Taufan bermain mata dengan Flame, ayahnya Blaze. Kerjasama antara semua orang tua Boel menjadi retak sedikit demi sedikit.

Suatu hari ibunda Taufan yang hidup bahagia dengan Flame mati di tangan seorang perampok. Quake dan istrinyalah yang membunuh dikarenakan masalah ekonomi.

Flame menuduh Diancel karena mereka berdua punya masalah kelam. Diancel yang pada dasarnya cerdas, berhasil membuktikan ia tidak bersalah. Namun istrinya tewas akibat kecelakaan mobil yang dirancang oleh bawahannya Flame dan Quake.

Quake takut Diancel yang super pintar itu akan mengungkap semua kelakuannya.

Lalu kebenaran terbuka juga, Quake dan istrinya dihukum mati atas peraturan negara yang telah ditetapkan.

Padahal aslinya Beliung menghasut Flame untuk membunuh mereka sama seperti cara mereka membunuh ibunya Taufan.

Kemudian Flame meminta Balacke (ayahnya Thorn) untuk menutup kasus ini dari media demi menjaga nama baik.

Di sisi lain ada Thunder (ayahnya Halilintar) yang tidak puas dengan hasil pemilihan umum dari rakyat yang menjadikan Balacke sebagai walikota. Ia mengirim teror ke Balacke dan digubris.

Hingga suatu hari Thunder tewas dalam perang di rumahnya sendiri. Adik Halilintarlah korbannya. Sedangkan Sofer (ayahnya Ice) dengan halus memengaruhi Balacke agar memusuhi Flame.

Sejarahnya panjang hanya karena sebuah rasa. Heran.

Taufan yang mendengar itu terbengong. "Ini bukan sinetron, gak lucu," kata Taufan tak percaya.

Tiba-tiba Solar mengarahkan pistolnya ke arah jendela, tanpa menoleh ia menembakkan peluru. Dan kerennya mengenai seseorang yang sedari tadi menguping pembicaraan mereka.

Solar meniup ujung senjatanya yang seakan mengeluarkan asap itu. "Mau Adudu yang dulu atau yang ini sama aja. Sama-sama kurang akal."

Dengan tenang Solar berucap namun malah berakhir ditanya habis-habisan mengenai apa maksud kalimatnya tersebut.

Halilintar memasang muka datar, sedangkan Gempa menepuk dahi. Mereka berdua kompak melempar sorotan tajam pada Solar yang seenaknya membocorkan rahasia mereka bertiga.

"Mulutnya memang perlu dilakban."

"Serius, kalian bertiga mulai mencurigakan dari bulan lalu." Ice berkata santai memotong sesi penasaran trio troublemaker. Kalimatnya ditujukan untuk Halilintar, Gempa dan Solar.

Kemudian Solar mengulas senyum segaris. Kalau Ice -si paling peka pun sudah menyadarinya, untuk apa ditutupi lagi?

"Aku rindu kalian," gumamnya tak ayal dibaluti rasa haru.

Taufan mengernyit, sedikit menampakkan riak horor takut memperhatikan gelagat sang teman yang agak diluar ekspetasi. "Kali ini aku setuju sama Ice, mereka aneh."

"Terakhir kali kami melihat kalian saat kalian terbaring di antara tanah, kumuh, penuh darah, kepalanya copot, kakinya patah...  Itu pemandangan paling buruk."

Gempa melanjutkan seraya tertawa pedih. "Tapi sekarang kalian di sini... di hadapanku, masih sehat, masih bernyawa. Gak kayak kemarin."

Halilintar mendengus. "Singkat aja, kami dari masa depan."

.

.

.

.

.

Plot twistnya udah ketebak lah yak~

But it's okey~ masih ada plot twist lain.

Satu kata untuk chapter ini?

Sebelumnya aku minta maaf karna telat upnya :)

Tugas sekolah sedikit membuatku hampir lupa kalau aku masih punya tanggung jawab yang belum diselesaikan.

Btw, hati-hati dengan perasaan :D

Continue Reading

You'll Also Like

2.3K 205 13
----------✧✧✧---------- Villain are not born, they are made. Because people just know his name, not with his story. ----------✧✧✧---------- Reverse...
3.4K 522 7
Apa jadinya, jika 7 orang remaja, dengan latar belakang yang berbeda, disatukan ke dalam sebuah permainan labirin mengerikan? The backrooms. Creepy...
1.8K 336 43
Rifki jatuh cinta pada seorang cosplayer instagram yang sudah lama ia follow. Gadis itu bernama Lala, dan merupakan teman sekelas Rifki di sekolahnya...
1.3K 233 15
SMA Jaya Bangsa merupakan sekolah asrama yang memiliki fasilitas lengkap dan canggih, membuat semua siswa yang sudah lulus SMP ingin mendaftar kan di...