LOSE (JINLIA & YEJISU)

By Midziis

1.2K 108 22

Choi Lia menghilang, dan tidak ada yang tau dimana keberadaannya. Sampai akhirnya kebenaran tentang hilangnya... More

Ch. 01
Ch. 02
Ch. 03
Ch. 04
Ch. 05
Ch. 06
Ch. 07
Ch. 08
Ch. 09
Ch. 10
Ch. 11
Ch. 12
Ch. 13

Ch. 14

82 5 3
By Midziis

Lia, Yeji and Ryujin

.

Lia eratkan pegangan tangannya pada genggaman tangan Ryujin. Melebarkan bibirnya, melangkahkan kedua kaki jenjangnya masuk kedalam hutan. Mengajak Ryujin untuk mengunjungi kabin pemberian Yeji yang berada ditengah hutan.

"Lia kita akan kemana?" Tanya Ryujin. Mengarahkan kelereng kembarnya pada jalanan didepan sana. Jalanan yang jujur baru pertama kali ia lintasi karena biasanya Ryujin tidak berjalan sejauh ini. Lia yang memintanya untuk ikut dan mau tak mau dirinya hanya dapat menuruti.

"Kau akan mengetahuinya nanti..." jawab Lia. Menunjukan wajah sumringahnya pada ryujin yang masih kebingungan akan dibawa kemana dirinya kehutan sedalam ini.

"Kita sudah berjalan cukup jauh apakah benar ini jalannya?" Tanya Ryujin lagi. Memastikan jika jalanan yang mereka lewati benar dan mereka tidak sedang tersesat.

"Kita hanya harus mengikuti jalan ini, nah disana kau lihat danau itu?" Lia tunjuk danau yang berada 10 langkah darinya berdiri. Melepas pegangan tangannya pada tangan Ryujin, berlari mendekati tepi danau yang tenang. Menatap dasar danau yang berkilauan tertimpa cahaya matahari pagi.

"Ayolah, kita hanya perlu berjalan kesana.." Lia menjangkau tangan ryujin yang ikut mendekati danau, menarik tangan ryujin. Membawa ryujin menuju kabin yang sekarang sudah menjadi miliknya.

Lia membuka pintu kabin sesampainya mereka berdua didepan pintu. memasukan ryujin kedalam kabin itu kemudian menutup kembali pintu itu.

"Lia apa ini?" Tanya ryujin. Memperhatikan kabin tempatnya sekarang berada dengan tanda tanya besar dikepalanya.

"Apa maksudmu dengan apa ini?" Lia terkekeh. Mengunci pintu yang sempat mereka lewati agar tak ada orang lain yang tiba-tiba menyusup masuk.

"Milikmu?" Tanya ryujin lagi. Memastikan jika dirinya dan lia aman berada ditempat ini tanpa bayang-bayang yeji atau orang lain.

"Kau tak perlu mengkhawatirkan apapun, kemarilah ikut denganku..." lia kembali menjangkau tangan ryujin, kembali membawa ryujin menuju lantai 2 dimana terdapat kamar tidur. Membuka pintu kamar lalu berlari mengambil remote AC yang tergeletak diatas meja. menyalakan pendingin udara itu dengan wajahnya yang entah mengapa terlihat sangat bahagia.

"Lia..." ryujin memperhatikan lia yang kini membaringkan tubuhnya diatas ranjang dengan hembusan angin dingin yang mulai keluar dan mengenai kulit tubuhnya.

"Kemarilah ryujin kau juga pasti kepanasan..." lia melambaikan tangan. Menepuk-nepuk ranjang disebelahnya, menyuruh ryujin ikut membaringkan tubuhnya disana sama dengan dirinya.

Ryujin terlihat tak mengatakan apa-apa dan hanya menurut. Mendekati tepi ranjang, Mendudukan tubuhnya disamping lia sembari memperhatikan sekelilingnya. Ryujin merasa tidak nyaman apalagi ini pertama kalinya dia datang kemari.

"Bolehkah kutanyakan satu hal?" Tanya ryujin setelah keduanya matanya tak lagi berkeliling dan berhenti tepat diwajah lia.

"Katakanlah..." jawab lia datar.

"Apakah ini milik keluargamu? Maksudku tempat ini bukan milik yeji kan?"

"Kau haus?" Lia memotong perkataan ryujin kemudian mendudukan tubuhnya. "Sebaiknya kita mengambilkan air mineral dibawah...." ucap lia. Tak menjawab pertanyaan ryujin dan justru bangkit dari duduknya. Menarik lagi tangan ryujin, Mengajak ryujin untuk turun kelantai dasar. Menuju dapur mini yang terletak tak jauh dari ruang tv.

"Ini..." Lia memberikan air mineral botol pada Lia setelah mereka berdua sama-sama turun dan Lia mengambil air mineral didalam lemari pendingin. "Kau ingin aku membuatkan makanan? Sebentar lagi lunch..." Lia membuka lebar lemari pendingin didepannya. Memperhatikan isi didalam lemari pendingin itu yang ternyata sudah terisi berbagai macam jenia buah, sayuran, beberapa telur dan makanan lain. Sepertinya Yeji tau Lia akan datang dan mempersiapkan segalanya.

"Aku belum lapar kita bisa membuatnya bersama nanti..." jawab Ryujin. Meletakan air botol pemberian soojung diatas meja.

" kau lelah?" Lia menutup lemari pendingin. Mendekati Ryujin yang terlihat tidak nyaman sembari eletakan telapak tangannya dikening ryujin.

"Aku baik-baik saja..." ucap Ryujin. Menurunkan telapak tangan Lia dari keningnya.

"Lalu kenapa tiba-tiba kau seperti tidak bersemangat? Kau tak suka aku membawamu kemari? Tak suka ketika kita memiliki waktu bersama hanya berdua?"

"Bukan seperti itu Lia, aku suka ketika kita bisa menghabiskan waktu bersama hanya saja aku seperti merasa asing disini. Bolehkah kutanyakan satu hal lagi padamu? Aku mohon jawablah sejujur jujurnya" Ryujin menatap lekat kedua mata Lia.

"Tentang tempat ini?"

"Aku hanya ingin tau, apakah ini tempat Yeji?"

"Kabin ini milikku, kau tak perlu khawatir karena Yeji tak akan datang kemari tanpa seijinku.."

"Dia yang memberikan padamu?"

"Apakah aku terlalu miskin hingga hanya memiliki kabin seperti ini saja kau langsung bisa menebak jika kabin ini milik Yeji dan Yeji memberikannya padaku?" Jawab Lia terlihat tidak suka. Sedikit tersinggung dengan perkataan yang Ryujin ungkapkan padanya.

"Lia kenapa mengatakan hal itu? Aku hanya bertanya..." kening Ryujin berkerut melihat perubahan ekspresi dan suara Lia.

"Keluargaku memang miskin, semua barang yang kami miliki bahkan semua berasal dari Yeji. Rumah,Uang, mobil, semua perhiasan, berlian..." Lia tersenyum hina. Sangat sadar jika dia telah menumpang hidup dibawah nama yeji hampir seumur hidupnya.

"Lia aku tidak bermaksud seperti itu..." ryujin terlihat tidak nyaman.

"Sudahlah ryujin, seharusnya aku tidak membawamu kemari. Apakah kau menyuruhku untuk mengembalikan tempat ini pada Yeji? Jika iya aku akan menurutimu...." Lia memundurkan tubuhnya kebelakang. Menjauhi Ryujin yang kini merasa bersalah karena menanyakan hal yang membuat Lia berpikir macam macam. Mendekati dinding kaca yang menampakan pemandangan danau.

"Lia..." panggil Ryujin.

"Aku hanya perlu tempat, terkadang aku merasa sangar frustasi berada dirumah. Itu sebabnya aku menerima pemberian Yeji untuk memiliki kabin ini.." kata Lia tanpa sedikitpun menatap Ryujin dan lebih memilih memperhatikan danau diluar.

"Maafkan aku..." Ryujin mendekati Lia. Memeluk tubuh Lia dari belakang sembari membenamkan wajahnya dipundak Lia. Benar-benar merasa sangat bersalah, meskipun ia tak ada maksud sedikipun untuk menyinggung perasaan Lia. "Maaf......Tapi jika kau perlu tempat untuk melepaskan rasa frustasimu kau bisa datang kepadaku kan? Aku akan selalu ada untukmu, tak peduli meskipun kau datang padaku ditengah malam atau pagi-pagi buta sekalipun pintu rumahku akan selalu terbuka untukmu"

Lia tertunduk. Menyentuh pegangan tangan Ryujin yang memeluk perut erat. Melepaskan pegangan tangan itu kemudian berbalik menatap Ryujin.

"Aku sangat mencintaimu Lia, sangat-sangat mencintaimu dan aku tak ingin melihatmu terluka..." kata ryujin. Yang kemudian Lia respon dengan membelai wajah Ryujin. meninggikan tubuhnya dengan mengecup bibir Ryujin sekilas.

"Aku juga sangat mencintaimu..." jawab Lia. menunjukkan senyum tipisnya pada Ryujin. Kembali menyatukan lagi bibir mereka. Kali ini cukup lama Lia mengecup bibir Ryujin. Mengulum bibir Ryujin yang kemudian Ryujin balas dengan memiringkan wajahnya dan meletakan kedua tangannya dipipi Lia sembari memejamkan mata.

"Kau ingin melakukannya?" Lia melepaskam ciumannya. mengarahkan kedua matanya pada kedua kelereng kembar Ryujin yang kini kembali terbuka.

"Apa?" Ryujin menjauhkan wajahnya dari wajah Lia.

"Kemarilah kita lakukan diatas..." Lia tarik tangan Ryujin. Berlari menaiki tangga dengan terburu-buru untuk kembali kekamar tidur.

Lia mendorong tubuh Ryujin keatas ranjang sesampainya mereka didalam kamar. Menaiki tubuh Ryujin. Menyatukan kedua tangan Ryujin kemudian ia angkat keatas lalu menurunkan wajahnya, memagut bibir Ryujin yang juga menerima bibir Lia.

Lia mengelus dada Ryujin sekilas. Menurunkan tangannya melintasi perut datar Ryujin kemudian menyusupkan tangannya masuk kedalam celana jeans yang Ryujin pakai.

"...L-lia......" Ryujin menaikan tubuh bagian atasnya. Memperhatikan Lia yang kini terlihat mulai turun kearah dadanya. Menarik turun mini set bra yang ia pakai kemudian mengulum dada Ryujin tanpa aba-aba.

Ryujin menggigit bibirnya menerima hisapan mulut Lia didadanya. Meletakan telapak tangannya didepan mata sembari menengadahkan kepalanya ketika tangan Lia mulai mempermainkan area sensitivenya.

Ryujin membuka mulutnya, merasakan aliran listrik seperti memenuhi tubuhnya yang memanas.

"Ahhh...." Ryujin kembali menurunkan pandangannya pada Lia yang kini membuka pengait celananya. Memperhatikan Lia yang masukan lebih dalam tangannya kedalam milik Ryujin dan membuat wajah tak karuan Ryujin semakin memerah.

Ryujin terlihat meremas bajunya sendiri. Ketika aliran listrik semakin banyak menyengat setiap inci tubuhnya. Memejamkan sejenak matanya namun kemudian ia memilih untuk membuka lagi kedua matanya. menarik naik Lia lalu mencium bibirnya untuk menyalurkan hasratnya. Memagut, mengulum, menyatukan lidahnya dengan lidah Lia. Merasakan nafas keduanya yang terasa berat.

Ryujin melepaskan ciumannya. Terlihat sangat gelisah ketika Lia semakin dalam memasukan jarinya. Menarik ulur sesuatu didalam dirinya yang ingin sekali meledak. Memejamkan mata kemudian membukanya lagi. Menutup rapat mulutnya namun kemudian desahan halus keluar dari mulutnya. Keluar bersama dengan getaran aneh ditubuhnya yang membuatnya mengejang untuk beberapa saat dan akhirnya lunglai diatas ranjang dengan nafas terenggah-enggah.

"Menginaplah disini..." Lia menuruni tubuh Ryujin. Membaringkan tubuhnya disamping Ryujin yang kini terlihat sedang mengumpulkan lagi tenaganya yang terkuras habis karena klimaknya barusan.

"...apa kau bilang?" Ryujin menoleh kearah Lia. Menunjukan wajahnya yang masih bersemu merah.

"Menginaplah disini bersamaku..." ulang Lia.

"Kau ingin aku menginap?"

Lia mengangguk.

"Kalau begitu aku tak bisa menolak kan?" Jawab Ryujin. Mendekatkan wajahnya pada Lia. Mengecup sekilas bibir Lia kemudian memeluk tubuh Lia sembari mencium leher Lia.

"Kau menginginkannya lagi?" Bisik Lia ditelinga Ryujin. Mencoba menggoda ryujin yang masih kelelahan.

"Aku menginginkanmu, tapi aku tau aku tak bisa melakukannya sekarang..." Ryujin melepaskan pelukannya.

"Kau harus bersabar, kau akan mendapatkannya setelah aku menyelesaikan datang bulanku.." Lia tersenyum. Mengusap pipi Ryujin yang masih terlihat memerah. Mendekatkan lagi wajahnya pada wajah Ryujin. Mencium lagi bibir Ryujin sembari tangannya kembali turun untuk melakukannya hal yang sebelumnya sudah ia lakukan.

"Hey jangan lakukan lagi...." Ryujin menahan tangan Lia. Tak ingin Lia melakukannya lagi karena dirinya masih belum pulih seutuhnya.

"Baiklah kita bisa lanjutkan nanti malam..." Lia menarik bibirnya. Menjauhkan tubuhnya dari tubuh Ryujin kemudian bangkit.

"Aku akan membuatkan lunch, turunlah jika nanti aku memanggilmu..." kata Lia. Berjalan menuju pintu keluar. Meninggalkan Ryujin yang kini terlihat membenarkan bra yang ia pakai dan mengancing kembali celana jeansnya yang terbuka.

.

Ryujin POV

Hari ini langit kembali hujan. Meskipun tidak sederas biasanya namun Petir sesekali menggelegar dan udara berubah menjadi sangat dingin. Kututup tirai didepanku kemudian menghampiri Lia yang terlihat sudah tertidur pulas.

Ini bahkan belum pukul 10 malam tapi dia sudah tak lagi sadar. Dia pasti sangat lelah atau udara malam ini memang membuatnya sangat mengantuk.

Aku tersenyum. Mengusap pipi Lia kemudian memutuskan untuk turun kebawah. Mengambil segelas air karena kerongkonganku yang terasa sangat kering.

Kabin ini sudah sepenuhnya gelap. Hanya beberapa lampu dinding yang menyala tapi meskipun begitu kondisi dikabin ini masih terlihat sangat gelap. Ditambah tak ada cahaya bulan yang masuk membuat kabin ini sedikit menyeramkan jika dipandang oleh orang aku yang belum terbiasa.

Kugapai gelas didalam lemari yang tertempel didinding. Meletakan gelas itu kemudian mengambil botol didalam lemari pendingin. Namun saat aku hendak membuka penutup botol air minum kedua telingaku seperti mendengar suara aneh dari depan. Seperti suara langkah kaki yang cukup berat.

Kuletakan kembali air botol ditanganku. Mendengar suara kunci pintu terbuka dan kemudian sesosok bayangan muncul. Sosok yeji yang tiba-tiba masuk membawa sebucket bunga mawar putih besar dan kotak yang sama besarnya ditangannya.

Kumundurkan tubuhku kebelakang. Mencari tempat tergelap didalam kabin itu dengan sangat berhati-hati agar Yeji tidak menyadari kehadiranku. Apa yang sedang ia lakukan disini?

Dahiku berkerut. Menutup mulutku sendiri dengan telapak tangan sembari memperhatikan Yeji yang kini meletakan kedua barang itu diatas meja didekat dapur bersama dengan kunci mobilnya. Yeji yang kini samar-samar terlihat memejamkan matanya sembari menghela nafasnya panjang. Yeji yang memundurkan rambutnya kebelakang kemudian berjalan menaiki tangga menuju lantai atas dimana Lia sedang tertidur. Apakah dia datang untuk menemui Lia?

Tanganku terkepal. Memperhatikan Yeji lagi yang kini menaiki anak demi anak tangga untuk sampai dilantai atas.

Tentu saja, kenapa aku masih mempertanyakan itu. Lagi pula kabin ini milik Yeji, aku yakin Yeji dapat dengan leluasa keluar masuk kabin tanpa harus bersusah payah mendapat persetujuan dari Lia terlebih dahulu.

Kulangkahkan kakiku. Mengikuti Yeji yang mungkin sudah berada didalam kamar untuk menemui Lia. Aku hanya ingin memastikan jika Yeji tak menyakiti Lia. Memastikan jika Yeji tak melakukan hal-hal diluar kendali dan membuat Lia terluka.

Kumiringkan kepalaku sesampainya aku didepan pintu kamar. Mengintip dari balik pintu yang sedikit terbuka. Menatap Yeji yang terlihat sedang memperhatikan wajah terlelap Lia. Membelai wajah Lia kemudian mendekatkan bibirnya pada bibir Lia. Menciumi wajah Lia dengan garis lengkung yang terpancar dari bibirnya. Seperti berusaha membuat Lia terbangun dengan semua kecupan yang ia berikan.

"Lia-ya bangun aku membawakan sesuatu untukmu.." ucap Yeji lirih. Memeluk tubuh Lia. Mencoba membangunkan Lia yang seperti enggan untuk bangun.

Seharusnya dia membiarkan Lia tidur dan tidak mengganggunya seperti itu.

"Aku tau kau disini, apakah kau kelelahan menungguku huh?" Tanya Yeji. Namun Lia tak terlihat merespon dan tetap saja memejamkan mata.

"Baiklah kau tak perlu bangun aku akan membuatmu merasa lebih nyaman..." kata Yeji. Terlihat memasukan tangannya pada selimut yang berada diatas tubuh Lia. menggerakan tangannya kebawah. Terlihat mengusap pada bagian paha Lia. Sebelum akhirnya tangannya naik. Kembali mengusap bagian tengah tubuh Lia, Hanya beberapa saat lalu ia naikan lagi tangannya keatas. Terlihat menggerak-gerakan tangannya diatas dada kanan Lia sembari bibirnya menciumi leher Lia yang kini terdengar mengeluh. Membuka sedikit mulutnya menerima sentuhan dari Yeji yang dengan berani melakukan hal seperti itu didepan mataku.

Tanganku terkepal melihat pemandangan didepanku. Jantungku terasa terpacu sangat cepat sekarang. Gigiku gemerutuk melihat semua hal yang Yeji lakukan pada Lia. Rasanya aku ingin masuk kedalam kamar ini sekarang untuk menghajar Yeji, melakukan apapun untuk melepaskan rasa marah dan cemburuku. Namun aku tetap berada diditempatku berdiri. Hanya dapat melihat Yeji yang semakin berani menarik turun gaun Lia pada bagian dada dan kemudian menenggelamkan wajahnya disana.

Kupejamkan kedua mataku. Memalingkan kepala, tak ingin lagi melihat apa yang Yeji perbuat pada Lia. Memilih berjalan menuruni tangga dengan hati-hati.

Ini kedua kalinya aku memergoki Yeji melakukan hal seperti ini dan rasanya aku tak sanggup. Aku ingin pergi sejauh jauhnya karena jika aku berada dekat aku takut akan mengacaukan segalanya. Aku bisa saja lari pada Yeji berteriak padanya atas apa yang Yeji lakukan pada Lia hanya saja aku tak ingin menjadi pengacau, aku bisa menerima apa yang akan Yeji perbuat padaku tapi tidak dengan Lia. Jika aku benar-benar melakukannya mungkin Lia yang akan menerima ganjaran yang lebih menyakitkan dan aku tidak mau Lia terluka atas apa yang kulakukan.

Setidaknya Yeji tidak menyakiti Lia meskipun pada kenyataanya sekarang dia menyakiti hatiku. Setidaknya kali ini Lia bisa lebih aman berada disisi Yeji.

Kubuka pintu geser penghubung kabin dan danau. Menyelinap pergi dari dalam kabin. Berjalan berlahan dibawah rintik hujan yang berlahan membasahi pakaian yang kugunakan. Berjalan cepat meninggalkan kabin menuju jalan setapak tanpa penerangan. Tapi siapa peduli. Tetap memacu langkahku. Menembus pekatnya malam seorang diri.

Ryujin POV end
.

Author POV
.

Lia terperanjat ketika melihat sosok disampingnya. Melebarkan kedua mata. Mendapati sosok Yeji yang terlihat tengah tertidur pulas sembari memeluknya. Yeji yang entah sejak kapan tertidur disisinya seperti ini karena Lia tak dapat mengingat apapun

Dimana Ryujin?

Lia menolehkan wajahnya. Mengajak kedua bola matanya berkeliling bermaksud menemukan Ryujin disekitarnya namun ia tak menemukan siapapun kecuali hanya mereka berdua. Lia memindahkan tangan Yeji, mendorong mundur kepala Yeji yang terbaring diatas dadanya. Membuka selimut kemudian bangkit dari baringannya. Berencana mencari keberadaan Ryujin dengan cara menuruni tangga. Berjalan mengelilingi kabin dari depan sampai belakang, namun hasilnya nihil.

Apakah semalam sesuatu terjadi? Kenapa tiba-tiba Yeji ada diranjangku dan Ryujin menghilang?

Lia menggigit bibirnya. Mencoba mengingat-ingat kejadian semalam. Lia benar-benar tak dapat mengingat apapun, semalam ia sangat mengantuk, dia hanya sama-sama mendengar seseorang berbisik ditelinganya. Seseorang yang kemudian menciumnya berulang kali, meraba-raba tubuhnya dan Lia tak lagi mengingat apapun. Apakah ryujin yang semalam melakukan itu? Atau Yeji?

Lia menggerak-gerakan kedua matanya. Berusaha keras untuk mengingat.

Aku yakin itu bukan Ryujin. dia tak mungkin dengan lancang menyentuhku tanpa seijinku, aku yakin itu pasti Yeji dan aku tidak menyadarinya.

"Lia apa yang kau lakukan?" Yeji muncul, mendekati Lia yang terlihat masih mengedarkan pandangannya jauh keluar danau. Yeji yang kemudian ikut mengarahkan pandangannya keluar kemudian kembali memerhatikan wajah Lia yang terlihat khawatir.

"Apa yang sedang kau liat? Kau mencari sesuatu?" Tanya Yeji penasaran.

Lia tak menjawab Yeji. Lia hanya menatap Yeji beberapa saat kemudian mengatakan hal lain. "Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Lia berbalik.

Kening yeji mengeryit mendengar pertanyaan Lia. "kenapa kau bertanya seperti itu? kau tak suka aku disini bersamamu?" Tanya Yeji. Melihat ekspresi tak suka yang Lia tunjukan padanya.

".......aku hanya terkejut karena tiba tiba kau sudah berada disini tanpa memberitahuku" jawab Lia.

"Apakah aku harus memberitahu kekasihku terlebih dahulu ketika aku akan datang? Kau curang Lia kau juga tidak memberitahuku kau akan datang kemari, jika kau mengatakannya aku pasti akan menyusulmu lebih awal.." Yeji menarik tubuh Lia. Membawa Lia kedalam pelukannya kemudian menciumi leher Lia penuh sayang.

"Yeji hentikan..." Lia mendorong dada Yeji hingga memaksa Yeji melepaskan pelukannya.

"Aku akan pulang sekarang..." ucap Lia ketus. Menjauhkan dirinya pada Yeji agar Yeji tidak lagi bisa menyentuhnya.

"Kenapa kau harus terburu-buru? Kita bisa mandi bersama terlebih dahulu kemudian breakfast kan..." kata Yeji. Memperhatikan Lia yang kini terlihat berjalan menuju tangga untuk naik kelantai atas.

"Eomma akan marah jika aku tak segera pulang..."

Yeji menarik salah satu sudur bibirnya. Merasa lucu dengan jawaban yang Lia katakan. "Sejak kapan ibumu peduli padamu Lia? Dia tak akan marah karena kau bukan prioritasnya. jadi kau tak perlu terburu-buru seperti ini dan bersenang-senanglah denganku..." ucap yeji dengan nada meninggi.

"Apa maksudmu?" Kening Lia berkerut. Mengurungkan niatnya yang akan kembali kekamar tidur untuk mengambil cardigannya.

"Kau tak perlu menutupinya, aku tau semua tentangmu. Tau tentang kelakuan buruk ibumu yang tak sesuai dengan apa yang ia tunjukan didepan mataku..." Yeji mendekati meja didekat dapur dimana semalam ia tinggalkan sebucket bunga dan kotak besar berhias pita berwarna biru. "Ikutlah denganku......mother menyuruhku membawamu keacara pesta keluarga kami malam ini. aku sudah menyiapkan gaun termahal yang bisa kau pakai"

.
.
To be continued

Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 64.6K 131
[BOOK ONE IN THE LIFELINE SERIES] life·line ˈlīfˌlīn/ noun "A person you can always depend on to help you in a really messed up situation where you n...
122K 5.6K 25
Desperate for money to pay off your debts, you sign up for a program that allows you to sell your blood to vampires. At first, everything is fine, an...
244K 6K 52
⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯ ΰͺœβ€βž΄ 𝐅𝐄𝐄𝐋𝐒 π‹πˆπŠπ„ .ᐟ ❛ & i need you sometimes, we'll be alright. ❜ IN WHICH; kate martin's crush on the basketball photographer is...
583K 13K 40
In wich a one night stand turns out to be a lot more than that.