Pasangan pengantin baru itu tiba di Belgia pada malam hari. Mereka singgah di sebuah hotel di kawasan Kota Brussel yang letaknya strategis di perkotaan. Mereka mengisi perutnya di Ristorante Bocconi yang menyajikan masakan ala Itali dan Mediterania. Gaya klasik di dalamnya membuat suasana menjadi hangat dan nyaman.
"Sayang ... kita mojok yu? Disini banyak orang! Mas ingin romantisan sama kamu!" rengek Pierre manja.
Revela memutar kedua bola matanya. "Bucin amat sih Mas? Memangnya kita itu anak remaja mojok segala?"
"Namanya juga pengantin baru!"
"Ya sudah ayo. Bawel amat sih!"
Pierre terkekeh tak henti menggoda sang istri yang sedari tadi cemberut. Mereka pindah meja ke pojokan di restoran itu.
"Husky, bisa tidak kau jangan mengikuti kami terus?!" Revela kesal Jordi selalu berdiri disampingnya.
"Husky??"
"Iya. Anjing kesayanganmu ini! Siberian Husky!" Revela menunjuk Jordi membuat bodyguard itu menatap padanya.
Rencanaku bisa berantakan kalau si Husky selalu ada!
"Puft. Kau ini ada-ada saja! Siberian Husky ... kalau tak salah anjing Alaska yang mirip serigala! Sifatnya keras dan energik! Harus pintar melatih jika ingin menurut, seperti kamu Sayang!" Pierre terkekeh.
"APA?" Revela membelalakkan mata.
"Sepupuku Vlad memilikinya. Dia penyuka anjing! Jika nanti kau ke Prancis bersamaku kau pasti akan bertemu dengannya!"
Vlad?? Sepertinya tak asing!
Tiba-tiba tangan Pierre merayap ke pahanya. "Mas, aku malu ...!" Revela menatap Jordi.
Pierre melihat ke arah wanita itu menatap. "Husky, sana pergi!"
Jordi mengangguk dan berlalu pergi dengan wajah merah padam. Tak terima jika sang tuan mengatainya. Revela tertawa renyah. Rasa kekesalannya kini terlampiaskan.
Datanglah seorang pemuda berpakaian pelayan memiliki paras tampan. Revela terpana melihat wajahnya dengan postur tubuh tinggi dan benar-benar atletis. Mereka saling pandang. Pemuda itu menyodorkan buku menu. Revela asal membukanya. "What is the famous food here?"
"There are so many famous food. Including stoemp, moules,-"
"Moules. I order that!"
"Are you sure, Honey??" Pierre meragukan makanan yang dipesan Revela.
"Yeah ...! I love it!"
"Anything else ...?" Pemuda itu mengedipkan satu matanya pada Revela. Pierre geram menyaksikan pemandangan didepannya.
"I want to order carbonade and stoemp!! And get me some bir!!" Pierre menghunus tajam matanya.
Pemuda itu berlalu mengambil pesanan mereka. Melihat pipi Revela merona, Pierre naik darah. Mereka bercekcok cukup lama. Pierre berdiri hendak menemui pemilik restoran. Namun Revela menahan tangannya. Pierre menarik tangan Revela dengan kasar. Tiba-tiba sebuah tangan menahannya.
"Lepaskan tangannya!" Pemuda itu mencengkeram kuat tangan Pierre membuatnya meringis.
Pierre melepas tangan Revela dan menghempaskan tangan pemuda itu. "Jadi kau bisa bicara Indo? Baguslah!" Pierre mencengkeram kerahnya. "Eh, Cecunguk! Dia itu ISTRIKU mau aku apakan itu URUSANKU!!"
Semua orang mulai gaduh. "Sayang, ayo kita pergi!"
"Maaf Tuan, makanan yang saya buat tidak bisa dibuang begitu saja!"
"Heh lucu sekali! Seorang pelayan rendahan sepertimu berani bicara seperti itu padaku?? Berikan saja bill-nya padaku! Aku akan membayarnya 10x lipat!!" Pierre kembali mencengkeram kerahnya. "Panggil bos mu! Kau akan dipecat hari ini juga!"
"Maaf Tuan! Anda tidak bisa memecat saya, karena saya pemilik hotel juga kepala chef disini!"
"HAAHAHAHAHA! Anda benar-benar lucu saya sungguh terhibur! Kau dengar itu Sayang?"
"Saya tidak bercanda Tuan. Sebaiknya anda kembali duduk dan mencicipi hidangan yang saya sajikan selagi hangat!" Pemuda asing itu menatap tajam. Revela menarik Pierre duduk. Pemuda itu berlalu pergi.
Revela menatap heran melihat suaminya dengan lahap menikmati hidangannya. Pierre menghentikan santapannya. Pandangannya teralih pada istrinya. "Kau tak makan, Sayang??"
Revela menggeleng. Pierre menatap hidangan istrinya. "Kenapa?"
"Hidangan ini mengingatkanku pada bekicot! Ini semua gara-gara kamu Mas!" Revela mengerutkan kening menahan rasa mual. "Aku ingin ke toilet!"
Pierre panik menggenggam tangan istrinya. "Duh sebentar Sayang ... kemana para pelayan disini sih?"
"Mas, Vela tak tahan!! Hoeek!"
Pierre semakin panik. "WAITER!!" Laki-laki tadi kembali menghampiri mereka.
"Kau lagi?? Bukankah kau bos disini? Kemana pelayanmu?"
"Pelayanku semua sibuk."
"Restoran di hotel seperti ini mana bisa kekurangan pelayan! Sudahlah, dimana toiletnya? Istri saya mual-mual!"
"Mari ikut saya."
"Ayo Sayang!"
"Biar aku sendiri saja. Mas kan lagi enak makan. Nanti selera Mas hilang gara-gara aku!"
"Tapi-"
"Sudahlah Mas. Aku tak apa!"
Revela bergegas mengikutinya. Mereka menuju toilet yang tempatnya tidak jauh dari sana. Tanpa pikir panjang Revela masuk kedalam toilet dan muntah-muntah. Setelah beberapa menit, ia dapat menghirup napas dengan lega.
TOK TOK
"NYONYA, ANDA TIDAK APA-APA?!" teriak pria asing dari luar toilet.
Kenapa pria itu terus menungguku?
"SAYA SUDAH TIDAK APA-APA! PERGILAH TUAN!!" teriak Revela dari dalam toilet.
"SAYA TIDAK MAU! KALAU ANDA KERACUNAN GARA-GARA HIDANGAN DISINI BAGAIMANA?"
Sialan. Bertambah satu lagi pria menyebalkan dalam hidupku!
Revela keluar dari toilet. Menatap heran pemuda yang asik tertawa. "Apa ada yang lucu??"
"Ya! Anda begitu konyol! Dengan penuh percaya diri memesan kerang, setelah dihidangkan jangankan mencicipi ... melihatnya saja sudah mual!" Lelaki itu kembali menertawainya.
"Itu tidak lucu! SUNGGUH TIDAK LUCU!! Saya sendiri tidak menyangka sekarang sangat membenci makanan lunak yang menggelikan!"
"HAHAHAHAA! Belgia terkenal dengan cokelat dan makanan lautnya Nyonya!"
"Apa anda tidak pegal tertawa terus? Saya saja yang melihatnya sudah pegal!" Revela sudah tak tahan ingin menampar wajah lelaki didepannya. "Dasar pria gila!! Memangnya kita saling kenal sampai anda berani menertawakan saya seperti itu?!"
Pemuda itu menghentikan tawanya dan mengulurkan tangan. "Mari kita berkenalan. Saya Justin Ferre Beauvais, pemilik Hotel Amigo!"
Revela membalas uluran tangannya. "Revela Franceska Nasution! Wanita yang SUDAH MENIKAH!"
"Waw! Anda langsung menciptakan benteng pertahanan di hari pertama berkenalan??"
Revela berdecak menarik tangannya kembali.
"Jadi saya ditolak?"
"Apa sih ...?" Revela menyipitkan mata.
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari arah belakang. "Sayang, kau sedang berbincang dengan siapa?"
Revela terkejut. Ia melupakan Pierre karena asik mengobrol. Justin segera bersembunyi dibalik toilet. Pierre memeluk pinggang Revela dari belakang. "A-aku tidak berbincang dengan siapapun!"
"Aneh. Sepertinya Mas mendengar suara pria!"
Pierre menatap curiga. Melihat sekeliling toilet, tapi tak seorangpun disana selain mereka. Revela merangkul Pierre.
"Suara pria dari mana Mas? Ini toilet wanita! Maas ... kepalaku pusing!"
"Ayo kita kembali ke hotel!" Pierre merangkul pundak Revela. Namun matanya masih mencari sosok pria. Mereka mulai berjalan meninggalkan toilet. Bercakap sepanjang koridor.
"Kau tak makan Sayang? Restoran ini menyediakan masakan Itali kesukaanmu loh!"
"Gara-gara bekicot selera makanku jadi rusak!"
"Maafin Mas dong Sayang ...!"
Suara mereka semakin menjauh. Setelah dirasa pergi, Justin keluar dari toilet. "Akhirnya aku menemukanmu setelah 7 tahun lamanya!"
*
HOTEL
"Sayang ... Mas punya firasat buruk kalau Cecunguk itu akan merebutmu!" Pierre sudah memakai piyama.
"Aku kan sudah jadi istrimu. Mas mau aku bagaimana lagi??" Revela merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur.
"Pokoknya jauhi dia!" Pierre menarik selimut membalut tubuh istrinya juga dirinya.
"Sudah jangan ribut terus! Aku capek, ngantuk!!" Revela memunggunginya.
"Awas kalau kau berani macam-macam dengan Cecunguk itu!"
Revela tersenyum memejamkan mata.
***
BERSAMBUNG 💖