[✓] ⩨. domino | short story ㅡ...

Por parkna-

392 98 35

Definisi aku jatuh ke kamu tapi kamu jatuh ke yang lain. © parkna-, 2022. ⚠kata-kata kasar tidak untuk di tir... Más

OO.
O1.
O2.
O4.

O3.

28 20 12
Por parkna-

O3.  Week(end)

•°•

Entah mengapa hari ini Risa merasa benar-benar malas untuk melakukan apapun. Ya untungnya saja hari ini adalah hari minggu, dia jadi bebas untuk bermalas-malasan seharian. Tapi sebenarnya bukan itu yang di inginkan.

Jalan-jalan lalu street food-an bersama dengan di temani Aksa adalah suatu keinginan yang tidak mungkin mereka lakukan. Risa merutuki dirinya kala merasa dia sudah di buat sangat sangat bucin oleh Aksa. Benar-benar cowok itu.

"Duh, kalo gini terus bahaya. Di rumah kerjaannya halu doang, mana haluin Aksa lagi."

Risa menenggelamkan wajahnya pada bantal, berusaha menghapus bayang-bayang seorang Aksa dalam pikirannya meski hanya seperkian saat. Tapi di detik berikutnya dia malah memekik girang dengan mata melotot seperti hampir keluar dari tempatnya.

Aksayang is calling

Risa memegangi dadanya dengan jantung yang mulai berdegup kencang. Oh ayolah, Risa jadi semakin banyak berharap.

Risa berkali-kali mencoba untuk menyadarkan dirinya sendiri jika memang ini adalah sebuah mimpi, tapi ternyata tidak. Betapa bahagianya Risa hari ini.

"H-halo?"

"Oh, halo Ris, ini gue Rafa. Sekarang lo bisa ke rumah gue enggak?"

"Ngapain dih? Mager."

"Tinggal ke rumah doang elah, susah amat."

"Yah tapi perjalanannya itu yang lama, males, mager, enakan rebahan."

"Haduh, buruan kesini kek. Di tungguin Aksa ini lho."

"Taik."

"Di bilangin juga, buruan!"

"G."

"RIS KESINI CEPETAN! KITA MAU JALAN JALAN, LO GAK MAU IKUTAN EMANG?"

Seketika Risa menjauhkan handphonenya dari telinganya kala mendengar Octa yang berteriak tanpa memperdulikan telinga orang orang yang mendengar teriakan melengkingnya itu.

"Duh, kalian nih ganggu minggu turu gue aja."

"Ketimbang turu yah enakan jalan-jalan, Ris. Ada Aksa nih."

"Lah? Gue?"

"Yah otw."

"Otw kesini?"

"Otw bangun, Ta."

"BURUAN ANJENG JANGAN LAMA LAMA!"

"Iya elah, maksa bener, heran."

Risa kemudian bangkit dari rebahannya dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan badan selama kurang lebih 15 menit. Setelah keluar dari kamar mandi, Risa melirik jam dinding yang menempel pada dinding kamarnya. Ternyata masih pukul 09.47.

Usai bersiap-siap, Risa menyimpan uang di balik casing handphone lalu memasukkan handphonenya ke dalam saku celananya.

Saat keluar kamar, Risa dapat merasakan kesunyian yang ada di dalam rumahnya ini. Hanya bisa menghela nafas, Risa mulai menuruni tangga kemudian mengeluarkan motornya dari garasi dan segera melenggang pergi dari rumah, dengan tak lupa mengunci seluruh pintu dan jendela rumah sebelum pergi.

••

"Sumpah, luama cok." Octa menggerutu karena sudah hampir setengah jam dia menunggu teman-temannya untuk datang berkumpul di rumah Rafa.

Beberapa saat kemudian, Rafa datang dengan membawa nampan berisi empat gelas ice lemon tea. "Belum dateng juga?"

Octa menoleh kemudian menggeleng. "Ngaret, biasalah."

Rafa meletakkan nampan itu di atas meja terasnya, lalu duduk bergabung dengan Aksa yang sedari nge-game tanpa terganggu di bangku panjang depan rumahnya.

"Tuh, minum dulu, sambil nungguin." ujar Rafa.

"Duh, lo tau aja deh kalo gue haus. Makasih yah." Tanpa sungkan Octa mengambil salah satu minumannya kemudian meneguknya hingga tandas setengah.

"Heem."

Rafa melirik Aksa di sebelahnya, cowok itu tampak benar-benar fokus dengan gamenya hingga Rafa menyenggol lengannya tiba-tiba, membuat Aksa langsung mengerang kesal karena secara tidak langsung Rafa telah membuatnya kalah.

"Anjing! Ah, kalah kan! Gara-gara lo nih." gerutu Aksa kemudian, sedangkan Rafa malah terkekeh.

"Yaudah sih, kalo gak kalah, lo mana mau berhenti. Minum dulu tuh." balas Rafa dengan santai.

Aksa mendengus kemudian mengambil salah satu dari tiga gelas yang tersisa.

"Than, lo gak minum? Udah jangan sungkan-sungkan, masa sama Rafa aja sungkan lo." ujar Octa pada Thania di sampingnya.

"Iya ntar aja."

"Kenapa gak sekarang aja? Nanti udah gak dingin."

"Iya, ntar aja gapapa."

Rafa mengangguk kemudian menatap ketiga pengendara motor yang baru saja memasuki halaman rumahnya. "Pantesan lama, jemput-jemputan ternyata."

Imel, Lili, Bila, Silva, Herlin dan Zarin turun dari motor. Mereka berdiri di dekat Octa dan Thania yang duduk di kursi teras milik Rafa. Di detik berikutnya datanglah Risa dengan cengiran lebar yang menghiasi wajahnya.

"Curang, gue gak di jemput masa." ujarnya setelah turun dari motor dan berjalan menghampiri teman-temannya.

"Yah gue pikir lo gak ikutan." balas Herlin.

"Di paksa yah ikut lah gue."

"Yakin bukan karena ada si itu?" sahut Octa sengan melirik sekilas ke arah Aksa yang sibuk dengan handphonenya.

"Stt, itu juga termasuk sih." balasnya pelan.

"Ayo jalan." ajakan Rafa membuat mereka menyerngitkan dahi.

"Kemana?"

"Dufan, Ancol."

Seketika mereka semua langsung menyetujui, namun tidak dengan Risa. "Heh gue sendirian dong? Haduh males banget. Rin sama gue aja Rin."

"Heh enak aja, Zarin sama gue yah!" tukas Herlin dengan cepat.

Risa melihat teman-temannya yang sudah memasang helm masing-masing dan mulai menaiki motornya, membuatnya menggaruk bagian belakang kepalanya dengan bingung sekaligus panik. "Duh, gue kan gak berani lewat jalan tol." gumamnya pelan.

"Sama gue mau gak?"

Risa menoleh. "Ha? Eh, yah gapapa sih. Terus motor gue?"

"Taro rumah gue gapapa." kata Rafa membuat Risa mengangguk.

"Eh tapi gue nanti sama Sahmi, lo sama Aksa aja yah?" Risa seketika melotot.

"Aksa?"

Rafa mengangguk, dia melihat Aksa yang sudah naik ke atas motor pun langsung mendekati cowok itu. Mereka membicarakan sesuatu tapi Risa tak dapat mendengarnya.

"Ris, jadi sama siapa?" tanya Lili, Risa mengangkat bahunya tidak tahu sebagai balasan.

"Ris! Nih sama Aksa, motor lo biar gue yang atur deh. Kalian jalan duluan aja ke rumah Sahmi, gue nyusul, disana juga udah ada Faaz, Karel, Nauval, sama Naren."

Risa merasa tidak percaya. Ini seriusan dia bakalan di bonceng sama Aksa? Aksara Putra Ga Yori kan?!

"Ayo." Suara bass Aksa langsung membuyarkan lamunan Risa, dia gelagapan.

Octa dan Thania pergi duluan, di susul Lili dan Imel, kemudian Herlin dan Zarin, baru Silva dan Bila, dengan Aksa dan Risa di belakang mereka.

Risa berpegangan pada ujung jaket denim yang di kenakan oleh cowok jangkung yang memboncengnya saat ini. Antara gugup dan senang menjadi satu, tapi rasa gugupnya lebih mendominasi sekarang.

"Waduh, boncengan nih." goda Faaz, saat melihat Aksa dan Risa yang berboncengan berada di baris paling akhir.

"Diem lo." tukas Aksa.

"Lho? Kok marah-marah?" Faaz menyeringai kecil.

Setelah banyaknya drama, akhirnya mereka pun pergi bersama-sama menuju Dufan, Ancol. Yang pastinya mereka akan bersenang-senang disana.

••

Mereka turun dari salah satu wahana dengan tawa riang yang sama sekali belum berhenti sejak 5 menit yang lalu, mereka menertawakan komuk wajah Imel kala menaiki wahana Koar-koar tadi.

Wahana selanjutnya yang akan mereka naiki adalah Geledek, tapi di perjalanan, mereka berhenti di salah satu bangku untuk beristirahat disana sejenak.

"Ini nanti naik semua?" tanya Nauval dengan menyalurkan air mineral yang dia bawa pada Faaz di seberangnya.

"Kayanya gue enggak deh." celetuk Risa.

"Serius? Kenapa?" tanya Octa.

"Selain takut, gue juga lagi gak mau muntah-muntah." balasnya seadanya.

"Yaudah Risa tunggu sini sama siapa? Masa sendirian?" ujar Herlin.

"Gapapa kok, santai aja, kalian naik gih."

"Heh, kita gak setega itu kali buat ninggalin lo sendirian disini kaya anak ilang." seru Bila yang kemudian di angguki oleh mereka.

"Biar sama gue."

Mereka langsung menoleh ke arah Aksa. Sedangkan cowok itu memasang wajah bingung. "Kenapa?"

"Serius lo? Gapapa?" tanya Faaz memastikan.

"Iya."

Baiklah.

Sampai sini apakah Risa boleh berharap lebih, lagi?

Setelah mereka semua pergi, tinggalah Risa dan Aksa saja disana, tapi Aksa baru saja mengatakan jika dia ingin ke toilet sekarang, jadilah Risa sendirian sekarang.

Risa menunduk sembaei mengayunkan kakinya merasa bosan, Aksa tak kunjung kembali juga setelah 15 menit pergi. Saat Risa mendongak, pemandangan yang dia lihat saat itu adalah..

Aksa sedang berdiri tak jauh darinya saat ini, dan cowok itu tengah berbicara dengan seseorang cewek yangㅡentahlah, wajahnya begitu asing bagi Risa.

Awalnya Risa hanya menganggapnya biasa, namun tidak saat Risa melihat dengan mata kepalanya sendiri.

Aksa mencium kening cewek itu di tengah keramaian.

Jantung Risa rasanya seperti berhenti berdetak. Baru saja dia di terbangkan oleh sikap-sikap Aksa hari ini, tapi sekarang? Kenyataan seolah tidak terima, dan langsung menjatuhkan ekspektasi Risa tanpa aba-aba.

"Maksud lo apa sih, Sa? Minimal kalo lo emang gak ada rasa, ya gak usah bersikap seolah-olah lo ada rasa."

"... gue yang sakit."

••

Risa baru menginjakkan kakinya di rumah pada pukul 18.20. Bagaimana tidak, usai dari Dufan, bukannya langsung pulang, mereka malah mengajak untuk sekalian pergi ke Pik untuk street food-an sekaligus melihat matahari terbenam disana.

Yah memang benar, keinginan Risa benar-benar menjadi kenyataan hari ini. Jalan-jalan bersama Aksa, street food-an di temani Aksa, tapi yah tetap saja, bayangan saat cowok itu mencium seorang cewek di tengah keramaian tadi masih membayang-bayanginya.

Cklek

"Darimana aja kamu? Hari libur bukannya belajar malah jalan-jalan gak jelas."

"Kamu pikir untuk apa Ibu nyekolahin kamu sampe kayak gini kalo bukan biar kamu jadi orang sukses kedepannya. Biar hidup kamu di masa depan tuh tertata. Eh kamu yang tinggal belajar aja susah."

"Coba kamu yang cari uang. Apa bisa? Atau, kamu itu bisanya cuma hambur-hamburin uang?"

"Dari awal ibu sama sekali gak ngelarang kamu buat bergaul sama siapapun, tapi pergaulan kamu sendiri yang ngebuat ibu jadi sering marah-marah ke kamu. Waktu kamu sekarang lebih banyak kesita buat main gak jelas, jalan-jalan lah, nongkrong lah, apalah itulah. Kapan kamu belajarnya?"

"Kita udah cuma hidup berdua, kamu itu bukannya bahagiain ibu, malah bikin ibu marah-marah terus. Suka kamu liat ibu marah-marah? Kamu gak kasian sama ibu yang udah kerja sampe jam 5 sore, abis itu masak, bersih-bersih, ngerjain semua pekerjaan rumah, dan abis itu kamu suruh ibu marah-marah terus mikirin gimana kamu kedepannya?"

"Padahal, kamu cukup diem di rumah terus belajar, udah, itu aja cukup buat ibu bahagia."

"Tapi Risa yang enggak bahagia, bu."

Plak!

Seguir leyendo

También te gustarán

15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
Roomate [End] Por asta

Novela Juvenil

712K 48.3K 40
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
2.8M 159K 40
DILARANG PLAGIAT, IDE ITU MAHAL!!! "gue transmigrasi karena jatuh dari tangga!!?" Nora Karalyn , Gadis SMA yang memiliki sifat yang berubah ubah, kad...
720K 67.4K 50
{Rilis in :1 February 2021} [Fantasy Vampire series] Ivylina terjebak di sebuah Museum kuno di negara Rumania dan terkunci di kamar yang penuh dengan...