HOCKEY BOYS! √Nomin ft Markhy...

Oleh CheonsAegi

1M 94.9K 21.2K

NCA Dinos adalah tim Ice Hockey di sekolah elite bernama NCA (Neo Culture Academy). Tim yang beranggotakan 7... Lebih Banyak

P R O L O G !
1. NCA Dinos!
2. Hidden Love
3. Deal or Deal
4. Continue The Plan
5. Unlucky Day
6. Morning After Sex
7. Play With You
8. Where's Mark?
9. Fall in Charm
10. Waiting For You
11. Passionate
12. Please Comeback
13. Lee Fvcking Jeno
14. Different Feelings
15. Keep Secret
16. More Deeper
17. Something Gray
18. Stay Away
19. Worries
20. Do You Love Me?
21. Getting Stronger
22. Attention and Priority
23. Good Chance
24. Badboy Sh*t
25. Sorry For Your Feeling
26. Break Up
27. Broken Hearts
28. Replace You With Him
29. Birthday Party
30. Burn My Bed
31. Painful Facts!
32. Drowning in Doubt
33. Make It Back
34. Secret Between Us
35. Hockey Fight
36. Loser
38. Clown Mode I
39. Always be Yours
40. Clown Mode II
41. Jaemin in the Trap!
42. Day Full of Love
43. Goodbye My Youth (END)
OUR PAST LIFE (New Story)

37. No Marriage

9.4K 880 54
Oleh CheonsAegi

Aloww aku kembali setelah 2 minggu ga update :') Maaf yaa, dari kemarin aku beneran ga mood banget buat nulis. Stuck ide juga jadi ga tau mau nulis apa. Semoga dimaklumi yaa.

Yang kangen sama markhyuck, waktu dan tempat dipersilakan^^


|--------HOCKEY BOYS!--------|
-CheonsAegi-


♫ Play: Zack Tabudlo - Give Me Your Forever♫

Setelah hari itu, Jaemin hanya menghabiskan waktu bersama dengan Jeno di apartemennya. Pria Lee benar-benar memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk bisa menunjukkan bahwa begitu cintanya ia dengan Jaemin.

Tidak seperti Jeno, justru Haechan memilih untuk menjauhi Mark. Dia selalu menolak untuk bertemu dan tidak mengangkat telepon dari Mark. Sekali pun diangkat, pria itu hanya membalasnya dengan singkat dan mencari banyak alasan untuk menutup sambungannya. Hal ini sedikit membuat Mark semakin tertantang dan puas. Tandanya rencana ia dan Jaemin berhasil.

Ada waktu sekitar 10 hari sebelum pengumuman masuk universitas. Mark tidak tahu apakah dia masuk atau tidak di salah satu universitas di Korea. Jika tidak ada satu pun yang masuk, maka dia akan coba daftar di Universitas British Columbia yang berada di Vancouver, Kanada. Dulu saat masih berpacaran dengan Jaemin, dia memang ada rencana untuk tinggal di Kanada setelah lulus sekolah dan menikahi pria cantik itu di sana. Tapi sekarang rencana menikahi Jaemin itu sedikit aneh untuk diwujudkan ketika kepalanya terus memikirkan tentang Haechan. Bisa dikatakan Jaemin bukan lagi prioritasnya dan hanya menganggapnya sebagai seorang teman.

Bicara soal Haechan, omong-omong saat ini Mark sedang ada di depan rumah remaja itu, lebih tepatnya ada di sebrang agar tidak terlalu kelihatan. Dia tidak turun dari mobilnya dan hanya menunggu di dalam. Tidak ada tujuan ia melakukan semua ini, hanya menjalankan dorongan dari hatinya.

"Hahh~! Sebenarnya apa yang aku lakukan?" ucap Mark untuk dirinya sendiri sambil bersandar di kursi kemudi. Dia bertindak seperti penguntit sekarang. Diam di depan rumah orang dan menunggu pemiliknya untuk keluar.

Karena bosan, Mark mengambil sebatang rokok untuk mengisi kekosongan yang ia buat sendiri. Saat sedang menikmati benda adiktif itu, tiba-tiba pagar rumah Haechan dibuka oleh pemiliknya. Mark mengerutkan kening saat melihat Haechan tampak menggunakan pakaian rapih. Ia mengeluarkan mobilnya lalu kembali menutup pagar rumah sebelum akhirnya pergi. Karena penasaran, Mark pun mengikuti mobil pria itu dari belakang.

"Dia mau pergi ke mana malam-malam?" gumam Mark setelah melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 8 malam.

"Apa dia mau ke bar? Tapi pakaiannya terlalu sopan." sambung Mark lagi menerka-nerka karena Haechan menggunakan celana panjang hitam, kemeja putih dan vest hitam.

Beberapa menit ia mengikuti mobil Haechan, akhirnya Mark tahu ke mana pria itu pergi.

"Gereja?" gumam Mark yang membiarkan mobil Haechan masuk dan memarkirkannya lebih dulu. Setelah pria itu masuk ke dalam gereja, Mark ikut memarkirkan mobilnya tak jauh dari milik Haechan.

Mark keluar dari mobil lalu masuk ke dalam tempat ibadah itu. Ia melihat Haechan duduk di salah satu kursi sambil menundukkan kepala. Mark tidak tahu apa yang pria itu lakukan karena ia berada di belakang Haechan. Mark pun memilih untuk duduk di kursi belakang yang tidak terlalu jauh dari posisi Haechan. Tampaknya pria itu sedang fokus berdoa hingga tidak sadar akan kedatangan orang lain selain dirinya.

Tak lama, Mark melihat bahu pria itu bergetar lalu terdengar suara hisak tangis. Tangis yang begitu sedih hingga Mark tidak tahan untuk terus berdiam diri. Pada akhirnya ia bangkit dan pergi untuk duduk di samping kursi Haechan. Mark mengeluarkan sapu tangan lalu memberikannya pada Haechan, pria yang sedang menangis itu terkejut saat seseorang memberikannya sapu tangan. Ia menoleh untuk menatap siapa orang itu, ketika tahu, ia hanya bisa terdiam sambil menatap wajah Mark dengan air mata yang terus berjatuhan. Mark dengan lembut mengusapkan air mata di pipi Haechan dengan sapu tangannya.

"Aku tidak suka melihatmu menangis." ucap Mark dengan lembut lalu tersenyum tipis. "Tapi jika itu yang membuat hatimu terasa nyaman, maka lakukanlah. Aku akan menemanimu di sini sampai kau merasa baik."

Haechan kembali menundukkan kepala dan terlihat air matanya kembali menetes. Mark membiarkan pria itu menangis sesukanya tanpa bertanya. Ia akan bertanya saat pulang nanti, ketika Haechan sudah lebih tenang.

Setengah jam berlalu, Haechan sudah terlihat lebih tenang dengan mata terpejam sambil menundukkan kepala. Terakhir ia juga menghela nafas berat sebelum melontarkan kalimat ajakan.

"Ayo pulang, sudah malam."

Mark pun menyetujui ajakan itu hingga mereka keluar saling bersampingan. Di parkiran, Haechan melihat mobil Mark kemudian ia tersenyum.

"Ternyata benar dugaanku kalau mobil itu milikmu." ucap Haechan.

"Kau tahu?"

"Tentu saja. Aku pernah melihatnya dulu dan aku selalu ingat setiap detail tentangmu."

"Kalau kau tahu kenapa diam saja?" tanya Mark.

"Karena aku tidak peduli?" jawab Haechan terkesan tidak acuh.

Mark terdiam lalu ia mengusap tengkuknya karena bingung ingin membalas apa. Melihat itu Haechan terkekeh pelan lalu melontarkan umpatan kecil.

"Dasar bodoh!" kemudian mendapat senyuman malu dari Mark.

"Yah.. aku ketahuan menguntitmu."

"Orang bodoh mana yang menguntit rumah seseorang dengan mobil pribadi yang pernah orang itu lihat sebelumnya? Lain kali kalau mau jadi mata-mata belajarlah padaku." ucap Haechan terdengar sombong lalu ia mendekati mobilnya.

"Baiklah, aku akui kalau aku payah. By the way, malam ini aku boleh menginap di rumahmu?"

Haechan menghentikan langkahnya, lalu membalikkan badan untuk menatap Mark. "Untuk apa?"

"Entah. Hanya ingin berkunjung? Lagi pula bukankah dulu kau bilang aku boleh datang ke rumahmu kapan saja?"

Ucapan Mark membuat Haechan memutar mata sambil menghela nafas malas. Kedua tangannya terlipat di depan dada. "Ya memang, tapi itukan dulu. Sebelum kau memutuskan untuk tetap menikahi Jaemin. Lagi pula aku tidak mau berhubungan lagi dengan calon suami orang, aku sudah lelah."

Walau sudah ditolak, Mark tetap berusaha agar Haechan mengizinkannya tinggal satu malam di rumahnya.

"Tidak bisakah semalam ini aku menginap? Sungguh hanya malam ini."

"No."

"Please.."

Haechan mengerutkan kening. "Ada apa denganmu? Aneh."

Mark berjalan sambil memasukkan kedua tangan ke dalam saku jaketnya. Lalu ia bersandar di sisi mobil Haechan.

"Ada hal yang mau aku ceritakan padamu."

"Cerita saja di sini." dan mendapat gelengan dari Mark.

"Aku butuh waktu yang nyaman untuk bicara denganmu." ucap Mark lagi. "Aku serius." sambungnya dengan wajah yang benar-benar serius.

Melihat tatapan mata yang begitu tenang dan cukup ia rindukan, mau tidak mau Haechan tetap kalah dengan hatinya yang sejak tadi terus meronta ingin memeluk pria di depannya ini. Namun, tentu saja dia tidak akan melakukan hal itu.

"Hah! Sial! Kau selalu pintar memanfaatkan hati seseorang yang masih jatuh padamu."

Mark tersenyum kembali saat Haechan mengizinkannya. "Jadi diizinkan?"

"Seandainya aku tolak pun kau akan terus mengikutiku."

"Sorry.." ucap Mark yang mendapat gelengan dari Haechan karena tak habis pikir pria di depannya ini berusaha untuk mendekatinya lagi walau dia akan menikah dengan mantan pacarnya.

"Ah minggir, aku mau masuk! Kembali pada mobilmu, ayo pulang."


|--------HOCKEY BOYS!--------|
-CheonsAegi-


Mark memasukkan mobilnya ke dalam halaman rumah Haechan yang cukup luas. Lalu mereka berdua masuk ke dalam rumah yang remang dan sepi. Mark menghirup aroma harum sandalwood yang khas dari rumah Haechan lalu ia membentangkan tangannya seakan begitu merindukan tempat ini. Rumah milik keluarga Haechan ini memang modern, namun tidak semua, karena ada beberapa bagian yang berlapis kayu hingga terkesan sejuk dan tenang.

"Hahh~~ sudah lama sekali aku tidak berkunjung."

"Mau minum apa?" tanya Haechan dari dapur.

"Apa saja yang ada." balas Mark lalu ia duduk di sofa ruang TV. Tak lama kemudian Haechan membawakan segelas air dingin untuk Mark.

"Aku tidak ada apa-apa karena ART-ku belum belanja bulanan."

"Tidak masalah, aku ingin datang ke rumahmu karena ingin berbicara dengan empunya rumah bukan ingin mukbang."

"Hm.. baiklah. Apa yang ingin kau bicarakan?"

"Banyak."

"Okay? Pembahasan pertama?" tanya Haechan.

"Kenapa kau menjauhiku?"

"Ya Tuhan Mark Lee... kau masih bertanya hal yang jawabannya sudah jelas?"

"Karena aku akan menikahi Jaemin?"

Mendengar Mark mengucapkan hal itu benar-benar membuat Haechan kembali merasa kesal dan lemah. Dia berusaha kuat untuk menerima, namun ada rasa tidak rela yang dalam ketika Mark sendiri yang mengatakannya. Haechan membuang muka dan Mark melihat telinga Haechan memerah. Dia menangis.

"Chan.." panggil Mark lembut sambil memegang tangan pria chubby, namun pria itu menepisnya.

"Ukhm.." Haechan berusaha menahan air matanya dengan membersihkan tenggorokannya. "Aku benar-benar tidak tahu dengan apa yang kau mau, Mark." ucap Haechan sambil menatap lantai.

"Aku tidak tahu apa tujuanmu yang tiba-tiba kembali mengejarku, lalu bertingkah seakan-akan ingin memberikanku harapan padahal sudah jelas kau akan menikahi Jaemin. Aku tidak mengerti, Mark." sambung Haechan lagi dengan mata yang berkaca-kaca.

"Kau menangis lagi.." ucap Mark. "Saat di gereja, apakah aku adalah alasan dibalik tangismu itu?"

"Menurutmu?" balas Haechan terlihat kesal lalu ia menghapus air matanya dengan kasar.

"Kalau kau ingin tahu, hari ini aku sangat gundah, perasaanku sangat berat dan hanya ada pikiran-pikiran buruk di kepalaku. Karena itu aku berpikir untuk datang ke gereja dan menyerahkan diriku sepenuhnya pada Tuhan karena aku tidak tahu lagi harus apa dan bagaimana? Aku tidak punya siapapun yang bisa aku ajak bicara."

"Di sana aku diam sebentar. Aku meyakinkan diriku bahwa aku baik-baik saja. Aku mencoba untuk menerima keputusanmu itu dan aku mulai mendoakanmu. Aku mendoakan Jaemin. Aku mendoakan pernikahan kalian nanti. Aku berdoa untuk kebahagiaanmu dan.." Haechan tersenyum tipis dengan mata yang kembali basah oleh air mata. "..dan aku berdoa untuk kebahagiaanku tanpa dirimu. Walau aku bukan manusia yang taat, tapi aku yakin Tuhan tahu jika aku berdoa dengan tulus untuk orang yang aku sayang."

Mark terdiam, dia tidak tahu harus mengatakan apa. Rasanya ingin sekali Mark bilang jika pernikahannya dengan Jaemin hanyalah rencana bodoh yang mereka buat untuk membalas perlakuan Haechan dan Jeno sebelumnya. Tapi apakah itu tidak terlalu jahat? Apalagi saat ini Haechan terlihat sangat terluka.

"Argh! Menyebalkan sekali harus menangis seperti ini. Bukankah aku terlihat sangat menyedihkan? Hahaa.." ucapnya sambil bercanda ringan lalu ia menghapus air matanya dengan tisu.

"Apa aku sudah keterlaluan?" tanya Mark pada Haechan.

"Maksudmu bagaimana?"

"Jika aku bilang, tidak ada pernikahan antara aku dan Jaemin apa kau percaya?"

Haechan kembali menatap Mark dengan kening mengerut. "Tapi bukannya..." ucap Haechan terhenti saat melihat Mark menggelengkan kepala.

"Tidak akan ada pernikahan."

"Sebentar... lalu taruhan itu?"

"Itu adalah rencana yang aku buat bersama Jaemin untuk membalas perbuatan yang pernah kalian lakukan pada kami. Tujuannya.... seperti sekarang ini, membuat kalian frustasi."

"What the fuck..."

"Aku tahu ini keterlaluan, Chan. Aku tahu apa yang aku rencanakan ini salah tapi..." ucapan Mark terpotong karena dia terkejut melihat Haechan tertawa terbahak-bahak.

"Chan..."

"..hahahahaa sialan arhhh ini lucu sekali!! Hahahaaa.. oh Tuhan... jadi kalian berdua mau balas dendam? Begitu?" ucap Haechan masih sambil tertawa geli.

"Ya.. begitulah." dan Haechan kembali tertawa setelah mendengar jawaban dari Mark.

"Ouhh... aduh perutku sakit... auhh astaga Mark Lee.. Wahh! Ini benar-benar di luar bayanganku. Wah! Na Jaemin dia benar-benar pemain yang hebat sampai aku benar-benar tertipu."

"Kau... tidak marah?"

"Marah? Tidak. Ini konyol! Benar-benar konyol. Aku menangis setiap hari, merasa gundah, merasa hampir gila, lalu tiba-tiba kau datang menemuiku dan bilang kalau sebenarnya semua ini hanyalah rencana balas dendam yang kalian lakukan. Bukankah itu lucu? Benar-benar sangat plot twist yang konyol hahaa..."

"Jadi kau benar-benar tidak marah? Atau mungkin menganggapku dan Jaemin berlebihan?" Mark masih tidak yakin dengan reaksi yang Haechan berikan. Ini benar-benar di luar ekspektasinya.

"Tidak. Justru aku senang."

"Sungguh?"

"Yup. Ini benar-benar terasa seperti bangun dari mimpi buruk. Yahh.. memang sedikit kesal karena kau membuatku hampir gila beberapa minggu ini, tapi aku merasa itu bukan apa-apa dibanding perbuatanku dulu. Fine, aku bisa menerimanya. Aku akui kalian berhasil balas dendam padaku." jawab Haechan dengan wajah yang jauh lebih cerah. Melihat itu Mark baru bisa menarik bibirnya untuk membuat senyuman.

"Syukurlah kalau kau merasa begitu."

"Well... bagaimana kalau kita makan di luar? Tenang saja, ini biar aku yang traktir."

"Dalam rangka apa kau mau traktir?"

"Untuk merayakan kesuksesan rencanamu itu hahahaa..." ucap Haechan lagi sambil tertawa terbahak dan berjalan keluar rumah. Mark yang melihat itu hanya tersenyum. Dia tidak pernah melihat Haechan sebahagia ini. Sambil berjalan menyusul Haechan, Mark mengirim pesan pada Jaemin.

'Haechan sudah tahu soal rencana kita dan dia terlihat tidak keberatan dengan hal itu. Aku hanya perlu memberitahunya tentang tugas yang harus dia lakukan untuk membantu rencana kita soal Jeno.'

SEND

"Mark!! Ayo cepat!" tegur Haechan dari halaman.

"Ya yaaa!"

Malam ini Mark habiskan bersama dengan Haechan, orang yang sudah mengisi seluruh hatinya. Orang yang terus Mark rindukan setiap hari selama ia menjalankan rencana. Daripada menikahi Jaemin, kini Mark justru berpikir ingin melamar Haechan untuk menjadi pendamping hidupnya. Tapi entahlah, itu hanya imajinasi konyolnya ketika sibuk merindukan si pria chubby tersebut.

Tugas Mark masih banyak, dia harus mengenalkan kepada orangtuanya lagi soal Haechan. Dia harus mendapat izin pula dari orangtua Haechan. Belum lagi soal pendidikannya yang masih terombang-ambing di udara. Yah.. begitulah remaja, terlalu banyak hal yang ingin diwujudkan, namun bingung harus dimulai dari mana.

.

.

.

(-TBC-)

04/10/2022

Thank you buat yang setia nunggu ff ini. Makasih juga yang selalu sempatin vote dan komen. Luv luvv~

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

22.7K 3.3K 3
#Twoshot LoveStory SPECIAL VALENTINE "Kamu adalah alasanku mengapa aku tetap disini menunggumu tanpa aku disisimu dan menunggu kau bahagia denganku...
97K 12.4K 42
[NOMIN] [KINGDOM] "Bahkan ketika dunia ku sendiri sedang hancur. Aku tetap harus bangkit untuk menyelamatkan dunia orang lain." . . Mereka... dua ins...
117K 13.2K 24
SASUFEM!NARU FANFICTION Naruto tidak mengerti kenapa para senior wanita di hotel tempatnya bekerja tidak meyukainya? Dia juga tidak mengerti kenapa G...
contigo Oleh kai Jaemin

Fiksi Penggemar

10.5K 1.3K 6
"aku tidak normal" -jn "aku disini.." -jm kisah suka duka dalam hubungan yang tak jelas... #nomin #bxb