By The Irony Of Fate

By FirstRysm

26.1K 3.2K 1.4K

Ini cerita klise yang singkat tentang Jeremy dan Clara yang bertemu karena ketidaksengajaan. Kalau ditanya bi... More

By The Irony Of Fate
Target Utama
Rumah Sakit
Masakan Rumah
Bintang Lima
Bertemu
Persiapan
Dewasa, Katanya
Misi Dimulai
Bantal Pijat
Curiga
Akiraka
Morning Call
Butuh Waktu
Adip
Sopan
Klarifikasi
Mobil
Private in Public (Clues)
Ajakan
Gado-Gado
Obrolan Getir
Rumah Ibu
Tamu Tak Diundang
Chiffon Cake
Teras Rumah
Arti Bahagia
Penguntit
Fase Renggang
Simulasi Keluarga
Pacar
Game
Simulasi Ayah
Egoisme
Pantai
Transparan
Baby Training
Packing
Tunangan
Pamit
Club
Video Call
Selingkuh
Nyusul
Kejutan
Ayah
Sleep Well
Pulang
Paket
Kekasih Malam
Preman Cilik
Hoki
Ke Rumah Mantan
Sabar
Fitting Gaun
Ke Puncak
Survei
Kabur
Sertijab
Nikah
Honey Moon (Clues)
Telat
Periksa Kesuburan
Kecewa

Sama Aku

509 51 34
By FirstRysm

Jeremy dan Clara belum sempat pergi ke stasiun untuk membeli cilok. Siapa sangka durasi waktu yang mereka butuhkan untuk perjalanan ke stasiun akan mereka pakai untuk bercinta di mobil? Belum lagi Adip terus meneror ponsel Clara dengan ribuan pesan.

Ketika tiba di depan rumah, Adip terlihat sudah berada di depan pintu seraya menggendong Cleo. Wajahnya terlihat sangat kesal dan bertambah kesal ketika mendapati mobil Jeremy yang berhenti di depan pagar.

Siapa sangka keputusannya untuk membiarkan Clara dan Jeremy pergi meninggalkannya dengan Cleo berakhir buruk. Kini ia terlambat ke acara makan malam yang seharusnya sudah dimulai lima belas menit yang lalu. Pertengkaran seperti apa yang membuat mereka begitu lama? Hampir 6 jam lamanya mereka pergi.

Tepat setelah keluar dari mobil Jeremy, Clara segera menghambur ke arah Cleo. Ia mengambil alih tubuh mungil Cleo dari gendongan Adip yang menatapnya datar. "Halo, anaknya Bunda. Nunggu lama ya?"

"Lama banget. Kemana aja sih dari siang sampe sore gini? Dah telat nih," keluh Adip. Ia merapikan kemeja batiknya yang sempat kusut karena ulah Cleo yang tidak bisa diam di gendongannya.

"Sorry, bikin lo nunggu."

Bukan Clara yang menjawab, melainkan Jeremy yang baru saja turun dari mobil. Pria itu menghampiri Clara yang bercengkerama ringan dengan Cleo, tak begitu menggubris raut wajah Adip yang begitu sinis.

Adip berdecih. "Dah lo gue nih ceritanya."

"Buruan pergi sana, katanya telat."

"Wah, berani banget lo sekarang?"

Hampir saja Adip menonjok wajah Jeremy yang terlingat angkuh itu. Ia tidak tahu apakah pria itu memang mengesalkan, atau hanya padanya saja. Selera Clara tidak pernah jelek, jadi ia bisa pastikan jika Jeremy hanya melakukan ini padanya saja.

"Husss, udah. Sana, Dip. Maaf ya bikin kamu telat."

Jika bukan karena Clara yang melerai, Adip mungkin sudah mengacak-acak wajah angkuh itu. Dengan perasaan berantakan, ia melengos dari hadapan Clara dan Jeremy. Tak lupa, ia menabrakkan pundaknya dengan kasar ke pundak Jeremy sebagai tanda peringatan.

Jeremy hanya diam seraya berdecih kecil. Tentu ia belum bisa menerima fakta bahwa Clara dan Adip tinggal di satu atap. Tanpa pernah ia meluruskan ini pada Adip, ia hanya bisa bersikap ketus pada Adip.

"Kamu mau bersih-bersih dulu ga?"

Pertanyaan itu membuat lamunan Jeremy buyar. Ia mendapati Clara sudah jauh di pintu sana. "Boleh?"

"Boleh."

Setelah itu, Jeremy mengikuti Clara. Seperti seorang tuan rumah, Jeremy bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan sisa-sisa percintaan mereka, terlebih alat kelaminnya.

Jika boleh dibilang, pengalaman seks di dalam mobil boleh juga. Ia tidak pernah berpikir bahwa ia bisa senekat itu melakukan seks di tempat umum. Meskipun saat itu basement sepi, tetap saja ada kemungkinan orang memergoki mereka. Ia memang tidak melihat secara langsung bagaimana mobilnya bergoyang, tapi dari kaca mobil ia bisa menilai gerakannya cukup mampu membuat mobil besarnya itu bergerak teratur.

Ketika membersihkan tubuhnya, ia masih terbayang permainan gila mereka. Sesekali, ia tertawa pelan. Bayangannya memproyeksikan bagaimana liarnya Clara jika ia biarkan memimpin permainan mereka tadi. Selama ini memang Clara lah pihak paling usil menggodanya, tapi ia tidak menyangka jika keusilan itu mencerminkan cara wanita itu bermain.

Saat dalam hatinya memuji cara bermain Clara, kenyataan bahwa Adip telah lebih dahulu menikmati tubuh Clara membuatnya kembali merasa kesal. Adip pasti tahu bagaimana wanita itu begitu hebat dalam urusan ranjang. Andai saja saat itu ia bertemu dengan Clara lebih dulu dari Adip.

Setelah menyelesaikan urusannya, ia kembali ke ruang tengah. Ia mendapati sosok Clara yang bersantai di sofa, menyusui Cleo yang setengah tertidur.

"Udah?" tanya Clara ketika menyadari kehadiran Jeremy.

"Udah. Wuih, ada yang lagi nenen nih."

"Mau?"

Baru saja Jeremy membatin di kamar mandi. Asal orang lain tahu saja, bukan sekali dua kali Clara menggodanya seperti ini. Walaupun nadanya bercanda, ia tahu Clara tidak akan menarik ucapannya jika Jeremy benar-benar menginginkannya.

Seperti sebelum insiden mobil bergoyang tadi.

"Waduh, Clar. Kamu nih jangan frontal dong. Bahaya tau. Aku jadi udah ga perjaka lagi kan."

Clara menoleh cepat ke arah Jeremy yang duduk di sampingnya. Kedua matanya membulat, tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. "Loh, Jer? Itu tadi yang pertama?" tanyanya dengan mata yang mengedip cepat.

Ia pikir Jeremy sudah tak lagi perjaka, karena itu ia selalu memberikan candaan-candaan dewasa padanya. Seketika itu, ia merasa bahwa ia telah merebut harta berharga Jeremy.

"Iya. Akward banget ya cara mainnya? Aku cuman praktekin yang pernah aku liat," jawab Jeremy kikuk seraya menggaruk lehernya.

Akward apanya? Permainan akward seperti apa yang membuat Clara tak mampu menahan desahannya jika Jeremy tidak membungkamnya? Permainan akward apa yang membuat Clara mengalami orgasme hebat hingga jok belakang mobil Jeremy basah?

Permainan Jeremy sangat andal. Tidak cocok jika disandingkan dengan first timer. Apalagi dengan wajah setampan Jeremy. Ditambah pengakuan Mbak Kinan tentang banyaknya wanita yang Jeremy kencani membuatnya sempat berpikir jika Jeremy memang bukan lagi perjaka.

Merasa diperhatikan sebegitu dalamya, Jeremy semakin canggung. "Kenapa liatnya gitu?"

"Kok bisa sih?"

"Gatau, ikutin naluri, Clar." Jeremy menyembunyikan wajahnya yang memerah di pundak Clara. Ia kecupi pundak itu berulang kali. "Tapi kayaknya di sini kamu yang lebih jago dari aku. Kapan-kapan ajarin aku, okey?"

"Nikah dulu."

"Beneran ga? Aku nikahin kamu sekarang juga."

"Iya bener, tapi ga sekarang juga. Emang Ibu dah kasih restu?"

Jeremy mendesah kecil. Benar juga. PR-nya masih belum selesai. Restu Helena belum ia raih sepenuhnya.

Pria itu meraih wajah Clara untuk ia tatap. Ia tersenyum kecil, mengusap pipi yang menjadi sasaran seribu ciumnya tadi. "Clar, that was amazing, tau ga? My first was so amazing with you," bisiknya.

"Our first was amazing, Jer. Walaupun sempit banget."

"Tapi adrenalinnya bikin nagih, kan?" Jeremy menyeringai usil, membuat Clara sontak memukul dadanya pelan.

"Husss. Udah, ah. Ngomong kaya gini kok di depan Cleo."

Clara bangkit dari duduknya setelah memastikan Cleo tertidur dan selesai minum. Dengan hati-hati, ia pindahkan gadis kecilnya ke dalam box di kamarnya. Menaruh boneka gajah kesayangan Cleo dalam pelukan sebelum kembali ke ruang tengah.

Ketika ia menutup pintu kamar, ia bisa mendengar suara pisau yang beradu dengan telenan. Ia segera pergi ke dapur. Ia menaikkan dua alisnya saat melihat Jeremy sedang mencincang bawang putih.

"Kamu laper ga? Aku mau masakin kamu."

Clara tersenyum mendengar penuturan itu. Ia duduk di kursi meja makan yang menghadap langsung ke Jeremy. "Masak apa?"

Usai membereskan cincangan bawang putih, ia membuka kulkas. Menatap isi kulkas dengan seksama seraya menimbang-nimbang.

"Hmmm, capcay aja kali ya?"

"Boleh."

Mendapat persetujuan dari sang empunya, Jeremy mengambil sawi, wortel, jamur, dan bawang daun dari dalam kulkas. Ia satukan semuanya di dalam baskom untuk kemudian ia cuci.

"Isinya sayur semua di dalem. Curiga, kamu vegetarian?"

"Ya, mana mungkin sih, Jer. Kalo vegetarian dari awal aku ga masakin kamu kari ayam."

Jeremy hanya terkekeh mendengar gumaman Clara. Walaupun tidak melihat, ia bisa membayangkan wajah Clara yang memprotes pendapatnya dengan bibir yang mengerucut.

"Mau dibantuin?" tanya Clara, masih setia duduk seraya memperhatikan punggung lebar Jeremy yang terbalut kaos putih.

"Ga usah, Sayang. Kamu mandi dulu aja."

Clara mengerucutkan bibirnya lagi. Tapi rasanya ia belum ingin mandi meskipun badannya sudah sangat lengket.

Dan, oh, jangan khawatir. Sebelum menyusui Cleo, ia sempat membersihkan payudaranya dengan tisu basah. Memastikan putingnya steril dari sisa-sisa permainannya dengan Jeremy.

Clara mengeluarkan ponsel dari saku roknya. Tadi jika ia tidak salah dengar ia mendapatkan notifikasi pesan saat ia tengah menyusui Cleo. Dan ternyata benar. Salah satu teman SMA-nya mengiriminya sebuah undangan reuni akbar melalui instagramnya.

"Wow, minggu ini banget? Kasian juga yang sekarang tinggal di luar kota." Ia bergumam kecil ketika mengecek waktu penyelenggaraannya.

Jeremy yang tengah memotong-motong sawi itu ikut tertarik walaupun tidak meninggalkan pekerjaannya. "Apa itu?"

"Reuni SMA, besok Sabtu. Bukannya terlalu dadakan ya kalo ngasih taunya H-6 gini? Kasian banget yang sekarang lagi di luar kota."

"Lebih dadakan lagi kalo hari Jum'at kasih taunya."

"Masalahnya ini reuni akbar. Ada 3 angkatan yang dateng."

"Oh, kalo itu sih dadakan banget."

"Iya, kan?"

"Kamu ikut?"

"Iya dong. Adip juga dateng harusnya."

Mendengar nama Adip sontak membuat Jeremy menghentikan kegiatannya mengiris-iris wortel. Dahinya mengernyit. "Kalian satu SMA?"

"Iya, kan kita pacaran sejak SMA."

"Nanti datengnya sama aku aja. Ga usah sama Adip."

Terdengar nada cemburu di sana dan Clara hanya bisa menahan tawanya. Ia letakkan ponselnya itu setelah memberi balasan untuk temannya itu. Ia sangga dahunya dengan tangan yang bertumpu di meja.

"Emang aku ngajak kamu?"

"Claaaar."

"Apa, Jeremy?"

Jeremy membalikkan badannya, menampilkan wajah tegasnya. "Sama aku."

Clara tidak punya pilihan selain tertawa. Ia menghampiri Jeremy kemudian memberikan usapan pada pipi tirus itu. "Iya, iyaaa. Sama Jeremy. Kamu ga ada acara lain emang?" tanyanya lembut.

Jeremy menggeleng.

"Ya udah kalo gitu, boleh. Aku cuma ga mau ganggu kamu aja."

Jeremy menggeleng lagi, kini lebih tegas. "Ga akan ganggu. Daripada aku liat kamu sama Adip, lebih ganggu lagi."

Gerutuan itu membuat Clara gemas bukan main. Ia memberikan kecupan singkat di bibir tebal Jeremy sebelum berkata, "Iya udah, ga usah cemberut. Aku dateng sama kamu kok besok."

Jeremy mengulum senyumnya, memberikan Clara kecupan di bibir sebelum kembali mempersiapkan masakannya.













TBC

Sheeeeeeee lucu banget pengen cium😭😭😭👹

Hayoooo siapa yang ga ngira Jeremy masih perjaka WKWKWKWK
Dia masi polozzz, mulutnya doang yang liar

Continue Reading

You'll Also Like

156K 10.4K 43
KIM TAEHYUNG narenda, yaitu mafia yg terkenal dengn kekejamannya JEON KOOKIE liviendra, yaitu seorang namja cantik yg ditinggal mati kedua orang tua...
70.9K 3.8K 21
seorang gadis bernama Gleen yang berusia 20 tahun, membaca novel adalah hobinya, namun bagaimana jika diusia yang masih muda jiwa nya bertransmigrasi...
255K 20.1K 97
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
760K 54.7K 46
[Brothership] [Not bl] Tentang Rafa, hidup bersama kedua orang tuanya yang memiliki hidup pas-pasan. Rafa tidak mengeluh akan hidupnya. Bahkan ia de...