Dark Clouds

By DeviSafitri652

3 0 0

Swara Adina, mencoba berlari ditengah awan gelap, ia tak ingin melihat gumpalan awan hitam mendekatinya. Berl... More

Angin Itu Kembali

3 0 0
By DeviSafitri652

Tidak harus menjadi yang paling kuat untuk menjadi yang paling hebat. Mencoba berdiri sendiri ketika sedang jatuh bukan perkara mudah , apakah manusiawi jika seseorang menangis karena terjatuh ?. Mampu mendengarkan jeritan individu lain , Tapi bagaimana dengan jeritan jiwaku saat ini ? Apakah akan baik – baik saja ketika aku tekan dengan mengatakan semua ini akan baik – baik saja ?. Aku berdiri ditengah badai jiwaku saat ini , mencari tempat teduh sambil mencoba menghalangi air untuk jatuh didepan mataku , hembusan nafasku tak terdengar karena kalah
dengan bunyi badai , Mustahil nyatanya yang kucari tempat teduh di tengah badai ini . Karena yang kulalui hanya padang pasir tandus awalnya. Setiap tetes hujan yang turun membasahi jiwaku , dan rasanya sangat sakit. Sakit sekali , ingin ku mengatakan bahwa air yang dibawah hujan badai ini sakit sekali bagiku, dan mengapa terus datang diwaktu yang tidak aku inginkan.


      Nyaringnya suara ayam membangunkan Swara pagi ini , ditemani hembusan semilir angin yang masuk dari arah pintu yang terhubung tak jauh dari Dapur. Semerbak bau masakan rumahan masuk memenuhi kamar swara , dan disusul suara teriakan Abang ."Swara bangun ! Kerja tuan ratu...siapa yang mau sama elo kalo jam segini belum bangun Isssh.. jorok " omelan pagi abang yang selalu bertugas membangunkan Swara dipagi hari. Karena tak kuat dengan omelan Abang aka yang terdengar layaknya suara ibu-ibu kompleks yang mengomel karena harga minyak naik , Swara memutuskan untuk bangun dan menuju ke dapur. Terpaan angin pagi menyambut Swara hari ini Swara yang menghadap meja makan hanya menatap kosong meja makan yang telah terisi penuh dengan hidangan untuk sarapan . 

Ibu menoleh ke arah Swara yang hanya melihat kosong makanan , " Kamu gak suka ya menu ibu hari ini ? Ibu ganti ya , Kamu mau apa ?" Tanya Ibu kepada Swara . Swara tersenyum tipis "Ah.. Enggak kok , malah Swara suka banget sama sarapan ini , ibu minta tolong ambilkan Nasi.." Ucap Swara sambil mengangkat piring kearah ibu , seolah merengek seperti anak kecil . Hari berlanjut dengan kegiatan Swara seperti biasa, Seorang Psikolog di salah satu klinik miliknya dan Sahabatnya Tara , Mereka membangun klinik berdua dengan modal keahlian berkonsultan ,dan ingin membantu Individu lain yang mencoba lari dari masalah kesehatan mental mereka alami. Bagi Swara Mendengarkan keluh kesah seseorang adalah hal yang paling membuatnya tenang , Ada berbagai rasa yang tercipta ketika hal itu ia lakukan. Mulai dari senang , sedih , marah , takut , khawatir dan yang lainnya. Setiap cerita yang diutarakan para kliennya ia rasa adalah Obat baginya. Swara selalu telaten mendengarkan cerita dari para kliennya , ia tak mau sedikitpun melewatkan serangkaian kata yang diucapkan kliennya. Menurutnya , Apapun yang mereka ingin ceritakan adalah ilmu baginya , Banyak sekali pelajaran yang Swara dapatkan selama menjadi psikolog 2 tahun terakhir semenjak ia membangun Klinik kesehatan mental di daerah kota yang padat. 

Tidak semua tempat yang menangani kesehatan mental hanya diperuntukkan bagi penderita gangguan Jiwa. Bagi mereka yang hanya menganggap remeh tentang kesehatan jiwa dan mental , adalah seseorang yang berusaha tetap yakin bahwasannya dia akan baik – baik saja , dengan menekan alam bawah sadar bahwasannyasemua akan berjalan normal. Swara juga menganggap bahwasanya dulu ia tidak pernah percaya bahwa kesehatan itu ada , dan menganggap yang bisa sakit itu hanya fisik saja , Namun jiwa juga bisa sakit dan bahkan berkali – kali lipat jika tidak segera ditangani. Dentumansepatu flat Swara memecah keheningan di lobby utama klinik , Swara menghampiri tempat administrasi untuk mengambil daftar pasien yang akan ia tangani hari ini. Engsel pintu terdengar nyaring di ruangan Konseling Swara , Cukup ramai hari ini menurut Swara setelah melihat penuhnya orang di klinik hari ini.


Swara menatap bingkai. Melihat bingkai foto di depannya , Teringat Tangan halus ibu yang memeluknya dulu. Kini , dibenaknya mengatakan bagaimana kabar ibu disana ? Apakah ibu bisa melihatnya sekarang?. Belum usai lamunan Swara melihat foto ibunya terdengar suara pintu terbuka , Asisten masuk membawa selembar kertas yang disusul dengan Pria berbadan Tinggi mengikutinya di belakang. Asisten menunduk sopan " Permisi Bu , ini daftar Pasien hari ini . Lalu ini pasien pertama yang sudah membuat janji 1 minggu yang lalu " . Swara menerima kertas dan menganggukkan pelan, Asisten keluar sambil menutup pintu. Pria berbadan tinggi kini berdiri didepan mejanya sambil melihat ke arah Swara . Swara belum sadar dari lamunan yang lalu langsung tertegun setelah sadar bahwasannya pasiennya sudah datang.

" Ah mohon maaf,Silahkan duduk.." Sambilmenunjukkan tempat konseling yang tak jauh darimejanya. Ada apa dengannya hari ini , tak biasanyadia begini batinnya.Siang hari cukup terik kali ini , udara AC diruangan Swara berderu kasar sepertinya karenatak kuat memberikan udara sejuk. Swaratermenung sambil memutar –mutar pulpen ditangannya , Kenapa ia tak bisa fokus kali ini , apayang membuatnya resah kali ini? . Suara pintuterdengar lirih membuka , Tara muncul di balikpintu sambil membawa makanan dan dua cup iceamericano kesukaan mereka berdua. LamunanSuara usai dan digantikan dengan senyuman lebarsambil menunjukkan gigi putihnya yangmenandakan bahwa ia senang." Kenapa Ra ? Tumben banget bengong disiang hari "Tara melihat gelagat aneh Swara yangtumben bengong,Tara menyodorkan Ice americanoke Swara.Swara tersenyum sambil menyipitkan mata ,sambil meminum ice americano nya. Taramenyeringai,takut temannya kesurupan langsungmemegang dahi Swara , ia memastikan bahwatemannya satu-satunya baik – baik saja."Ih , apaan sih TAR! Gua baik – baik aja tau .."sambil manyun menghadap Tara.


" Yah lo lagi , Habis ngelamunin apaan sih ?gak kayak biasanya " Tanya Tara sambil mengambilkursi untuk duduk disamping Swara." Enggak ada apa –apa ya ampun , Cuma tadituh tiba – tiba kangen ibu gara- gara lihat ini foto"Ungkap Swara sambil memberikan bingkai foto keTemannya." Wajar dong Ra , yah mungkin aja kali ininyokap lo lagi ngeliatin lo dipojokan , ha ha ha "Tawa Tara yang mencoba menghibur Swara . " EhRa.." Lanjut Tara , " Lo inget kan lusa kita adaseminar kesehatan di rumah sakit Cipta , Lo udahnyiapin Bahan presentasi belum si? Gua males Rabikin gituan , Lo aja ya ?" Ucap Tara sambiltersenyum lebar dan mencoba berkali-kalimengedipkan mata manja ke Swara ." Yeah , dah hafal dah gua tar sama Tabiateloh.. " Ucap lemas Swara mengingat kelakuanrutin temannya setiap ada seminar kesehatan. JamIstirahat telah Usai, Tara kembali ke ruangannyadan Swara menyiapkan diri untuk pasienselanjutnya . Swara menuju pintu untuk keluarmemanggil klien selanjutnya , Jalannya lirih sambilmelihat data klien ." Engga asing.. "Ucap lirih Swarasambil menatap kertas di tangannya , Swaramembuka pintu dan mencoba memanggil Klien" Saudara Kala.. " ucap Swara terbatah sambilmenyipitkan matanya." Pradipta.." Sambung lelaki berbadansemampai tak jauh dari Swara , yang muncul darisamping.Mendengar kata selanjutnya Swaramenoleh , Melihat pria berpakaian jas rapisemampai dan Benar ia tak asing , Dia Kala..Pradipta . Swara terdiam menatap Kala , laki-lakiberjas rapi itu.Suara dentuman Jam menyelimuti keheningandiantara mereka , Mulut Swara kaku tak sepertibiasanya ia dengan klien pada umumnya. Swaramencoba mengambil Catatan para klien danmembolak – balikkan kertas , seolah sedangmencari sesuatu. Jantung suara berdebar dantangannya terasa dingin."Ekhm ekhm.. " Kala yang mencoba memecahkeheningan diantara mereka." Ah ya , Bagaimana? Ah , Maaf.. MaksutnyaApa kabar? " Swara mengatupkan bibirnya danmenunduk seolah ia akan dihukum oleh seorangguru.Kala tersenyum Kecil , " Yah.. seperti yangkamu lihat, aku baik . kamu ?"Swara mencoba melihat ke arah Kala , Tapi adaperasaan sakit ketika mendengar ucapan bahwadia baik , Dan dirinya tidak. " Yah , So far I'm fine "

Mulut Swara lancar mengatakannya , walaupun dulu ia harus berlatih berulang kali jika ini mungkin ini terjadi. " Oh iya.. silakan isi angket terlebih dahulu" Ucap wibawa Swara sambil memberikan angket data pribadi kepada Kala. Ruang Konseling lagi – lagi hening di tengah Kala mengisi angket yang diberikan Swara , Kala dengan serius mengisi data didepan Swara . Mata Swara kembali memandang Kala dingin . Tatapan Swara kosong , " Ra?" Panggil Kala  Tangan Swara yang semula menahan dagu sambil menatap Kala langsung tertegun dan langsung mengambil angket Kala. Swara membaca Angket yang ditulis Kala dengan teliti , seakan takut ada yang terlewat. " Baiklah, Disini Saya akan menjelaskan bahwasannya seorang psikolog dianjurkan tidak memiliki keterlibatan emosi maupun relasi yang dekat sebelumnya dengan klien , jadi saya akan merekomendasikan anda kepada salah satu psikolog disini , lalu beliau akan menjelaskan beberapa prosedur , bahwasannya nanti saat konseling dimulai , apapun yang telah terjadi disini biarlah berhenti disini.." " Nggak ." Potong Kala. Kala memandang Swara dengan seksama.

Hening..Tidak ada yang memulai bicara.Lagi – lagihanya suara Jam berdetak yang terdengar." Maaf, Saya tidak paham maksud kamu?"Swara mencoba tidak mencampur urusanpekerjaan dengan Pribadi kali ini ,ia melihat matasendu kala yang sama dengannya dulu , hangat ,hangat bagi Suara. Kala menatap Swara yang daritadi mencoba menghindar dari kontak matadengannya ," Aku kesini hanya ingin melihat kamu , pastiinkalo kamu baik-baik saja . Aku seneng kamu bisalupain aku semudah itu. Ku rasa hanya aku sajadisini yang masih bodoh mengkhawatirkanmu. Akujuga senang ,kamu bisa mewujudkan cita-citakamu menjadi psikolog yang kamu inginkan .Yah..Cukup itu yang ingin aku bilang ke kamu , hm..baiklah itu saja yang ingin aku bicarakan , terimakasih waktunya. " Ungkap terang Kala tanpamemberikan jedah untuk Swara menanggapi yangdimaksud , Kala berdiri sambil menundukkan pelanpundaknya ke arah Swara dan disusulmeninggalkan ruangan .Swara hanya melihat punggung kala dengankosong yang berjalan keluar.Swara tidak mauperasaan kacau kali ini karena sedang bekerja,hanya karena ungkapan Kata yang merasa palingdisakiti saat ini ,ia bisa merusak segalanya untuk pekerjaan .Tapi mata Swara tak bisa menahanperasaan yang dia rasakan saat ini . WalaupunSwara tau menjadi psikolog dengan perasaan yangkacau bukan malah dapat menyelesaikanpekerjaan , bahkan akan memperburuk keadaanyang ada. Swara mencoba mengambil ponselnya disaku ." Tar , lo bisa keruangan gua gak ? " Suaragemetar Swara yang mencoba menahan Tangissambil memegang ponsel di telinganya . Swaramenatap kosong kursi konseling di depannya.Tak selang lama Tara datang dan langsungmemeluk Swara dengan erat dan mencobamenenangkan Swara yang menangis ." Ra , lo kenapa ? kok bisa si nangis begini ?"Tara yang khawatir sambil mencoba menenangkansambil mengusap punggung Swara ." Kala , Kala tadi kesini Ra "Ucap Swara sambilmenggenggam kedua tangannya yang diletakkandiatas pangkuannya.Tara yang paham situasi saat ini memilih untuktidak melanjutkan pertanyaan , dan lebihmenunggu Swara bercerita , karena Tara tau , inibukan hal yang mudah bagi Swara mengulangIngatan tentang Kala.Langit sore tak terlihat kali ini karena tertutupioleh awan hitam yang tebal , Mobil Swara melaju cepat kearah utara , menuju tempat yangmembuatnya selalu damai walaupun itu sendiri.Tempat yang selalu memuat kenangan indah jikamasuk kedalamnya dulu , entah sekarang apakahmasih sama , Tapi hal itu selalu menjadi alasanSwara selalu kembali ketempat ini jikalau ia rindudengan ibunya , rumah sederhana yang tak jauhdari tempatnya praktek .Decitan rem mobilmembawa kenangan bersamanya , halaman yangsetengah basah karena guyuran hujan kecil ,membawa suasana ingatan indah Swara denganibunya.Swara memegang gagang kecil pintu rumahsederhana itu , Mencari pusat stop kontak untukmenyalakan lampu , Tangisan Swara pecah melihatrumah itu usang tak terawat dan penuh debukarena ia memilih meninggalkan rumah ketika ibutiada dengan hidup dengan bibinya. Swara berjalanmenuju satu-satunya kamar yang dimiliki rumahitu, Masih sama seperti terakhir ia meninggalkanrumah itu sejak dulu , Swara tak pernah merubahapapun yang ada didalam bagunan itu , biarkankenangan itu abadi di dalamnya , Agar Swara tidaklupa setiap inci rumah itu dilalui dengan wanitahebat yang kini sedang bahagia dengan Tuhandiatas sana .


Satu sampai dua kali dalam setahun Swaradatang ke rumah ibunya dulu , Bukan hanyaberkunjung untuk membersihkan barang – barang ,melainkan sebagai obat ketika Swara tidak bisabercerita tentang hari-harinya yang sulit tanpaibunya . Banyak berandaian yang sering munculdibenaknya jika saat dulu ia tak melakukan halyang tidak disukai ibunya , Mungkin ibu sedikitbangga mempunyai putri cantik sepertinya. Namunitu hanya andaian yang selalu dibuat Swara untukmenghibur dirinya dikala sedih , lelah , takut , danbimbang.Malam yang dingin menyelimuti kepergianSwara dari rumah ibunya , Perasaan Swara kacaumelihat Kala kembali di hadapannya setelahkejadian yang tidak pernah terbayangkan olehSwara.Terlihat dari bola mata Kala jika Kalamerindukan Swara , Mata seduh yang selaludirindukan Swara, namun semua tak sebandingdengan pengorbanan yang dilakukan Swara kepadaKala, yang mungkin akan terdengar Bodoh jika Kalamengetahuinya.Swara duduk di kursi ruang tamu yang beradadi depan rumah tanpa ingin masuk terlebihdahulu.Suara bising motor memasuki area rumahbibinya yang kini sudah ia anggap sebagai ibu itu.Muncul sosok laki-laki memakai jaket kulithitam dan memakai masker turun dari sepeda danmencoba membenarkan Rambutnya karena seusaimemakai Helm." Hey ngapain lo disini , masuk gih. Awas nantidigodain loh sama om –om " Bisik abangnya yangsuka sekali mengganggu adik angkatnya satu ini .Swara memanyunkan mulutnya , dan memasangwajah seolah tak peduli dengan ucapan abangnyasatu ini. Lelaki yang ternyata bukan lain adalahabangnya itu telah masuk kedalam rumahmeninggalkan jejak bau asam yang tertinggalmembuat raut muka Swara masam , dan mencobamengibas-gibaskan tasnya yang berharap akansirnah.Swara tak sanggup untuk melakukan pekerjaanuntuk esok , karena hal itu tidak baik bagi kliennyajika dirinya sedang ada masalah . Sawaramengambil Ponsel di sakunya , dan mencobamenghubungi seseorang ." Haloo.. Tar , gue besok izin gak masuk duluya.Kepala gue lagi pusing nih Tar gara-garaadengan nangis-nangis tadi hehehe "UngkapSwara sambil mencoba merengek memintadiperbolehkan untuk libur dahulu agar dapatmerefresh otaknya yang sedikit overload karena kejadian tadi siang. " Oke kalo itu mau lo , ra. Awasaja lusa lo gak dateng di acara seminar gue ketoktuh kepala" Omel Tara di telepon yang terdengarkeras di samping Telinga Swara .Swara menghela nafas panjang , mencobamenutup kenangan masa lalunya . Swara masihingat bagaimana kali pertama mereka bertemu .Meski awalnya kaku dan malu-malu , dan takbutuh lama bagi mereka untuk saling mengenaldan cocok satu sama lain. 


Swara merasa air matanya jatuh dipipi ,buru-buru disekapnya dengan punggungtangannya. Ini memang bukan salah Kala , tetapidirinya. Selalu ada konsekuensi dari setiap hal yangdilakukan Swara dalam hidupnya. Namun , Swararasa ini adalah jalan terbaik baginya untuk hidupseperti ini , walau kadang rasa sakit 2 orang yangdicintai pergi bersamaan adalah hal terberatbaginya.


Swara bangun lebih awal kali ini karena inginmerelaksasikan tubuhnya , dengan melangkahkankakinya ke taman dekat rumahnya. Swara rasa iasangat jarang berolahraga pagi-pagi seperti ini .Tubuhnya kaku karena jarang berolahraga.

Jalanan masih sepi saat wanita itu melewati

jalan berkavling yang cukup gelap . Swara berjalanmenuju taman yang menurut rencananya hal itusangat mengasyikan jika datang dengan tujuanolahraga. Swara mengamati dari kejauhan adaseorang nenek yang sudah rentan sedang berjalansambil membawa kantong belanja, Nenek ituterlihat sedang kesusahan dalam membawakantong belanja yang dia bawah. Tanpa berfikirpanjang Swara berlari kecil dan menghampirinenek tersebut. " Nenek mari saya bantu ? ".Nenek tersebut hanya tersenyum ramah danmengangguk antusias memberikan sebagiankantong belanjanya. Swara melihat nenek tersebutdengan tenang sambil mengikuti arah nenektersebut berjalan . " Nenek tinggal dimana ?"TanyaSwara sambil menoleh ramah ke arah nenektersebut. Nenek yang sedari memberikansenyuman hangat berubah pandangan matanyamenjadi tajam, dan membungkam mulutnya rapatsambil tetap berjalan. Kening wanita itumengernyit heran . Dia bingung , kalimat manayang membuat nenek itu marah ?Nenek berhenti di rumah mewah di pelatarangerbangnya dan menyuruh Swara menurunkankantong belanjaan . Swara menelan ludah , Ragusendiri dan terkejut melihat rumah mewah di depannya , Swara membiasakan tidak berpikir yangtidak-tidak sebelum orang tersebutmengatakannya sendiri.Terdengar dari kejauhansuara laki-laki memanggil neneknya."Nenek dari mana saja ? Kok nggak bilang kalomau belanja?"Suara laki-laki yang sepertinyaadalah cucunya. Swara seusai meletakkan kantongdi bawah langsung mendongak melihat ke arahsumber suara . Swara melongo ternyata didepannya adalah Kala."Swara ?! kok bisa kesini ?" Tanya heran Kalayang menatap heran ke arah Swara.Belum sempat Swara membalas pertanyaan Kala ,nenek disamping kala memegang tangan cucunyaitu . " terima kasih sudah me no long sa ya " Ucapnenek sambil menggerakan gerakan Sibi .Tenggorokan Swara tercekat , Ia tidak tahu jikanenek tersebut Tidak dapat bicara dengan jelas , . "Sama sama ne nek "Ucap halus Wanita itu sambilmenggerakkan gerakan bahasa isyarat. Kalamenatap seduh mata Swara yang sedang berbicaradengan Neneknya , ingin Rasanya menanyakanbagaimana keadaanmu , Namun urung melihat apayang telah Swara lakukan padanya.Nenek melirikKala yang sedang menatap wanita di depannyadengan cukup dalam , Swara yang canggung dengan keadaan ini langsung berpamitan kepadanenek dan Kala.Kala melangkah mendekati Swara sambil menariksalah satu tangan Swara lembut " Biar saya antar ?"ajak Kala yang kini sudah berdiri disamping Swara.Swara menelan Ludah.Ingin rasanya dia menerimaajakan Kala, Namun ia teringat lagi betapakejamnya ia memperlakukan Kala waktu itu." Terima Kasih "Ucap halus Swara sambil melepasgenggaman Tangan Kala , yang berarti Tidak.Kalahanya melihat langkah demi langkah jejak Swarameninggalkan pelantaran Rumahnya, Rasanyasama sakitnya seperti dulu Swarameninggalkannya.Swara tidak memberikan respon apapunsetelah ia kembali dari taman , Orang dirumahyang tak biasa melihat Swara bertingkah seperti ini, hanya bisa saling tatap dan bertanya –tanya apayang telah terjadi padanya. Jam menuju pukulsembilan malam , Swara belum membersihkan dirisedari pagi , ia sibuk melihatlaptop,mempersiapkan materi untuk acarakesehatan mental di rumah sakit besok . itumerupakan hal yang buruk baginya , membiarkanbadannya terlena karena pakaian kotor , danberputar-putar lambat dalam pikirannya. Sesekaliia memikirkan apa yang dipikirkan Kala , ketikamereka bertemu tanpa sengaja ? Apakah kala kira

Swara memata-matainya karena meralimbi membantu neneknya?, ataukah Kala fikir jika Swara membuka harapan karena pertemuan mereka kemarin? Suara pikirannya semakin liar dan tak terkendali jika semakin malam.Swara takut kalau nanti dirinya melukai hati seseorang yang terasa dekat akan tersiksa dengannya , Ia takut kenangan-kenangan buruknya menghantuinya lagi dan membuat ia harus merelakan seseorang untuk jauh darinya. Banyak ketakutan yang dirasakan ketika melihat Kala kembali , Ataukah Kala memberikan ucapan selamat tinggal untuk yang kedua kali setelah ucapan tidak berperasaan Swara kalah itu.Kepala Swara semakin pening , ia takut tak bisa bangun pagi untuk besok karena begadang. Lanjut Swara bergegas bangkit darimeja kerjanya dan membersihkan diri untuk lanjut beristirahat.

Continue Reading

You'll Also Like

17M 754K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
8.4M 519K 33
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...
2.4M 446K 32
was #1 in paranormal [part 5-end privated] ❝school and nct all unit, how mark lee manages his time? gampang, kamu cuma belum tau rahasianya.❞▫not an...