PANGLIMA JIANDRA โ€ข park jihoon

By mamichilli

15.4K 2.4K 272

โKalau penegak keadilan tidak bisa membawamu ke neraka, maka kami yang akan membawa neraka untukmu.โž Disaat d... More

Prolog
CAST
JIANDRA 1 : Kesialan Berlipat Ganda Riona
JIANDRA 2 : Ketenangan Jiandra
JIANDRA 3 : Kekuatan
JIANDRA 4 : Hukuman
JIANDRA 5 : Yang Ditinggal
JIANDRA 6 : Obat
JIANDRA 7 : Demagog
JIANDRA 8 : Good Boy
JIANDRA 9 : Perang Dunia
JIANDRA 10 : Rumah Jiandra
JIANDRA 11 : Sosok Baru
JIANDRA 12 : Sahabat Kecil
JIANDRA 13 : Tongkrongan Babeh
JIANDRA 14 : Gadis Berambisi
JIANDRA 15 : Dua Sore Yang Berbeda
JIANDRA 16 : Tenungan Alden
JIANDRA 17 : The Moon Is Beautiful Isn't It?
JIANDRA 19 : Jangan Berharap
JIANDRA 20 : Penyelidikan
JIANDRA 21 : Mulai Tertidur
JIANDRA 22 : Selingkuh?
JIANDRA 23 : Titik Terang
JIANDRA 24 : Jalan Buntu
JIANDRA 25 : Terlahir Kembali
JIANDRA 26 : Orang Belakang
JIANDRA 27 : Menuju TKP
JIANDRA 28 : Mobil Putih
JIANDRA 29 : Backing
JIANDRA 30 : Dunia Yang Hilang
JIANDRA 31 : Cewek Lo?
JIANDRA 32 : Selamat Jalan
JIANDRA 33 : Harapan Terakhir
JIANDRA 34 : Konsekuensi
JIANDRA 35 : Keputusasaan
JIANDRA 36 : Two Sword
JIANDRA 37 : Guardian

JIANDRA 18 : Orang Suruhan

335 61 2
By mamichilli

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

"Brengsek, lo pikir gue lemah?"

Riona melepaskan jaketnya yang ditahan oleh seorang pria yang tak ia kenali. minuman yang sempat ia beli juga sudah terjatuh tanpa ia coba terlebih dahulu.

Dirinya memang keluar dari kamar pagi-pagi buta, berjalan mencari udara segar sambil bermain air. Lalu dilihatnya para nelayan yang biasa menyewakan perahunya untuk para pengunjung, sedang menyiapkan sesuatu.

Alhasil, dia meniatkan diri mengobrol dengan nelayan tersebut sambil menghabiskan waktu. Dan entah mengapa, 5 orang pria tak ia kenali secara tiba-tiba menghalangi jalannya begitu ia selesai membeli minuman dari warung.

Riona tak mengerti apa tujuannya, jadi dia hanya memikirkan cara untuk melawan mereka berlima. Gadis itu menghela napasnya, menatap tajam lima pria berpakaian selayaknya preman.

Posisinya sudah bersiap untuk memukul, jika sewaktu-waktu mereka berbuat macam-macam padanya.

"Cewek cantik, mending diem aja dan ikut kita." Pria berjenggot tebal itu menyeringai kearah Riona.

"Gue nggak ada urusan sama kalian," jawab Riona.

"Ada, habis ini kita berurusan. Main-main sama kita gimana?"

"Oh, adu jotos?"

"Jangan kasar dong, neng. Nanti kita kasarin malah teriak." Mereka berlima tertawa keras seakan meremehkan Riona.

Riona berdecih, satu tendangan ia tujukan pada pria berjenggot didepannya dan langsung mengenai kepalanya. Tentu saja apa yang dilakukannya mengundang amarah empat pria tersisa, hendak membalas Riona dengan pukulan.

Beruntung, dengan ilmu bela diri yang ia punya sejak SMP, ia berhasil mendorong salah satu pria yang mendekat menuju tembok warung hingga terbentur. Sebenarnya dia tak mampu melawan mereka sendirian, tapi tak ada lagi yang bisa ia lakukan selain melindungi diri sendiri sambil berharap ada pertolongan yang datang.

Satu orang berhasil ia patahkan tangannya, dan kini menyisakan tiga orang. Tenaga Riona sudah terkuras, namun masih bisa ia tahan.

"Riona!"

Pandangan Riona tertuju pada sosok yang baru datang, Yoga dan Jiandra. Melihat mereka lengah, Riona langsung menendang tulang kering salah satunya dengan keras hingga terjatuh.

Jiandra yang langsung bisa membaca keadaan, membantu Riona dengan berbagi kekuatan melawan mereka, begitu juga dengan Yoga. Lalu disusul oleh Hansa yang datang bersama Jauzan, ikut membantu mereka dengan mengamankan pria yang sudah tumbang akibat pukulan dari Riona.

Riona menghela napas lega, kini tersisa satu orang yang sedang beradu dengan Jiandra. Matanya melotot begitu melihat satu orang yang baru saja dikalahkan oleh Yoga kembali bangkit, mengacungkan pisaunya hendak menusuk Jiandra dari belakang.

"Kak Ji!" teriaknya, menendang kepala pria itu dari belakang hingga pisaunya terjatuh.

Jiandra tentu terkejut, melihat Riona menduduki seorang pria yang sudah babak belur dibawahnya.

Sial, dia lengah dan hampir saja tertusuk.

5 pria tak dikenal itu pun sudah diamankan oleh mereka, mendudukkannya di tanah samping warung. Alden, Dipta dan yang lainnya juga sudah berkumpul disana.

Jiandra berada di paling depan, mengangkat kakinya dan meletakkannya disamping wajah pria itu. Tatapannya menusuk dan mengintimidasi, seakan mengunci tatapan pria itu padanya.


"Apa tujuan kalian ganggu temen gue?" tanyanya.

Mereka tak membuka suara, meringis sambil melirik kearah Riona.

Ah, atau orang yang berada dibelakang Riona.

"Nggak mau jawab? Gue bakal bikin lo cium sepatu gue." Tanpa hati, Jiandra menginjak wajah penuh lebam pria itu dan menekannya hingga pria itu berteriak kesakitan.

"Ji, udah," tegur Dhafa, menghentikan Jiandra agar tidak bertindak berlebihan.

Riona berdecak sebal, matanya melihat kearah salah satu pria dihadapannya. Pria berkepala pelontos itu tersenyum misterius kearah Jiandra.

"Gue kayak kenal sama muka lo." Hansa memajukan tubuhnya, berjongkok dihadapan seorang pria yang tadi tersenyum misterius.

Hansa mencengkram pipi pria itu, memastikan jika yang dilihatnya benar atau tidak. Tawa kecil terdengar dari bibir Hansa, ia menghempaskan pipi pria itu.

"Siapa, Han?" tanya Dhafa.

Hansa menepuk bahu Jiandra. "Bang, kita pergi aja."

Jiandra mengernyit. "Kenapa harus pergi? Kita belum dapat jawaban dari brengsek ini!"

"Gue udah dapat jawabannya, jadi kita biarin aja. Yang penting Riona aman, ayo."

Jiandra mau tak mau meninggalkan mereka setelah kembali menginjak wajah itu untuk sebelum pergi. Jauzan yang berdiri dibelakang Riona langsung merangkul sang sahabat.

"Lo ada yang luka, nggak?" Tanyanya, meraih pipi gadis itu untuk melihat wajahnya.

Ada luka lebam di sudut bibirnya.

"Ck, apa-apaan sih, Jan? Gue nggak papa, kok." Riona mendorong tangan Jauzan.

"Lain kali kalau mau keluar izin dulu, Ri. Udah berapa kali gue bilang, seenggaknya kasih tau gue. Untung aja Jinan bangunin Hansa, gimana nasib lo kalau seumpama-"

"Ojan..... Lo bawel banget, sih?" Riona menggeram tertahan, melirik sinis Jauzan yang masih merangkulnya.

"Gue khawatir sama lo, nyet! Gue jadiin mermaid, nih?"

Riona terkekeh kecil, matanya melirik kearah Alden yang berjalan didepan mereka. Ia menghela napas, menatap punggung itu dengan sendu.

Bahkan, Alden tidak menanyakan keadaannya.

"Ri, lo bersih-bersih dulu sana! Habis ini kita sarapan dan balik kerumah," titah Hansa, yang langsung dituruti oleh Riona.

Menyisakan yang lain didepan hotel, berkumpul seakan ingin membahas sesuatu.

"Lo pada mending beberes, biar nggak ada yang tertinggal," titah Hansa pada Jinan, Shreya dan Ghina.

"Yaudah."

Mereka bertiga juga masuk kedalam kamar masing-masing. Mata Hansa menatap mereka, memastikan jika empat teman perempuannya benar-benar masuk.

"Gue mau bahas yang tadi," ujar Hansa, menatap teman-temannya bergantian.

"Lo kenal orang yang tadi?" tanya Ajun, dan dibalas anggukan oleh Hansa.

"Siapa, Han?" tanya Jauzan, tangannya sudah melipat didepan dada.

Mata Hansa kini tertuju pada Jiandra, lelaki yang masih memasang tatapan tajamnya sejak tadi.

"Anggota Aditya, berarti ketuanya yang suruh."

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Suara dentingan sendok yang beradu dengan piring, mengisi meja makan yang sudah berisi dua belas remaja itu. Berbagai macam menu yang menjadi pilihan mereka untuk sarapan kali ini. Tapi tak ada keheningan, Jauzan sibuk bertengkar dengan Hansa. Hansa tak bisa memakan sambal, dan akhirnya dia memindahkannya ke piring Jauzan.

Tapi, Jauzan menolaknya karena sambal di piringnya sudah banyak, terlebih lagi sambal yang Hansa pindah adalah sambal petai.

Jauzan tak suka!

Jauzan sudah memberengut kesal, sementara Hansa tersenyum penuh kemenangan. Wajah lelaki itu tertekuk, memakan makanannya dengan tak minat.

"Sini sambelnya." Riona berdiri, menyendok sambal yang Hansa taruh di pinggir piring Jauzan.

"Heh, nggak usah! Lo nggak boleh pedes!" Jauzan reflek memukul tangan Riona, menyingkirkannya dari piring.

"Mau gue buang, ogeb! Kalian berdua rame banget!" Riona berdecak, kembali menyendok sambalnya dan meletakkannya di tisu untuk selanjutnya dia buang.

"Udah, 'kan? Nggak usah ribut lagi!" Riona kembali duduk di kursinya dan kembali menikmati semangkok bakso yang ia pesan.

"Ikan gorengnya enak banget, tapi udah habis." Alden mengunyah dengan lahap ikan goreng pesanannya yang kini sudah tersisa tulang.

"Lo mau, Al? Gue nggak habis, nih." Jinan menyodorkan piringnya yang masih tersisa ikan goreng utuh kearah Alden.

Lelaki itu menerima dengan sepenuh hati, menikmati ikan gorengnya. Riona tersenyum tipis melihatnya, meski Alden tak meliriknya sedikitpun.

Itu tak luput dari penglihatan Jiandra, merasa aneh karena menyadari tak adanya interaksi antara Riona dan Alden. Bahkan Alden lebih terlihat seperti sedang menghindari Riona, dan membuat Jiandra berpikir jika mereka sedang perang dingin.

Tapi Jiandra memilih bungkam, dia hanya menikmati perang dingin yang membuatnya terhibur ini.

Denting ponselnya terdengar, membuat Jiandra menyempatkan dirinya untuk mengecek ponsel.

'Ji, bawa Riona hari ini kerumah dong. Adik kamu kangen dia katanya😘'

Jiandra mendengus kesal, mengundang atensi Dhafa yang duduk disebelahnya.

"Kenapa?" tanyanya.

Jiandra menunjukkan isi pesannya, membuat Dhafa terkekeh geli. "Biar gue bantu."

Mereka semua kembali menikmati sarapan, hingga perut semua orang sudah terisi penuh. Beranjak dari duduknya dan meninggalkan restoran yang letaknya masih disekitar pantai.

"Riona."

Riona yang hendak membuka pintu mobil, akhirnya menoleh. Menaikkan kedua alisnya dan menatap dengan kebingungan kearah Jiandra.

"Lo mau ambil buku di gue, 'kan? Sekalian aja bareng kita." Dhafa sudah tersenyum lebar, mengisyaratkan agar Riona paham dengan apa maksudnya.

Tapi sayang, gadis itu terlalu lambat dalam berpikir kali ini.

"Hah? Sejak k-"

"Udah, ikut aja! Banyak bacot." Jiandra yang gemas akhirnya menarik tangan Riona begitu saja dan membawanya menuju mobil miliknya.

"Masuk," titahnya, membuka pintu depan untuk gadis itu.

Sedangkan Riona, dia masih bergeming menatap aneh Jiandra dengan penuh selidik.

"Lo apa-apaan sih! Gue nggak mau!"

"Ri, ikut aja. Bundanya Jiandra yang minta bawa lo kerumah dia habis ini." Mendengar bisikan dari Dhafa, membuat Riona terdiam.

Ia mendengus pasrah, tak ada pilihan lain selain menerima ajakan Jiandra.

"Ri, lo ikut mereka?" tanya Hansa memastikan.

"Iya, bro. Dia sama kita, ada urusan soalnya! Barang-barangnya titipin ke Jauzan aja, ya!" titah Dhafa.

"Oke, deh. Titip barongsai betina ya, Bang." Hansa terkekeh, melambaikan tangannya sebelum masuk kedalam mobil.

Jiandra menaikkan sebelah alisnya, melirik kedalam mobilnya.

"Masuk, calon istri."

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

udah lama gak up jiandra, padahal udah ngedraft banyak part😭

spesial trejo cb, aku up ini juga!!!

jgn lupa vote dan komen ya, teuba!!!

Continue Reading

You'll Also Like

424K 4.5K 85
โ€ขBerisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre โ€ขwoozi Harem โ€ขmostly soonhoon โ€ขopen request High Rank ๐Ÿ…: โ€ข1#hoshiseventeen_8/7/2...
29.5K 2.6K 15
๊’ฐ c o m p l a t e ๊’ฑ โ definisi punya kakak kelas ganteng tu ya kek gini โž lee yewon ๐Ÿคด| ์ด์ฃผ์—ฐ - the boyz ยฉcchaeyy'20
1K 87 11
Ini bukan kisah sedih ~Emilya Thallasa
237K 36.9K 33
๐˜๐˜ถ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ ๐˜ต๐˜ถ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฏ, ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ซ๐˜ข๐˜ต๐˜ถ๐˜ฉ. ๐˜ ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ซ๐˜ข๐˜ต๐˜ถ๐˜ฉ ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฉ๐˜ข๐˜ต๐˜ช ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ถ - ๐˜‘๐˜ข๐˜บ 2020 Rank : #1 in jayenhypen [1...