Dear Renza [TERBIT]

By moccamatha

285K 41.3K 2.6K

Mohon untuk tetap meninggalkan VOTE + KOMENTAR meski cerita sudah end. - DEAR RENZA - Hidup tidak berjalan me... More

1 - Awal Mula
2 - Renza Juga Ingin
3 - Perlakuan Tak Sama
4 - Anak Berwajah Lumpur
5 - Latihan Berjalan
6 - Sakit, Yah...
7 - Matahari dan Sayap Pelindung
8 - Pantai
9 - Sekotak Martabak
10 - Namanya Zoya
11 - Lampu
12 - Pelukan Pertama Zoya
13 - Lukisan dan Keluarga Bahagia
14 - Sebuah Tempat yang Sedang Diperjuangkan
15 - Gadis Pertama
16 - Ceroboh
17 - Maaf, Kak
18 - Peri, Permen Kapas, dan Janji
19 - Bimbang
20 - Kekhawatiran
21 - Renza Nggak Salah, Yah...
22 - Fakta Menyakitkan
24 - Secuil Masa Lalu
25 - Senja, Doa, dan Zoya
26 - Pengumuman
27 - Rumah Kedua
28 - Seleksi
29 - Yah, Renza Rindu
30 - Acara Penting
31 - Sesak yang Kembali
32 - Pertemuan Pertama
33 - Tawa
34 - Sedikit Tentang Haidar
35 - Satu Dua Masalah
36 - Masih Sama
38 - Tuhan, Dengarkanlah Ketiganya
39 - Masih Ada Waktu
40 - Habis
41 - Terlambat
42 - Perpisahan
43 - Dear Renza
44 - END
Spin Off Dear Renza
OPEN PO!
Rose & Lose

37 - Haidar Lagi

4.8K 786 46
By moccamatha

Dua hari tidak pulang ke kosan dan tak memberi kabar sama sekali membuat Zoya semakin khawatir dengan kondisi Renza. Seharian ini ia sudah berkeliling kota bersama Haidar untuk mencari keberadaan putra bungsu Dion.

Haidar yang sejak awal sudah curiga dengan gelagat Juan akhirnya mengajak Zoya untuk ke rumah Dion. Mereka sampai di sana saat senja, tepat saat Dion pulang dari kantor.

Pria itu menyapa ramah Zoya, seperti biasa ia pasti akan menanyakan kondisi keluarga Zoya. Hingga basa-basi selesai akhirnya Zoya mulai menanyakan keberadaan Renza. Itu membuat raut wajah Dion berubah seketika. Haidar dengan cepat menyadari hal itu, laki-laki itu sangat peka akan kebohongan.

"Om kira Renza sama kalian. Tidak ya?"

"Tidak Om. Makanya Zoya khawatir banget sama Renza." Ucap Zoya dengan wajah sedihnya.

"Ya udah kamu tenang aja, Om akan suruh orang untuk cari dia. Nanti Om kabari kamu kalau Renza pulang."

"Makasih ya Om. Kalau gitu kita pamit."

Cari Renza katanya? Padahal dirinya sendiri yang sudah mengurung anak itu hingga tak berdaya di dalam sana sendirian.

Dion mengacak rambutnya kasar seraya masuk ke dalam rumah. Ia bertemu pandang dengan sulungnya, namun mata itu terasa dingin. Juan menghela napas pelan, ayahnya masih marah.

Baru saja menyandarkan tubuh di sofa, rekan bisnisnya menelepon minta untuk bertemu. Dengan berat hati Dion beranjak dari tempat empuk itu lalu mengendarai mobilnya lagi.

Haidar mengantar Zoya untuk pulang, gadis itu sudah terlihat sangat lelah. Bahkan ia melewatkan jam kuliahnya demi mencari Renza seharian. Haidar meyakinkan gadis itu bahwa Renza pasti baik-baik saja. Zoya mengangguk dan masuk ke rumahnya.

Kecepatan motor Haidar cukup tinggi. Ia melesat ke jalanan menuju rumah Dion lagi. Perasaannya semakin tidak enak, ia yakin Renza pasti ada di sana.

Jawaban dari Dion pada Zoya tadi di luar nalar. Sejak kapan Dion peduli pada anak itu hingga rela menyuruh orang untuk mencarinya? Haidar merasa Dion sedang menyembunyikan sesuatu.

Sesampainya di rumah megah itu, Haidar langsung mengetuk pintu kuat. Beberapa saat kemudian Juan ke luar dengan wajah penuh tanya.

"Ngapain?" Tanya Dion dingin.

"Renza di mana Kak?" Tanya Haidar berusaha untuk tetap ramah.

"Jawaban gue masih sama kayak tadi siang. Gue nggak tau." Jawab Juan dan dibalas dengan sebuah smirk oleh lawan bicaranya.

"Yakin? Bukannya Renza ada di dalem ya?"

Juan kini mulai terpancing, ada sepercik amarah di matanya.

"Mau Lo apa sih? Mending Lo pulang sebelum kesabaran gue habis."

"Sorry, Kak. Tapi, hari ini aku harus bantuin Renza. Awas." Ucap Haidar kemudian menerobos masuk ke dalam rumah dan mulai meneriaki nama Renza.

"Lo bener-bener nggak punya sopan santun ya?!"

Juan menarik tangan Haidar dan langsung dihempas begitu saja oleh si pemilik tangan. Haidar benar-benar mengelilingi rumah ini untuk mencari keberadaan Renza.

Cacian dan pukulan yang berhasil ia tepis tak membuat Haidar berhenti. Ia justru semakin yakin bahwa Renza memang ada di sini.

Semua ruangan Haidar masuki, membuat Juan kewalahan sendiri. Hingga akhirnya ia kesulitan membuka satu ruangan.

"Kok nggak bisa di buka? Ruangan apaan nih?"

"Lo bisa keluar nggak dari sini?!"

"Gue nggak akan ke luar sebelum Renza ketemu. Ini mana kuncinya? Renza pasti ada di dalem kan?"

"Pergi Lo atau gue panggil polisi!"

"Panggil kalau Lo berani! Gue nggak takut!" Final Renza kemudian mendobrak pintu, membuat Juan terperanjat.

"GILA YA LO DAR?!"

Haidar tak menggubris ucapan Juan. Ia tetap bersikeras mendobrak pintu itu. Hingga akhirnya pintu itu terbuka, menampilkan banyak barang tak berguna.

Juan mengusap wajah frustrasi lalu menyusul Haidar masuk. Betapa terkejutnya ia melihat Renza sudah terbaring di lantai dengan wajah yang sangat pucat.

"TERNYATA LO YANG GILA KAK!" Bentak Haidar lalu mendekati tubuh sahabatnya.

"Ren bangun Ren. Renza!" Haidar menggoyang-goyangkan tubuh kecil Renza. Tak ada respon, Haidar langsung membopong tubuh Renza di punggungnya.

Juan masih mematung di sana. Ia tak tahu harus berbuat apa. Detik berikutnya ia menyusul Haidar ke luar. Pria itu sudah berdiri di samping mobil Juan.

"Kak cepet! Bangsat!"

Juan lantas berlari untuk membukakan pintu mobil lalu membawanya ke rumah sakit. Juan melihat dari spion tengah mobil, Haidar begitu khawatir dengan Renza. Juan juga merasakan hal yang sama, namun tidak sekhawatir Haidar.

Sesampainya di UGD Haidar tanpa aba-aba,  tanpa meminta bantuan pada Juan langsung membopong kembali tubuh Renza. Ia bahkan juga masih mampu berlari. Sepeduli itu Haidar pada Renza.

Saat Juan hendak menyusul Haidar, kepalanya tiba-tiba terasa sangat pusing. Perutnya juga mual dan ingin segera muntah. Ia lantas berlari menuju toilet terdekat.

Di sana pria yang sudah keringat dingin itu memuntahkan isi lambungnya di wastafel. Betapa terkejutnya ia saat melihat yang ia keluarkan adalah darah. Tangannya praktis gemetar, ia segera membersihkan darah itu dan membasuh wajahnya.

Juan terdiam. Ia tahu kondisinya sudah semakin memburuk.

Jarum infus sudah terpasang di tangan Renza. Haidar dan Zoya masih setia menemani di sisi brankar. Gadis itu langsung ke rumah sakit setelah Haidar memberi kabar lewat telepon bahwa Renza sakit.

Juan sudah tak terlihat lagi. Pria itu pergi entah ke mana. Membuat Haidar semakin kesal saja.

"Renza.." Lirih Zoya saat melihat mata kekasihnya terbuka.

"Ini aku Zoya. Syukurlah kamu udah sadar. Aku khawatir banget sama kamu." Zoya memegang tangan Renza, pria itu lantas menggenggamnya.

"Aku gapapa kok." Balas Renza dengan senyuman yang lemah. Pria itu lalu melihat ke arah sahabatnya.

"Lo udah bikin jantung gue hampir copot tau nggak." Ketus Haidar saat menyadari Renza melihat ke arahnya. Sahabatnya itu malah terkekeh pelan, membuat Haidar memutar bola matanya jengah.

"Makasih ya Dar." Renza berucap. Haidar mengangguk sambil menepuk pelan bahu sang sahabat.

Haidar menyandarkan punggungnya ke kursi. Sedangkan Zoya meletakkan kepala di tangan kiri Renza seraya memainkan selimut. Renza mengusap kepala itu pelan, gadisnya yang tak pernah mengeluh padahal selalu direpotkan.

Renza memandang wajah lelah Haidar, ah lagi-lagi dia yang sudah menolongnya. Sudah berapa banyak hutang kebaikan yang Renza tanggung terhadap Haidar? Banyak sekali.

Laki-laki itu selalu tulus membantu Renza. Bagaimanapun caranya pasti akan Haidar lakukan jika itu menyangkut sahabatnya. Renza tersenyum simpul melihat Haidar yang sudah lari ke alam mimpi.

Gimana caranya gue bales kebaikan lo, Dar?
Lo selalu ada buat gue, bahkan di setiap ujung keselamatan gue cuma lo yang bisa bantu.

Gue akan berusaha buat bahagia biar nggak ngerepotin Lo terus. Gue janji.

Gue sayang banget sama Lo. Lo Sahabat satu-satunya yang gue punya.

Nanti, gue cariin temen ceweknya Zoya yang pas buat Lo deh. Haha.

Batin Renza.

___________________
___________________

"Aku adalah manusia paling beruntung. Aku memiliki seorang sahabat bak dewa pelindung dan aku juga punya seorang gadis cantik nan setia bak dewi cinta. Namun, aku seperti manusia tak berdaya untuk mereka. Hanya bisa bergantung dan menyusahkan."

- Renza -

"Gue adalah orang yang paling nunggu moment kebahagiaan Lo, Ren. Karena di saat itu gue bisa lihat dua cahaya favorit gue bersinar bersamaan. Cahaya dari senyum cinta pertama gue yang terbit karena senyuman Lo."

- Haidar -

Continue Reading

You'll Also Like

10.2K 4K 32
Bagaimana bisa orang tua tidak menyukai anaknya, bukannya anak itu buah dari hasil kasih sayang ayah dan ibunya? aku kadang tersenyum memperhatikan w...
683 73 2
book baru. Savero Archandra version tulis ulang
344 121 8
"kesulitan yang sebenarnya adalah mengatasi caramu berpikir mengenai diri kamu sendiri, jangan berpikir terlalu jauh"
. By jstbelacNS

Mystery / Thriller

4.7K 578 18
"Tidak ada yang berubah, hanya adanya sikap yang belum pernah mereka perlihatkan"