[2] HATI dan WAKTU

Bởi deftsember

50.5K 9.4K 9K

Raline menawarkan diri menjadi pacar Jerome untuk membantu cowok itu move-on dari mantan pacarnya. Dia tahu k... Xem Thêm

BAB 00: START
BAB 01: MEMULAI
BAB 02: HARI PERTAMA PACARAN
BAB 03: MEMBUKA HATI
BAB 05: RALINE'S WORST DAY
BAB 06: SUPPORT SYSTEM
BAB 07: "Raline pacar gue."
BAB 08: PENGAKUAN
BAB 09: CEMBURU?
BAB 10: CEMBURU? (PT 2)
BAB 11: STAYCATION IN ANYER
BAB 12: KISSING YOU
BAB 13: INTEROGASI
NOTIF
BAB 14: SUPPORT BOYFRIEND
BAB 15: SESUAI HARAPAN
BAB 16: TERHUBUNG TAKDIR?
BAB 17: BERPISAH
BAB 18: ANNOYING!
BAB 19: BREAK UP (?)
BAB 20: DECISIONS
BAB 21: PERJUANGAN JEROME
BAB 22: SI CALON BUCIN PACAR
BAB 23: I LOVE YOU
BAB 24: SELANGKAH LEBIH BERANI
BAB 25: RENCANA LIBURAN KELUARGA
BAB 26: LOVE IN EUROPE
BAB 27: LOVE IN EUROPE (PT 2)
BAB 28: BUKTI KEBUCINAN JEROME
BAB 29: RALINE MUDIK
BAB 30: DI SURABAYA..
BAB 31: REVITALISASI CINTA
BAB 32: 1st ANNIVERSARY
BAB 33: SISI LAIN
BAB 34: MULAI MENGGANGGU
BAB 35: PERUSAK
BAB 36: DETIK-DETIK KERETAKAN
BAB 37: KESALAHAN FATAL
BAB 38: END
BAB 39: KEHANCURAN TERBESAR
BAB 40: USAI
BAB 41: THE END(?)
S2 VER 1: BIGGEST LOSS

BAB 04: KENCAN PERTAMA

868 189 40
Bởi deftsember

~ Happy Reading ~






"Gue udah siap. Mau berangkat sekarang atau nunggu agak siangan dulu?"

Jerome yang tadinya sedang sibuk memainkan ponsel pun mendongak saat mendengar suara Raline. Dia perhatikan sosok perempuan di depannya ini dari atas sampai bawah.

Raline yang di tatap seperti itu pun merasa semakin gugup.

"A-ada yang salah sama penampilan gue? Atau gue perlu ganti baju lagi?" tanya nya dengan nada gemetar.

Jerome menggelengkan kepalanya. Dia beranjak dari duduknya lalu berjalan mendekati Raline. "Nggak ada. Kita pergi sekarang aja." ucapnya lalu jalan terlebih dahulu meninggalkan Raline yang langsung menyusulnya.

Raline masuk ke dalam mobil Jerome. Dia memakai seltbelt nya dengan canggung. Ini pertama kalinya dia naik mobil Jerome.

"Lo mau kemana?" tanya Jerome sambil menghidupkan mesin mobilnya.

"Nggak tau. Gue belum punya rencana apa-apa."

Jerome diam saja dan tidak menjawabnya. Raline mengira kalau dia sudah salah memberi jawaban. Cewek itu langsung panik. Dia membuka ponsel nya dan mencari tempat yang sekiranya bisa di tuju untuk kencan pertama mereka.

"Gue punya satu tempat yang pengen gue kunjungin. Tapi gue nggak tau lo bakal suka atau nggak sama tempatnya." ucap Jerome membuat kegiatan 'searching' Raline terhenti.

"Tempat apa?"

"Hutan Mangrove." jawab Jerome.

Raline mengerutkan dahi nya. "Maksudnya Hutan Mangrove yang di PIK itu?" tanya nya yang di balas anggukan Jerome.

"Tapi kalau lo nggak mau juga gapapa. Kita cari tempat lain yang lebih nyamaㅡ" belum juga Jerome menyelesaikan ucapannya tapi Raline sudah lebih dulu memotongnya.

"Ayo kita kesana." ucap Raline dengan wajah ceria.

Jerome melirik sekilas ke arah Raline. "Jangan terpaksa. Buat apa kita kesana kalau lo nggak menikmati."

"Kata siapa gue terpaksa? Gue udah lama pengen ke Hutan Mangrove PIK tapi karena kebentur schedule jadi belum kesampaian sampai sekarang." 

"Jadi kita ke sana?" tanya Jerome. Raline mengangguk. "Iya, kita ke sana. Tapi boleh mampir ke Indoapril dulu nggak? Gue butuh beli jajanan buat ngemil disana." ucap Raline.

Jerome mengangguk dan segera menjalankan mobilnya menuju Indoapril terdekat untuk membeli segala keperluan mereka sebelum memutuskan untuk menghabiskan hari pertama kencan mereka di Hutan Mangrove

Sesampainya di Indoapril terdekat, Raline langsung mengambil keranjang dan memasukkan beberapa snack dan softdrink sebagai cemilan mereka saat di Hutan Mangrove nanti.

Begitu sampai kasir dan hendak mengambil dompet untuk membayar belanjaannya, tiba-tiba Jerome muncul dari arah belakangnya sambil menyodorkan debit card nya ke arah kasir.

"Loh? Jangan Jer. Ini kan mostly belanjaan punya gue. Biar gue aja yang bayar." ucap Raline.

Jerome tidak menggubrisnya. Dia tetap menyodorkan debit card nya ke arah penjaga kasir. Namun dengan cepat di cegah oleh Raline.

"Saya bayar cash aja, mbak. Berapa tadi total nya?" kata Raline.

"Seratus delapan puluh ribu." kata penjaga kasir.

Raline baru akan mengeluarkan beberapa lembar uang, tapi Jerome sudah kembali menyodorkan debit card nya lagi.

"Bayar pakai ini aja, mbak." ucapnya.

Raline hendak protes kembali sebelum Jerome menggenggam tangannya, dan berbisik tepat di samping telinganya.

"Jangan larang pacar lo buat bayarin belanjaan lo." bisiknya.

Tubuh Raline langsung membeku dengan wajahnya yang sudah merona merah. Dia menundukkan kepalanya, mencoba menyembunyikan wajahnya yang merona.

Jerome diam-diam melirik ke arah Raline yang sedang menundukkan wajahnya. Dia tersenyum sangat tipis lalu kembali melanjutkan transaksi pembayaran.

Jangan bilang dia tidak tahu kalau wajah Raline sedang merona. Dia jelas melihatnya. Jerome tahu kalau pacarnya ini sedang malu.

Setelah menyelesaikan urusannya di Indoapril, Jerome dan Raline pun kembali ke dalam mobil dan melaju menuju tempat tujuan.

Raline masih diam saja walaupun mereka sudah berjalan jauh dari Indoapril. Jerome sesekali melirik ke arah cewek itu yang sedang sibuk melihat ke luar kaca mobil.

"Nggak dimakan Snack nya? Tadi lo beli banyak banget kan?" tanya Jerome mencoba memulai sebuah obrolan terlebih dahulu.

"Jer, kirimin nomor rekening lo ya nanti." kata Raline.

"Buat apa?"

"Gantiin uang lo tadi."

Jerome melirik Raline sekilas. Dia tidak menjawabnya karena tidak niat untuk menjawabnya.

Raline yang menyadarinya pun mendadak bingung dengan reaksi pacarnya.

"Kok diem aja?"

"Apa yang mesti gue jawab?" Jerome malah balik bertanya.

"Gue merasa nggak enak. Tadi belanjaan gue banyak banget dan lo malah maksa bayarin semuanya."

Jerome kembali terdiam. Sepertinya cowok itu sama sekali tidak minat membahas topik obrolan yang sedang di bangun oleh Raline.

"Jangan ilfill sama gue ya, Jer." tiba-tiba Raline berkata seperti itu.

"Hm? Kenapa?"

"Gue emang agak boros kalau udah belanja makanan. Soalnya gue hobi makan."

"Terus apa masalahnya?"

"Lo nggak ilfill lihat cewek yang makannya banyak? Kan nggak anggunly sama sekali."

Entahlah. Jerome sama sekali tidak ada pikiran ke arah sana. Dia juga tidak peduli dengan cewek yang punya hobi makan. Toh itu bukan sesuatu yang harus di permasalahkan.

"Kenapa harus ilfill? Makan kan kebutuhan penting."

"Iya gue tau. Tapi cewek-cewek lain kan berusaha ngurangin porsi makan buat jaga bentuk tubuh biar nggak gendut."

"Emangnya lo gendut?"

"Ya enggak sih. Tapi kan agak gimana gitu."

"Lakuin apapun yang menurut lo baik, Rell. I will not forbid it."

Raline mencuri-curi pandang ke arah Jerome yang masih sibuk menyetir. Diam-diam dia tersenyum merasa sangat senang karena merasa hubungan mereka mulai terbangun ke arah yang lebih baik.

"Thank's ya, Jer. Gue tau lo masih belum terbiasa, tapi gue nggak akan memaksa lo kok. Lo bisa lakuin senyaman lo aja. Gue masih bisa menunggu sampai lo benar-benar bisa terima gue seutuhnya." ucap Raline yang membuat Jerome bungkam.

Raline tersenyum tipis. Dia mengangguk pelan lalu mengalihkan perhatiannya ke luar kaca mobil.

Dia tau kalau Jerome tidak akan mengatakan apapun untuk merespon ucapannya tadi.

Ada rasa kecewa. Tapi Raline tidak akan membiarkan rasa kecewa itu tertanam lebih dalam di hatinya. Dia sudah sejauh ini, jadi biarkan semuanya berjalan sesuai alur yang ada.

Kalau memang usahanya tidak berjalan lancar, maka dia akan menyerah dan menjauh dari Jerome dengan sendirinya. Untuk sekarang Raline masih semangat untuk memperjuangkan cintanya.

Semoga semuanya berakhir dengan baik.

Jerome menoleh ke arah Raline setelah merasakan suasana mendadak hening. Dalam hatinya kini sedang berkecamuk.

Apakah keputusannya ini benar?
Atau apa yang dia lakukan ini adalah sebuah kesalahan?

Tapi seketika dia langsung mengingat ucapan Dimas yang mengatakan kalau tidak ada ruginya mulai membuka hati untuk orang baru.

Toh, Raline pun bukan orang jahat yang akan merugikannya.

Raline lebih dari itu.

Walaupun selama ini dia hanya sekedar mengenal Raline sebagai adik sepupu temannya, dia tetap tahu kalau Raline bukan tipe perempuan yang problematik.

Raline berbeda. Tapi Jerome belum bisa merasakan perbedaan itu sampai bisa menyentuh perasaannya.

Karena pada dasarnya hatinya masih di tempati oleh sang mantan kekasih yang sudah tega mengkhianatinya dengan kejam.

'Gue nggak bisa janjiin hal lebih buat lo, Rell. Tapi gue harap lo masih sabar menunggu gue.' ㅡucap Jerome dalam hati.


🍑🌹

Jerome memarkirkan mobilnya di area parkir saat mereka sudah tiba di tempat tujuan. Dilihat dari area parkir yang lumayan full sepertinya tempat wisata Hutan Mangrove nya hampir di padati pengunjung.

Mereka berdua jalan beriringan menuju tempat administrasi untuk melakukan pembayaran tiket dan kebutuhan lainnya. 

Jerome menyuruh Raline untuk menunggu di kursi yang di sediakan di dekat resepsionis selagi menunggunya menyelesaikan administrasi.

"Ayo langsung masuk aja." ucap Jerome yang berdiri di depan Raline. Cowok itu sudah menyelesaikan kegiatan administrasinya.

Mereka kembali berjalan beriringan masuk ke tempat wisata Hutan Mangrove itu. Dan benar saja kalau di hari Minggu ini tempat wisata seperti ini pasti di padati oleh pengunjung. 

Bahkan karena saking ramai nya jalan masuk pun sampai berdesakan. Raline beberapa kali mengaduh saat tubuhnya tidak sengaja di senggol atau bersentuhan dengan para pengunjung yang lain. Sampai membuat jaraknya dengan Jerome hampir terpaut jauh.

Jerome menyadari kalau Raline tidak lagi berjalan di sisi nya. Dia menoleh kebelakang dan melihat pacarnya itu sedang berusaha berjalan berdesakan dengan pengunjung lainnya.

Karena tubuh Raline yang ramping, jadi membuat cewek itu mudah terdorong oleh pengunjung lainnya. 

Kedua mata Jerome memicing saat melihat ada orang yang dengan nakalnya mencuri kesempatan menyentuh tubuh Raline. Dengan cepat Jerome langsung mendekati Raline dan menggenggam tangan pacarnya itu.

"Kenapa nggak manggil kalau ketinggalan?" tanya Jerome.

"Gue bahkan nggak sempet lihat lo ada dimana karena ketutupan sama orang-orang ini." keluh Raline.

Jerome melirik tajam ke arah seorang bapak setengah baya yang dari tadi berdiri di belakang Raline.

"Bu, tolong di jaga suaminya. Tadi dia hampir nyentuh pacar saya." ucapnya dengan nada datar ke arah ibu-ibu yang berdiri di samping bapak-bapak yang hampir berbuat nakal ke Raline.

Raline dan beberapa orang di sekitar mereka langsung terkejut setelah mendengar ucapan Jerome.

"Jerㅡ" 

Tanpa mengatakan apapun, Jerome langsung menggenggam tangan Raline dan menariknya menjauh. Mereka berjalan sambil bergandengan tangan tanpa ada yang memulai obrolan.

Diam-diam Raline melirik ke arah Jerome dan melihat raut wajah cowok itu yang terlampau datar. Dia tidak tahu apa maksud dari ekspresi datar Jerome.

Tapi di dalam hatinya dia cukup senang karena aksi Jerome yang cukup gentleman tadi.

Jerome membawanya ke tempat wisata air yang sudah di padati pengunjung seperti tempat wisata lainnya.

Cowok itu melepas jaket denim nya dan menyerahkannya ke  Raline.

Raline yang di sodori jaket denim itu pun menatap Jerome dengan tatapan bertanya-tanya. 

"Pakai." ucap Jerome.

"Buat apa?"

"Pakai aja. Biar nggak ada orang yang nakal ke lo kayak tadi lagi."

Raline menerima jaket denim dari Jerome dan langsung memakainya untuk menutupi bagian perutnya yang agak terbuka. Dia mengikat jaket itu di sekeliling pinggang nya.

"Tunggu sini bentar." ucap Jerome.

"Mau ngapain, Jer?"

"Mau sewa Kano." ucap Jerome lalu langsung pergi mendekati tempat penyewaan perahu dan boat.

Raline menunggu Jerome. Dia memegang jaket denim milik Jerome yang melingkar di pinggang nya. Senyum tidak mampu dia tahan saat mendapat perhatian yang tidak pernah dia dapatkan dari Jerome sebelumnya.

"Hmm.. wangi Jerome." gumamnya saat mencium aroma Jerome di jaket denim itu.

"Ayo." ucap Jerome yang menghampirinya dengan membawa dua pelampung berwarna oranye.

"Kita mau naik kapal beneran?" tanya Raline sambil menerima pelampung dari Jerome.

"Kita naik Kano, bukan kapal."

"Ya maksud gue itu." 

Setelah memastikan pelampung sudah terpasang sempurna, Jerome kembali menggandeng tangan Raline dan membantu pacarnya itu untuk naik ke atas Kano untuk dua orang.

Raline hampir saja menjerit saat merasa Kano yang sedang dia naiki bergoyang-goyang tidak beraturan.

"Jerome, Kano nya goyang-goyang terus." ucapnya dengan raut wajah panik.

"Tenang. Jangan panik. Gue pegangin sampai lo duduk." kata Jerome.

Raline pun langsung menenangkan ketakutannya dan duduk di tempat yang di sediakan di Kano tersebut. Merasa Raline sudah duduk dengan nyaman, Jerome pun gantian naik ke Kano dan duduk berhadapan dengan Raline.

Cowok itu mendayung Kano mereka perlahan-lahan sampai menjauh dari tempat awal. Raline mulai tenang dan dia pun ikut membantu Jerome untuk mendayung Kano mereka.

"Ini pertama kalinya gue naik kayak ginian. Ternyata seru juga ya, walaupun awalnya serem banget." ujar Raline.

"Itu karena lo terlalu panik."

"Gimana nggak panik sih. Gue takut jatuh, kalau tenggelam gimana? Gue nggak bisa berenang."

"Kan udah pakai pelampung. Kalau jatuh ya paling lo ngambang di air."

Raline mendengus pelan. Jawaban Jerome memang menyebalkan. Tidak kedengaran panik atau berusaha untuk menghiburnya sama sekali.

Mereka tidak ada lagi yang memulai obrolan. Baik Jerome dan Raline sibuk menikmati pemandangan alam yang terasa menyejukkan. 

"Gue seneng banget, Jer. Thank's ya udah bawa gue kesini." ucap Raline sambil menatap Jerome dengan senyum hangat.

Jerome membalas tatapannya dengan ekspresi yang tak berubah. Selalu datar dan tidak mengeluarkan ekspresi apapun seolah-olah cowok itu tidak memiliki emosi sama sekali.

Raline langsung memalingkan wajahnya ke arah lain setelah mendapati Jerome tidak merespon ucapannya. Ada rasa kecewa, tapi dia mencoba untuk menahannya. 

Ini sudah resiko memacari orang berhati dingin dan super cuek seperti Jerome.

Dia mengeluarkan ponsel nya dan memilih sibuk mengabadikan pemandangan indah di sekelilingnya dengan berfoto. 

"Mau gue fotoin?" ucap Jerome membuat Raline langsung menoleh ke arahnya.

"Hm?" tanya Raline.

Jerome menyodorkan tangannya seolah meminta Raline memberikan ponselnya. "Gue fotoin."

"E-eh nggak usah deh. Gue bisa sendiri kok." kata Raline dengan senyuman canggung.

"Agak susah kalau mau selfie disini."

Pada akhirnya Raline pun memberikan ponselnya kepada Jerome dan membiarkan cowok itu mengambil fotonya.

Dengan canggung Raline pun mulai melakukan berbagai macam pose. Jerome hanya diam sambil menjepret Raline di berbagai sudut dan berbagai pose sampai beberapa kali.

"Nih. Udah gue foto." kata Jerome sambil menyerahkan ponsel Raline kembali ke pemiliknya. 

Raline menerimanya. Dia melihat hasil jepretan Jerome. Diam-diam dia tersenyum karena merasa puas dengan hasil jepretan pacarnya itu.

Dia melirik ke arah Jerome yang kembali menyibukkan diri mendayung Kano mereka. 

"Jer, lo mau nggak selfie sama gue?" ucap Raline dengan ragu-ragu.

Jerome menatap Raline tanpa mengatakan sepatah kata pun. Reaksinya itu membuat Raline salah paham. Cewek itu mengira kalau itu adalah pertanda penolakan dari Jerome.

Dengan tawa hambar yang terdengar canggung, Raline pun kembali berkata. "T-tapi kalau lo nggak mau juga gapapa kok. Hehehe.. gue foto yang laㅡ"

"Ayo." ujar Jerome cepat membuat Raline tak bisa meneruskan ucapannya.

Raline menatap bingung ke arah Jerome. "Ayo?" tanya nya mengulang ucapan Jerome.

"Katanya mau selfie bareng."

"Lo mau?" tanya Raline yang dibalas anggukkan dari Jerome.

Senyum lebar langsung mencerahkan wajah cantiknya. 

Dengan hati-hati Raline bergerak mendekat ke arah Jerome. Dia mengarahkan ponselnya lalu langsung mengabadikan foto selfie mereka.

Jerome melihat gerakan yang kaku dari Raline. Dia menarik bahu cewek itu agar semakin mendekat ke arahnya membuat Raline langsung tersentak dan hampir menjatuhkan ponselnya.

"Jerㅡ" ucapannya kembali terpotong.

Jerome mengambil alih ponselnya. "Biar gue aja yang megang hp nya."

Dengan degup jantung yang menggebu-gebu, Raline pun menyamankan diri dan mulai berpose dengan se-natural mungkin. Mereka mengambil foto selfie beberapa kali sampai Raline benar-benar merasa puas.

Jerome bisa melihat senyum sumringah di wajah cantik Raline saat melihat cewek itu memeriksa hasil jepretan selfie mereka. 

BRAK.. 

"Kyaa!!" teriak Raline dengan panik. Ponselnya terjatuh ke bawah Kano dan dia langsung memeluk Jerome karena saking takutnya.

Tiba-tiba ada Kano lain datang menabrak Kano mereka dengan benturan yang cukup keras sampai membuat Kano mereka bergoyang-goyang cukup kencang.

Jerome langsung memeluk tubuh Raline dengan satu tangannya, sedangkan tangan lainnya tetap memegang dayung untuk menjaga keseimbangan.

Dia menoleh ke belakang dan melihat ada satu Kano yang dikendarai dua orang. "Mas, hati-hati dong!" ucapnya dengan nada yang sedikit membentak. Raut wajahnya yang datar kelihatan seram.

"Sorry sorry, tadi saya salah arah dayung nya." ucap orang itu lalu langsung mendayung Kano nya menjauh setelah melihat ekspresi Jerome yang tampak menakutkan.

Tubuh Raline bergetar pelan di dalam pelukannya. Jerome langsung menenangkan cewek itu dan mengatakan kalau mereka tidak akan tenggelam.

Raline melepaskan pelukannya. Dia menatap Jerome dengan raut ketakutan. "G-gue takut tenggelam, Jer." ucapnya dengan nada bergetar.

"It's okay. Lo nggak akan tenggelam. Kita udah aman sekarang. Tenang ya, Rell." ucap Jerome berusaha memberi ketenangan untuk Raline.

Raline kembali duduk di tempatnya semula. Dia mengatur nafasnya untuk meredakan ketakutan. 

"Kita udahan aja ya? Lo kelihatan panik banget." tanya Jerome sambil menyodorkan ponsel Raline yang terjatuh tadi.

Raline menggeleng. "Jangan. Kita kan baru sebentar disini."

"Lo yakin, Rell?" 

"Iya Jer. Kita lanjutin lagi. Gue juga udah mulai tenang kok."

Jerome menatap Raline dan menelisik keadaan pacarnya itu. Dia kembali mendayung Kano nya setelah memastikan kalau keadaan Raline sudah lebih membaik.

🍑🌹

Setelah menghabiskan setengah jam lebih menikmati pemandangan sambil menaiki Kano, Jerome dan Raline pun tadinya berencana untuk berjalan-jalan menyusuri Hutan Mangrove lagi, tapi rencana itu harus gagal ketika hujan tiba-tiba mengguyur Jakarta.

Raline agak kecewa karena agenda jalan-jalan mereka harus di batalkan. Jerome yang menyadari hal itu pun langsung membawa Raline ke tempat penyewaan tenda yang ada di sana.

Raline yang bingung pun bertanya kenapa mereka harus menyewa tenda. 

"Lo nggak berharap kita langsung pulang karena tiba-tiba hujan kan? Makanya gue sewa tenda sampai hujan nya berhenti, terus nanti kita lanjut jalan-jalan lagi." kata Jerome menjawabnya.

Raline langsung mengangguk paham. Dia tidak tahu kalau Jerome bisa memahami maksudnya. 

Sekarang dia sedang berada di dalam tenda dan menunggu Jerome yang sedang mengurus sesuatu di luar sana.

SREK...

Tenda terbuka dan Jerome masuk ke dalam dengan mengusap rambutnya yang agak basah terkena air hujan. Cowok itu menyerahkan kantung plastis yang berisi jajanan Raline tadi.

"Lo hujan-hujanan sampai basah gitu cuma mau ngambil jajanan di mobil, Jer?" tanya Raline.

Jerome mengangguk. Dia melepas jaket denim nya yang agak basah. "Dari pada kita gabut mending nungguin hujan reda sambil makan cemilan kan."

Raline merogoh isi tas nya dan mengambil sapu tangan yang selalu dia siapkan untuk berjaga-jaga. 

Cewek itu menatap Jerome dengan ragu. "Rambut lo basah. Gue boleh bantu keringin nggak? Kebetulan gue bawa sapu tangan."

Jerome tak langsung menjawabnya. Cowok itu melihat sapu tangan berwarna baby pink di tangan Raline. 

"Boleh. Tolong ya." ucapnya.

Senyum lebar langsung merekah di wajah cantiknya. Dia menggeser tubuhnya ke belakang tubuh Jerome lalu berlutut agar mudah saat mengeringkan rambut pacarnya itu.

Dengan tangan yang agak gemetar, Raline mulai mengusap rambut basah Jerome dengan sapu tangan miliknya. Tidak ada obrolan sama sekali di antara mereka. Suasana di dalam tenda itu hanya di hiasi oleh suara gemericik hujan di luar sana.

Diam-diam Raline memuji rambut hitam yang agak kecoklatan milik Jerome karena terasa halus dan lembut serta wangi sampo yang beraroma maskulin. 

Sebelumnya mereka tidak pernah se-dekat ini. Ini merupakan sebuah perkembangan yang cukup signifikan bagi hubungan yang baru saja di mulai. Raline berharap kisah mereka hari ini akan terus berjalan makin lancar se-iring berjalannya waktu.

"Gue denger dari Mahen katanya akhir-akhir ini lo lagi agak sibuk sama urusan kampus ya, Jer?" tanya Raline mencoba membangun sebuah obrolan di tengah suasana yang hening.

"Ya, begitulah."

"Se-sibuk itu ya sampai lo kelihatan capek banget?"

"Lumayan. Dosen gue agak menuntut orang nya."

Jawaban yang lumayan singkat dari Jerome membuat obrolan mereka juga berjalan singkat. Raline sampai menghela nafasnya karena bingung mencari topik obrolan yang lebih menarik agar obrolan mereka tidak berakhir singkat.

"Mulai bulan depan gue bakal makin sibuk." kata Jerome. Raline cukup terkejut karena ini pertama kalinya Jerome memulai obrolan terlebih dahulu.

"Gue paham kok. Setiap hari lo juga kelihatan sibuk. Anak FK emang agak beda ya rutinitas nya." ucap Raline di selingi kekehan pelan.

"Gue di pilih sama asdos buat ikut pemilihan calon Ketua BEM?"

Raline cukup terkejut mendengarnya. Sampai membuat kegiatan mengeringkan rambut Jerome terhenti.

"Serius? Lo ikut pemilihan calon Ketua BEM? Kok gue nggak denger info nya dari Lili sih? Padahal kan dia hampir tau semua info terpanas di seluruh kampus." cerocosnya.

"Emang. Kan beritanya yang tau cuma gue, asdos, dan jejeran dosen fakultas. Dan sekarang nambah lo karena barusan gue ngasih tau lo." 

Entah kenapa Raline merasa kalau dirinya sedang di spesialkan oleh Jerome. Dan dia cukup senang dengan fakta tersebut. Walaupun ini bukan sesuatu yang ter-amat penting.

"Lo pasti bakal lebih sibuk dan lebih gampang capek. Jangan terlalu di forsir kalau emang nggak kuat. Lo pasti udah tau kapasitas kekuatan lo sampai mana. Apalagi lo juga calon dokter. Jadi prioritaskan kesehatan dan stamina terlebih dahulu. Karena itu yang paling penting." ujar Raline dengan nada serius.

Jerome menatap Ralineㅡmasih dengan tatapan datar nya.

"Gue bakal sibuk banget karena ngurus masalah BEM dan tugas kuliah gue yang lain. Mungkin gue bakal lebih jarang ketemu sama lo, Rell." kata Jerome.

Senyum Raline langsung memudar. Dia merasa sangat kecewa, tapi tentu saja dia tidak ingin menjadi penghalang bagi Jerome.

Dia langsung menyunggingkan senyum terbaiknya agar Jerome percaya kalau dia tidak masalah dengan keputusan cowok itu.

"Sebelumnya kita juga jarang banget ketemu. Jadi jangan khawatir tentang gue. Lo bisa fokus ke urusan lo dulu kok. I will provide support for you." ucapnya dengan senyuman tulus.

Lagi-lagi Jerome hanya menatapnya tanpa menjawab sepatah kata pun. Cowok itu cukup lega karena melihat ketulusan dari ucapan Raline barusan.

Akan sangat mengesalkan kalau Raline ternyata adalah tipe cewek yang tidak bisa ditinggal sibuk pacarnya.

"Tapi gue boleh nggak?" tanya Raline dengan nada ragu-ragu.

"Boleh apa?" Jerome balik bertanya dengan dahi mengerut bingung.

"Kalau gue ada waktu luang, gue boleh nemuin lo nggak? Atau kalau lo mengizinkan, gue bakal sering nemenin lo nugas atau ngurus masalah BEM."

Jerome cukup terkejut juga mendengar penuturan Raline yang di luar ekspetasi nya. Dia kira Raline akan sedikit protes karena kesibukannya. Seperti saat dia berpacaran dengan Abigail dulu.

Abigail sering marah saat ditinggal sibuk olehnya. Mantan kekasihnya itu bahkan sampai tidak mau membalas chat dan teleponnya.

Abigail juga tidak pernah meluangkan waktunya untuk menemaninya menyelesaikan tugas kuliah.

Tapi Raline kenapa tiba-tiba menawarkan sesuatu yang tidak pernah di lakukan oleh Abigail?

"Kalau gue nge-ganggu lo, gue bakal berhenti kok." ucap Raline lagi setelah tidak mendapat respon dari Jerome.

"Gue nggak maksa. Kalau emang lo mau ya silahkan."

Senyuman lebar kembali terbit di wajah cantik Raline. "Kalau lo butuh gue jangan sungkan buat ngabarin gue ya, Jer."

Jerome mengangguk. "Thank's Rell."

"Berarti akhir-akhir ini jadwal lo padat banget ya? Sampai susah di hubungin." tanya Raline mengubah topik obrolan.

Jerome mengangguk. "Iya. Tugas kuliah banyak yang mepet deadline dan gue juga harus nyari referensi buat tugas-tugas itu."

"Pantesan chat gue nggak ada yang di bales. Ternyata lo mahasiswa rajin ya, nggak kayak gue yang pengikut mahasiswa kupu-kupu." 

"Sorry, gue nggak bermaksud ngacangin chat lo, Rell." ucap Jerome.

Raline membalasnya dengan senyum tipis. "Gapapa. Wajar kan kalau mahasiswa sibuk kayak lo jarang bisa balas chat."

Jerome tahu kalau dibalik senyuman Raline barusan ada rasa kecewa yang sedang berusaha di sembunyikan.

"Semalem gue ke rumah lo tapi kayaknya lo udah tidur." kata Jerome yang langsung membuat Raline menoleh ke arahnya dengan ekspresi kaget.

"Kapan? Kok nggak ngabarin gue?"

"Jam sepuluh kurang."

"Seharusnya lo telepon gue aja, Jer. Biar gue langsung bangun."

"Gue nggak mau ganggu lo malem-malem."

"Tapi kok lo tau kalau gue udah tidur? Apa karena gue nggak bales chat lo ya? Tapi emang lo chat gue semalem?" tanya Raline berkali-kali.

"Kata bang Dimas kalau lampu kamar lo udah mati berarti itu tandanya lo udah tidur."

"Kapan dia ngasih tau nya?"

"Pas di basecamp. Semalem setelah dari kampus gue langsung ke basecamp buat nongkrong sama yang lain. Dan tiba-tiba bang Dimas bilang kalau seharian kemaren lo uring-uringan karena nggak dapat kabar dari gue. Dia nyuruh gue nemuin lo, dia juga bilang kalau lampu kamar lo udah mati itu tandanya lo udah tidur." ujar Jerome menjelaskan.

Raline mendengus agak kecewa. Bibirnya yang terpoles lipstik merah cerah mengerucut gemas.

"Seharusnya lo telepon gue atau kalau bisa spam aja biar gue langsung bangun. Sayang banget semalem gue nggak tau lo dateng ke rumah."

"Jangan. Gue nggak mau ganggu waktu istirahat lo."

"Tapi kayaknya gue juga ganggu waktu istirahat lo deh."

"Kenapa ngomong begitu?"

Raline memperhatikan wajah tampan Jerome. "Muka lo agak pucet. Kantung mata lo juga jadi lebih kelihatan bengkak. Lo kurang tidur kan, Jer?"

"Gue gapapa. Nanti juga terbiasa sama kesibukan kayak begini."

Raline menggeleng tegas. Dia menyelonjorkan kedua kakinya lalu menepuk-nepuk paha nya.

"Sini. Lo harus istirahat biar lebih rileks badannya."

Jerome menatap pergerakan Raline dengan alis terangkat keatas. Dia tidak mengerti dengan maksud pacarnya itu.

"Cuacanya lagi bagus buat istirahat dan relaksasi. Lo harus banyak istirahat selagi punya waktu luang."

"Nanti sampai rumah gue langsung istirahat."

Raline menghela nafasnya panjang. Dia menatap Jerome dengan tatapan serius.

"Sini, rebahan di paha gue. Gue bantu bikin lo rileks."

"Rellㅡ"

"Gue nggak akan macam-macam, Jer. Janji deh."

Dengan gerakan canggung, Jerome mendekati Raline dan merebahkan kepalanya di paha ramping pacarnya itu.

Raline tersenyum senang melihatnya. "Sekarang lo bisa istirahat. Gue bangunin kalau hujan nya udah berhenti."

Jerome memejamkan matanya dan mencoba untuk merilekskan tubuh dan pikirannya.

Tapi hal itu tak berlangsung lama setelah dia merasakan sentuhan lembut di keningnya.

"Nenek gue pernah bilang kalau orang yang lagi capek pikiran dan fisiknya paling cocok dapet pijatan kayak gini." ucap Raline sambil memijat kening dan kepala Jerome.

"Lo juga belajar pijat dari nenek lo?" tanya nya.

Raline mengangguk. "Udah warisan turun-temurun keluarga. Soalnya nenek pinter mijet juga dari eyang buyut nya."

Jerome kembali memejamkan matanya menikmati pijatan tangan Raline di kening dan kepalanya.

Pijatannya sangat lembut dan teratur. Seperti seorang ahli yang sudah mempelajari tentang ilmu pijat-memijat.

Rasanya batin dan pikiran Jerome mulai rileks. Apalagi saat mendengar alunan senandung lembut yang keluar dari mulut Raline.

Tanpa sadar dan saking terbuai nya, Jerome pun perlahan-lahan mulai masuk ke dalam alam mimpinya dengan sangat damai.

Pijatan dan alunan senandung merdu dari Raline benar-benar menjadi penghantar tidur paling nyaman untuknya.

Dan Jerome mengakui satu kelebihan Raline yang baru dia ketahui saat ini. Cowok itu mengakui kalau ini adalah waktu luang terbaik yang dia miliki.

Bersama Raline dan suara rintik hujan yang berbaur dengan alunan senandung lembut yang sukses membuai nya di alam mimpi.









To Be Continued..

Update sekarang aja ya, soalnya besok² aku pasti sibuk ngetik draft Jeffrey-Rosie sama Jeje-Sella.

Mungkin alur nya agak lambat ya. Tolong di maklumi kalau masih belum jelas dan masih banyak typo.

Semoga Jerome-Raline bisa menghibur kalian semua kayak Jeffrey-Rosie dan Jeje-Sella.

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

6.7K 240 25
Ini narasi AU ajaaa, lebih lengkapnya di Twitter © xxanianddd yaaa! Judulnya sama. Udah end
72.7K 11.2K 22
"What's your history? Do you have a tendency to lead some people on? Cause I heard you do." ◾️ acciotrashure, 2017. { Written in Bahasa : Baku } COM...
3.5M 27.1K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
3.5M 52.3K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...