COPY PASTE [Terbit, 2023]

By NoonaAgassi

17K 1.8K 730

[JUARA 2 TEMA MENTAL HEALTH GMGWRITERS 2022] Blurb: Kehidupan Kadita kerap diliputi oleh berbagai kecemasan h... More

NOONA's NOTE
1. Her Life
2. Dear, Mom
3. The Opposite
4. Let Me Hide
5. You Don't Know Me
6. Comfortable Uncomfortable
7. Help Me, Please
8. Unnoticed
9. Somethin' New
10. The Picker yet Perfectionist
11. Girl Brings The Boys Out
12. His World
13. The Ruler
14. Why Me?
15. Surprise!
16. Almost Done
18. Their Clash
19. Her Fears
20. Lean on Me
21. Them
22. Don't Judge by Its Cover
23. Unactivate Anxiety
24. I Think I ...
25. Perfect!
26. Side Story
27. About Him
28. Here It Comes Again
29. The Attack
30. In A Rush
31. His Order
OPEN PRE-ORDER!

17. Final Decision

221 49 12
By NoonaAgassi

"Pikirin lagi, kalo kamu pulang ke Bandung, mau tinggal di mana? Untuk sehari-hari, kamu gimana? Mau kerja atau usaha apa?"

Kadita mengembuskan napas dalam perjalanan menuju Teak 8 Condominium. Perbincangannya dengan Gayatri, membuat wanita yang mengenakan baju hangat berwarna hijau tua itu memikirkan kembali keputusan yang dibuat. Dia bimbang, khawatir salah mengambil keputusan.

Sejauh ini, kehidupan baru di Jakarta cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari. Meski seminggu kemarin masih dalam masa percobaan, perusahaan memberinya uang makan dan transportasi. Dia bisa tidur nyaman. Namun, kini Kadita khawatir kenyamanannya terganggu setelah mengetahui ketiga pria—yang akhir-akhir ini berseteru—ternyata bertetangga dengannya.

Bertemu mereka di kantor saja, sudah membuat kecemasannya bertambah. Kini mereka tinggal di hunian yang sama. Mengelak sudah tidak memungkinkan. Apalagi, unit mereka bersebelahan dan menggunakan lift yang sama. Kadita tak yakin dirinya akan tetap waras menghadapi mereka.

Akan tetapi, kembali ke Bandung bukan pilihan mudah. Kadita sudah tidak memiliki tempat berlindung. Rumah yang selama ini jadi tempat berlindung, sudah berganti penghuni. Pekerjaannya sebagai desainer grafis lepas pun sudah tidak dilakukan lagi. Bahkan, sudah ada orang lain yang menggantikan posisinya dahulu.

"Baru tinggal di Jakarta, Mbak?" tanya sopir mobil yang dinaiki Kadita.

"I-iya."

"Wah, baru tinggal di Jakarta udah bisa punya rumah di Teak. Mantep itu, Mbak." Sang sopir menatap Kadita dari spion belakang. "Kerja di mana, tho, Mbak?"

"Nawang Wulan."

"Wah ... Mbak-nya ini beruntung banget, yo. Orang cerdas, iki. Jadi, opo, tho, Mbak?"

"Desainer grafis."

"Itu ngapain, tho, Mbak?"

"Edit ganbar. Bikin iklan."

"Oalaaah! Hebat! Mbak-nya berbakat pasti ini. Wah, hebat ... hebat .... Saya aja udah hampir dua puluh tahun di sini, tapi ya ... hidup gini-gini aja, Mbak. Mandeg. Gak berubah." Sang sopir menyalakan lampu sein kanan, lalu berbelok menuju jalan besar menuju Teak 8. "Mbak-nya udah nikah?"

Kadita menggeleng. "Belum."

"Wah, masih sendiri, tho. Kalo masih sendiri tinggal di Jakarta, enak, Mbak. Gak banyak tanggungan. Mikir diri sendiri, tok. Beda sama saya, Mbak." Sopir pun memelankan laju kendaraannya saat gedung Teak 8 Condominium tampak di hadapan. "Anak saya tiga. Yang besar kuliah gak jadi, Mbak. Gak ada biaya. Jadi, bantu saja ngojek. Mbak-nya ini beruntung. Jadi, nikmatin aja yang Tuhan kasih sama Mbak-nya."

Kadita merasakan kendaraan yang ditumpangginya berhenti. Lobi bernuasa industrial itu terlihat ramai. Mungkin karena akhir pekan, banyak orang yang hendak menikmati malam. Kadita mengambil dompet dari dalam tas dan mengeluarkan dua lembar uang berwarna merah. "Ini, Pak."

"Bentar, ya, Mbak."

"Tidak usah, Pak. Semuanya buat Bapak."

"Alhamdulillah, Gusti. Matur suwun, Mbak. Semoga Tuhan balas kebaikan Mbak-nya. Mudah rejeki. Mudah jodoh. Idupnya berkah. Aamiin."

Kadita mengangguk, lalu membuka pintu mobil. Setelah menyemprotkan cairan antiseptik, dia berjalan menuju pintu lobi yang terbuka otomatis ke samping. Beberapa orang tampak berkerumun di sekitar jalan yang akan dilalui Kadita. Sempat meragu hingga keluar keringat dingin, perlahan wanita itu melangkahkan kakinya. Berusaha tak bersinggungan dengan mereka.

Beruntung, lift yang dituju hanya akan digunakan oleh dirinya, Arya, Langit, dan Arjuna. Kemungkinan terperangkap bersama banyak orang di dalam kotak sempit itu sangat kecil. Namun, hal itu tidak berlaku di kantor.

Sebelum Kadita menekan tombol yang menunjukkan panah ke atas, pintu lift terbuka. Seorang pria berdiri di sana mengenakan polo shirt berwarna krem yang dipadu baju hangat berwarna hijau tua dan celana jeans. Rambutnya yang berwarna cokelat tua diikat ke belakang. Mata birunya menatap Kadita tajam.

"Mau masuk atau nggak?" tanya Arjuna sinis.

Kadita tergagap sebentar, sebelum memasukki lift bersama Arjuna. Wanita itu mengembuskan napas perlahan berulang kali untuk menormalkan lagi denyut jantungnya yang sempat tak karuan.

"Awas, kalo telat masuk kerja hari senin."

"Sa-saya mungkin tidak akan bekerja lagi di sana."

Arjuna mengangkat sebelah alisnya. "Are you sure? Don't make a stupid decision."

Dada Kadita bergemuruh saat Arjuna kembali menyebutnya bodoh. "Sa-saya tidak bodoh."

"Yes, you are. Selalu membuat keputusan tanpa berpikir!"

"Sa-saya berpikir dulu."

"Tapi, selalu salah, ya, kan?"

"Ya! Saya memang salah! Lalu kenapa?" hardik Kadita.

Arjuna tertegun melihat reaksi Kadita yang di luar dugaannya. Selama dia mengenal desainer grafis itu, tidak pernah sekali pun terdengar nada tinggi dari tiap ucapannya.

Namun, tak hanya Arjuna. Kadita juga terkejut dirinya bisa mengeluarkan perkataan keras bernada tinggi pada orang lain. Dia kembali teringat perkataan Gayatri mengenai perbedaan rasa. Kadita pun merasa bersalah.

Wanita itu mencuri pandang pada Arjuna yang kini menunduk menatap sneakers berwarna cokelat miliknya. "Ma-maaf. Saya tidak bermaksud—"

"It's okay. Never mind." Arjuna menatap layar yang menunjukkan angka lantai yang sedang mereka lalui. Saat angka 30 muncul dan suara pintu lift terbuka, Arjuna meninggalkan Kadita tanpa berkata apapun lagi.

Sementara Kadita, berjalan perlahan keluar lift. Sekelebat, dia bisa melihat Arjuna memasukki pintu terletak bersebelahan dengan unit yang dihuni olehnya. Kadita ragu untuk bisa meminta bantuan Arjuna di kantor. Padahal dia membutuhkannya.

Saat hendak menekan tombol sandi hunian, pintu lift terbuka kembali. Kali ini sosok pria berkaus merah muda dan celana olahraga berwarna abu-abu berjalan ke arah Kadita. Rambutnya yang lurus halus ikut bergerak lembut mengikuti setiap langkah kakinya.

"Hai! Baru pulang?"

Kadita mengangguk.

"Udah makan?" tanya Langit yang kini berada dalam jangkauan Kadita. Tangannya mengangkat ke udara memegang sebuah tas kain besar. "Tadi orang rumah ngirim makanan. Kamu mau?"

Kadita menggeleng. "Sudah makan."

"Syukurlah! Oh, iya, karena kita bertetangga, simpan nomor gue, ya!" Langit mengeluarkan ponsel dari saku celananya. "Nomormu berapa?"

Kadita memberitahu nomor teleponnya dengan tergagap. Kemudian, tatapan matanya mengarah pada tas yang dibawa Langit.

Langit menangkap perilaku Kadita. "Kenapa? Kamu mau makanan gue?"

Kadita menggeleng cepat.

Pria yang selalu menampakkan senyuman lebar itu, menjentikkan jari. "Ah, kamu heran kenapa gue tinggal di sini padahal gue punya keluarga?" Langit memasukkan salah satu tangan ke saku celana. "Gue tinggal dengan ayah dan adiknya. Tapi, gue memilih untuk hidup sendiri. Walau gitu, bagi gue keluarga jadi prioritas gue. Gak kebayang kalo gue gak punya keluarga. Family make you life meaningful."

***

Kadita memasuki kamar yang masih terdiri dari sebuah kasur berseprai. Perkataan Langit terngiang di telinganya.  Seketika, dia teringat akan foto yang ditemukan di salah satu buku milik sang bunda. Saat itu, tujuannya untuk memenuhi keinginan sang bunda kembali hadir. Wanita itu mengembuskan napas perlahan. "Apakah keputusanku sudah benar? Haruskah aku melakukan ini?"

Continue Reading

You'll Also Like

6K 101 13
.เณƒเฟ "๐˜š๐˜ข๐˜บ, ๐˜ต๐˜ฐ๐˜ฐ๐˜ต๐˜ด, ๐˜ข๐˜ณ๐˜ฆ ๐˜บ๐˜ฐ๐˜ถ ๐˜ง๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฆ ๐˜ด๐˜ฐ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ต๐˜ช๐˜ฎ๐˜ฆ?" "๐˜•๐˜ฐ ๐˜ฃ๐˜ณ๐˜ฐ, ๐˜'๐˜ฎ ๐˜ฆ๐˜น๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ด๐˜ช๐˜ท๐˜ฆ." Yakko Warner x Reader...
410K 25.5K 21
๐’๐ก๐ข๐ฏ๐š๐ง๐ฒ๐š ๐‘๐š๐ฃ๐ฉ๐ฎ๐ญ ๐ฑ ๐‘๐ฎ๐๐ซ๐š๐ค๐ฌ๐ก ๐‘๐š๐ฃ๐ฉ๐ฎ๐ญ ~By ๐Š๐š๐ฃ๐ฎ๊จ„๏ธŽ...
48.6K 1.2K 65
King Regis appointed four of Prince Noctis's closest friends to guide and protect him on his journey to Altissia to be wed to Lady Lunafreya: Ignis S...
1.6M 95.8K 39
"You all must have heard that a ray of light is definitely visible in the darkness which takes us towards light. But what if instead of light the dev...