Dear Renza [TERBIT]

By moccamatha

285K 41.3K 2.6K

Mohon untuk tetap meninggalkan VOTE + KOMENTAR meski cerita sudah end. - DEAR RENZA - Hidup tidak berjalan me... More

1 - Awal Mula
2 - Renza Juga Ingin
3 - Perlakuan Tak Sama
4 - Anak Berwajah Lumpur
5 - Latihan Berjalan
6 - Sakit, Yah...
7 - Matahari dan Sayap Pelindung
8 - Pantai
9 - Sekotak Martabak
10 - Namanya Zoya
11 - Lampu
12 - Pelukan Pertama Zoya
13 - Lukisan dan Keluarga Bahagia
14 - Sebuah Tempat yang Sedang Diperjuangkan
15 - Gadis Pertama
16 - Ceroboh
17 - Maaf, Kak
18 - Peri, Permen Kapas, dan Janji
19 - Bimbang
20 - Kekhawatiran
21 - Renza Nggak Salah, Yah...
22 - Fakta Menyakitkan
24 - Secuil Masa Lalu
25 - Senja, Doa, dan Zoya
26 - Pengumuman
27 - Rumah Kedua
28 - Seleksi
29 - Yah, Renza Rindu
30 - Acara Penting
31 - Sesak yang Kembali
32 - Pertemuan Pertama
33 - Tawa
35 - Satu Dua Masalah
36 - Masih Sama
37 - Haidar Lagi
38 - Tuhan, Dengarkanlah Ketiganya
39 - Masih Ada Waktu
40 - Habis
41 - Terlambat
42 - Perpisahan
43 - Dear Renza
44 - END
Spin Off Dear Renza
OPEN PO!
Rose & Lose

34 - Sedikit Tentang Haidar

4.7K 771 47
By moccamatha

Adiwarna langit menjelang senja begitu cantik di luasnya langit tanpa awan. Bulan dengan cahaya samarnya juga mulai menunjukkan eksistensinya. Lambat laun langit mulai menggelap, menelan semburat jingga yang menghiasi.

Pria dengan turtleneck putih dan outer hitam tengah menunggu seorang gadis yang akan meriasnya. Sesekali ia melihat ponsel, kalau-kalau ada pesan penting dari panitia penyelenggara acara.

"Zoy, gue pinjem kameranya ya. Mau ambil gambar yang pada nata lilin." Ucap Haidar lantas dibalas anggukan oleh Zoya.

Pria itu langsung ke luar dari ruang tunggu setelah mendapat izin dari si pemilik kamera. Ia berjalan menuju ballroom, di sana sudah ada banyak orang.

Beberapa panitia sibuk menata lilin di tiap sudut ruang dan di samping masing-masing kanvas. Lilin akan dinyalakan dan seluruh lampu akan dimatikan saat para pelukis sudah duduk di tempatnya.

Haidar mengambil banyak momen di sana sampai tidak terasa acara akan dimulai lima belas menit lagi. Ia berjalan menuju ruang tunggu sambil melihat-lihat hasil jepretannya.

Di dalam sana Renza masih sibuk dirias oleh Zoya. Perempuan itu begitu telaten 'melukiskan' compact powder di wajah indah kekasihnya. Haidar mencoba untuk mengabadikan momen itu.

Saat sedang memfokuskan kamera ke arah Renza, dirinya sempat mematung beberapa saat. Ia melihat mata Renza menatap wajah Zoya begitu dalam. Hal yang sudah lama ingin Haidar lakukan.

Setelah menangkap gambar itu Haidar lantas ke luar. Ia tidak ingin mengganggu kedua sahabatnya. Haidar duduk di taman seraya memperhatikan orang-orang di sekitar yang berlalu-lalang menunggu acara di mulai.

Kepalanya mendongak, menatap langit gelap yang sudah disinggahi beberapa bintang. Pikirannya melayang dan berhenti di masa-masa SMP nya.

Saat itu ia sedang mengikuti pertandingan taekwondo dan berhasil menyabet gelar juara. Salah satu juri di acara tersebut menghampiri dan mengucapkan selamat atas kemenangannya. Saat sedang berbincang, seorang gadis berusia 13 tahun berlari dan memeluk juri tersebut.

"Papa, Zoya cariin ternyata di sini. Ayok kita pulang, Pa." Rengek gadis kecil itu.

"Iya, sebentar. Papa lagi ngobrol sama Haidar." Balas sang papa. Zoya lantas memperhatikan Haidar yang dilehernya sudah menggantung sebuah medali.

"Selamat ya. Aku tadi lihat kamu. Hebat banget." Ucap Zoya dengan mengulurkan tangan mungilnya. Haidar tersenyum lantas menjabat tangan itu.

Tidak hanya sekali, seringkali Zoya dan Haidar bertemu di acara pertandingan taekwondo seperti itu. Zoya selalu menemani sang papa jika dirasa tidak ada kegiatan sekolah. Dari situlah Haidar dan Zoya saling mengenal dan mulai berteman.

Pada akhirnya mereka dipertemukan kembali di SMA. Haidar selalu takut mendekati Zoya, karena dia merasa minder. Di SMA Zoya dikenal sebagai seorang gadis primadona. Banyak sekali siswa tampan, kaya, dan pintar yang mendekati gadis itu termasuk Juan.

Tapi, Zoya adalah orang yang ramah dan tidak membeda-bedakan siapapun. Begitu tahu dia satu sekolah dengan Haidar, Zoya langsung menemuinya. Zoya bahkan juga kenal dengan teman-teman akrab Haidar di kelas.

Semakin hari Haidar semakin gelisah akan perasaannya terhadap Zoya. Hingga akhirnya dia mendengar rumor tentang hubungan Juan dan gadis pujaannya, Haidar kemudian semakin mengubur perasaan itu.

Ia berusaha menyibukkan diri dengan tugas sekolah dan ekskulnya. Bermain bersama Renza juga teman satu band-nya.

Suatu hari Renza bercerita mengenai gadis yang baru dikenalnya. Haidar langsung mengerti, seseorang yang Renza maksud adalah Zoya.

Haidar selalu diam dan memilih memendam perasaan itu meskipun mereka menjadi lebih dekat semenjak Zoya mengenal Renza. Dia tahu Renza menganggumi gadis itu, pun sebaliknya. Keduanya seperti sedang sama-sama mencari makna bahagia.

Siapa yang tak cemburu jika gadis pujaannya bersama dengan pria lain?

Siapa yang tak nyeri hatinya melihat orang yang dicintai mencintai yang lain?

Kadang sebuah kejujuran dapat merusak segala yang sudah dijaga. Ada kalanya berpura-pura tidak ada apa-apa itu lebih baik. Sakit tapi tak apa, daripada nanti menyesal karena sudah mengungkap sebuah rasa yang belum tentu ada balasannya.

Haidar menghela napas panjang. Pria itu mengusap wajahnya kasar lalu menyandarkan punggung ke kursi.

"Munafik, kalau gue bilang ini nggak sakit. Bahagia terus, Zoy." Lirih Haidar disusul dengan senyuman sumir.

Pria berkaos putih dengan jaket jeans itu beranjak meninggalkan tempatnya. Saat akan menuju ruang tunggu langkahnya dihentikan oleh perempuan yang baru saja ia pikirkan.

"Haidar!" Seru Zoya yang berlari kecil ke arahnya.

"Lah, Renza mana?" Tanya Haidar saat tak melihat keberadaan sang sahabat.

"Tadi habis ganti baju langsung ke ballroom duluan bareng yang kain, dipanggil panitia soalnya. Lo kemana aja coba?"

"Dari motret-motret di sana. Ya udah kita susul ke ballroom." Ajak Haidar, kemudian keduanya segera berlalu.

Baru saja mereka menginjakkan kaki di ruangan luas ini, seorang pembawa acara sudah meminta beberapa panitia untuk mematikan lampu. Seketika ruangan menjadi remang-remang karena cahaya lilin.

Zoya berjinjit-jinjit mencari keberadaan Renza di tengah kerumunan. Haidar menghela napas pelan, lalu meraih tangan Zoya. Ia menggandeng perempuan itu menyela penonton yang hadir di dalam ruangan agar bisa mendapat tempat yang lebih dekat dengan para pelukis.

Zoya lantas mengangkat kamera yang ia gantungkan di leher, melepas genggaman Haidar begitu saja saat menangkap keberadaan Renza. Haidar menatap nanar tangannya sendiri.

Di sana Renza tengah fokus melukis di sebuah kanvas besar. Di iringi lagu-lagu yang dibawakan langsung oleh beberapa penyanyi kondang. Para tamu dan pengunjung umum begitu menikmatinya.

Ini adalah kali pertama Renza melukis dengan kondisi pencahayaan yang sangat minim. Ia berusaha untuk memaksimalkan lukisannya kali ini. Ia tidak ingin membuat orang-orang kecewa, terutama sang ayah.

Haidar memandang gadis di sampingnya. Perempuan itu tersenyum bangga pada Renza. Lengkungan di wajahnya bahkan tak hilang saat beberapa orang mendesaknya hingga hampir terhimpit.

"Haidar," panggil Zoya. Pria itu lantas menundukkan kepala memandang orang yang menyebut namanya.

"Kenapa? Panas ya? Atau Pegel?" tanya Haidar yang dibalas gelengan kepala oleh Zoya.

"Renza keren banget ya. Gue terharu deh," balas Zoya. Binar mata Haidar langsung padam seketika.

"Iya, dia kan sohib Gue. Jelas keren lah, Gue nya aja keren gini." Ucap Haidar dengan cara bicaranya yang khas. Gadis itu tersenyum dan mengangguk kuat.

"Lo adalah cowok paling beruntung, Ren. Gue yakin Lo pasti bahagia punya Zoya." Batin Haidar seraya memandang binar mata Zoya.

Sekitar satu jam berada di depan kanvas, Renza akhirnya bisa menghela napas lega saat lukisannya berhasil ia selesaikan dengan baik. Para tamu dan pengunjung langsung terkagum-kagum dengan karya-karya para pelukis saat lampu dihidupkan kembali.

Haidar dan Zoya juga langsung membelalakkan matanya saat lukisan-lukisan indah itu berjejer dengan pesonanya masing-masing. Luar biasa.

Setelah acara berakhir Renza dan Haidar segera mengantar Zoya pulang karena malam sudah semakin larut. Keduanya juga langsung melesatkan motor ke jalanan setelah memastikan gadis itu masuk ke dalam rumah.

________________
________________

"Aku jatuh cinta pada langit yang saat itu ku kagumi. Ia begitu tinggi, bahkan ribuan anak tangga tak mampu membuatku lebih dekat dengannya. Harusnya aku berhenti, bukan terus diam memandang hingga menyakiti diri. Tapi, bagaimana bisa aku tak jatuh cinta pada langit? Bahkan hanya memandang saja bisa membuat hatiku tenang."

- Haidar -

"Tuhan, izinkan aku untuk bisa lebih lama memandang wanita hebat yang telah kau hadirkan di hidupku. Biarkan aku merekam segala keindahannya sampai lupa bahwa aku sedang terluka."

- Renza -

Continue Reading

You'll Also Like

22.9K 3.5K 26
ft âžť jeongminji / wolfiebear tentang park jonguk yang berusaha membantu kim micin untuk move on dari sarang tawon. start : 03 nov 22 finish : 07 feb...
1.8K 211 38
SEVENTEEN IMAGINE One-shot / Two-shot "Ada kalanya kisah kita akan berakhir bahagia atau menyedihkan." -Meixujian-
10.2K 4K 32
Bagaimana bisa orang tua tidak menyukai anaknya, bukannya anak itu buah dari hasil kasih sayang ayah dan ibunya? aku kadang tersenyum memperhatikan w...
107K 13.1K 30
[Sudah terbit dengan ending yang berbeda dari versi Wattpad] "Junanda, dunia nggak sekecil yang kamu kira hingga kamu bisa menggenggam segalanya dan...