Belenggu | Haruto ✔

By bibihoon

367K 27.4K 3K

[judul lama : Harvey : Help Me] Bagai terikat oleh trauma masa lalu, Harvey nalendra menjadi seorang pecandu... More

Prologue
Bag 01. Senior year
Bag 02. Night candy club
Bag 03. Other side
Bag 04. Tragedy
Bag 05. Woman
Bag 06. Negotation
Bag 07. Study solution
Bag 08. Useless
Bag 09. Little piece
Bag 10. Almost half
Bag 11. Kinda sweet
Bag 12. After that
Bag 13. Oh fun
Bag 14. So what
Bag 15. Unexpected
Bag 16. Baewon attack
Bag 17. Without you
Bag 18. As before
Bag 19. Cleobee think
Bag 20. Real illusion
Bag 21. Official
Bag 22. Harvey brother
Bag 23. Sweet
Bag 24. Road to fest
Bag 25. Second attack
Bag 26. Disturbance
Bag 27. She's mine
Bag 28. School fest
Bag 29. Just plan
Bag 30. Anger peak
Bag 31. Overdose
Bag 32. Incredible thing
Bag 33. The topic
Bag 35. Prom's night
(Season 02) Prologue
Bag 36. First day
Bag 37. Confidence
Bag 38. Just you
Bag 39. Fuck reality
Bag 40. Cool and legit
Bag 41. Sound bastard
Bag 42. Deep talk
Bag 43. Beauty mad
Bag 44. Before that
Bag 45. Shouldn't
Bag 46. Mental pressure
Bag 47. Clarity
Bag 48. Something else
Bag 49. Fucked up
Bag 50. Desire
Bag 51. Human problem
Bag 52. Switching time
Bag 53. Perfect trip
Bag 54. It all started
Bag 55. Cheap plan
Bag 56. In time
Bag 57. Total chaos
Bag 58. Sorrow brings pain
Bag 59. Friendship solidarity
Bag 60. Eventually end
Epilogue

Bag 34. A day with you

4.7K 407 61
By bibihoon

Tiga hari sebelum lelaki itu pergi untuk waktu yang tidak bisa ditentukan. Kesembuhan rehabilitasi tergantung pada tingkat kecanduan pasien. Jika untuk pengguna baru, tiga atau empat kali pertemuan bisa membantunya sembuh dari narkotika. Tapi, untuk pengguna lama seperti Harvey, supaya sembuh total sepertinya butuh waktu yang lumayan lama.

Kesembuhan pasien narkoba bisa menjadi lebih cepat jika niat dan usahanya dilakukan dengan benar. Narkoba itu sangat berbahaya, jangan sekali-kali mencobanya karena kalau overdosis efeknya bisa sampai meninggal.

Selama dalam proses perawatan dengan Dokter spesialis paru-paru, percayalah kalau efek samping dari narkoba membuat pernapasan Harvey melemah. Selama satu Minggu dirawat, kondisi Harvey jauh lebih baik sekarang. Hanya menunggu masa pemulihan, setelah itu dia akan dibawa ke pusat rehabilitasi.

"Padahal kalau ada kamu, aku yakin banget bisa sembuh tanpa rehab, kenapa orang tua itu gak percaya sama aku?" cerita Harvey pada kekasihnya.

Saat ini mereka duduk berdampingan di sofa yang ada di bangsal Harvey, setiap pulang sekolah wanita itu akan menyempatkan dirinya berkunjung dan memberinya perawatan gratis.

"Pilihan keluarga kamu udah paling tepat, aku bukan Dokter yang punya segala obat, dan sakit kamu bukan seperti demam yang dalam satu atau dua hari bisa langsung sembuh."

"Hm ... Kalau aku kangen kamu gimana?"

Cleobee diam sejenak, memikirkan caranya karena tempat rehabilitasi lelaki itu melarang pasiennya menggunakan alat komunikasi seperti handphone. Mereka sengaja, supaya pasien fokus pada kesembuhannya dan melupakan dunia luar.

"Lihat foto aku setiap hari, baca diary aku dan nulis surat."

"Kalau gitu, kayaknya aku gak bisa sembuh, deh, Ay."

"Huss! Jangan ngomong gitu dong, kamu harus yakin bisa sembuh!"

"Aku gak bisa hidup tanpa kamu, kalau direhab aku gak akan lihat kamu."

"Kalau mau cepat ketemu aku, kamu harus yakin sama diri kamu, supaya kamu bisa sembuh lebih cepat dan kita bisa kumpul-kumpul lagi, deh!"

"Hm ... Kenapa orang tua itu nyari rehabilitasi yang banyak larangan, padahal ada juga rehabilitasi rawat jalan."

"Dengerin Papa kamu Harvey, justru tempat rehabilitasi yang banyak aturannya bisa ngebuat kamu sembuh makin cepat!"

Harvey tak menyahuti ucapan kekasihnya, dia belum sanggup jika harus berpisah dalam waktu yang lama. Tapi, kegigihan Cleobee tentang kesembuhannya sangat besar dan membuat dirinya yakin untuk sembuh lebih cepat.

Dia pun hanya diam memandang wajah itu cukup lama, menyimpan segala kenangan indah untuk ia kenang selama masa rehabilitasi itu.

"Ay," panggilnya.

Cleobee sedang fokus mengupas kulit buah untuk mereka santap, sehingga dia tak menghiraukan panggilan itu.

"Ay!" panggilnya sekali lagi dengan sedikit meninggikan suaranya.

"Hm," balas Cleobee sembari memakan buah anggur, ia menoleh karena panggilan itu. Tak ada jawaban, dia kembali memalingkan wajahnya dan fokus pada potongan buahnya.

"Ngomong aja, aku dengerin kok."

Harvey tak bergeming, sebuah senyuman yang amat manis mengukir indah di wajahnya. Matanya yang teduh memperhatikan wanita itu dengan fokus tanpa lengah, dia senang sekali memandangi wajahnya yang sangat cantik.

Ndrrrttttt

Perhatian keduanya buyar ketika melihat handphone Cleobee yang bergetar. Ternyata itu panggilan dari Bundanya, ketika melirik jam dinding siapa sangka sudah cukup malam.

"Iya, Bun. Sebentar lagi aku pergi ke tempat les," balas Cleobee lalu mematikan panggilan itu.

Cleobee menghela napas panjang, buahnya selesai ia potong kecil-kecil, dan siap meninggalkan lelaki itu untuk urusan belajarnya.

"Buahnya tinggal kamu makan, aku pulang du––"

Ucapannya tiba-tiba terpotong ketika lelaki itu menarik tengkuk lehernya dan menyatukan bibirnya. Cleobee tersenyum manis lalu memejamkan matanya dan membalas ciuman itu dengan gerak yang menuntun.

Ingin rasanya waktu berhenti sebentar, menikmati momen kebersamaan ini. Pada akhirnya, salah satunya terpaksa menyudahi ciuman itu karena diburu waktu.

"Har, besok aku masih bisa ke sini," ucap Cleobee.

"Jangan tinggalin aku lagi ya, Ay."

Cleobee menganggukkan kepalanya sambil tersenyum manis, dengan berat hati ia melangkah keluar dari bangsal itu. Dengan terpaksa Harvey melepaskan wanita itu pergi meninggalkan dirinya.

Biasanya, jika sudah malam hari anak-anak Dandelion akan mengunjungi dirinya. Tepat pukul delapan malam, dan dugaannya benar, enam lelaki tampan dengan jaket kulit itu masuk ke bangsalnya.

"Udah mendingan, lo?" seru Jay bertanya.

Harvey hanya mengangkat alisnya, dengan mulutnya yang fokus mengunyah potongan buah dari Cleobee.

"Ya jelas, lah! Hampir setiap hari ceweknya ke sini!" tukas Jaxen lalu duduk di sebelahnya.

"Hahaha ... Beruntung dia gak ninggalin lo, Har!" timpal Jeremy setelah tertawa cukup puas.

"Kalian gak ml di kasur ini, 'kan?" tanya Jake iseng setelah meniduri ranjang Harvey.

Tuk

Harvey sengaja melempar sisa potongan buahnya ke wajah lelaki itu. "Sialan lo! Jangankan mikirin ml, gue mau kencing aja butuh perjuangan!"

Jake terkekeh pelan setelah berhasil menjahili lelaki itu, lalu memperhatikan tubuhnya yang masih terpasang infus. Memang Jake ini senang sekali menggoda teman-temannya.

"Apa gunanya ada istilah woman on top kalau gak bisa lo akalin, haha." Aksa melanjutkan.

"Anjing! Bahas yang lain aja, bangsat!" tukas Harvey.

Spontan semua orang langsung tertawa kompak karena berhasil menjahili lelaki tak berdaya itu.

"Eh, Har. Gimana sekolah lo nanti?" tanya Janu penasaran.

Sebelum menjawab, lelaki itu menghela napas beratnya. "Homeschooling, tetap aja gue diberatkan banyak pilihan."

Semua langsung terdiam hening, memikirkan nasib malangnya yang tiada henti dan terus bertambah bersama akibat dari kecanduannya pada obat-obatan.

"Makanya jangan narkoba!" seru Aksa.

"Berita baiknya gue berhenti jualan narkoba, karena lo!" tukas Jeremy.

"Lo jalani aja, sat! Karena cuma itu yang terbaik untuk lo!" timpal Jay.

"Untung lo dari keluarga kaya, kalau enggak ketika lo OD mungkin lo udah dikubur di tanah," timpal Jaxen.

"Anjing, mulut lo kalau ngomong kagak di filter!" seru Harvey tak terima.

"Bwahaha ... Tetap aja privilege nomor satu!" seru Jake.

Semua orang kembali menertawai nasib lelaki itu, yang masih saja beruntung karena lingkungannya. Terkadang, manusia akan selalu merasa kurang puas, sebanyak apapun hak keistimewaan sosial yang didapatkan, kalau bukan kehendak dia akan lari dengan masalah yang lebih besar.

"Sa," panggil Harvey.

"Hm?" jawab lelaki dingin itu. Sementara lainnya fokus mendengarkan lanjutan bicaranya.

"Sebelum gue pergi, gue cuma mau bilang, tolong jaga Dandelion, jangan biarin mereka balapan kalau gak ada taruhannya. Cuma buang-buang waktu dan energi," ceritanya.

"Lo apa-apaan sih, Har! Ngomong lo kayak mau pergi jauh aja," celetuk Jaxen tidak senang.

"Lah, 'kan emang iya? Katanya tempat rehabnya ada di NTT, 'kan emang jauh!" celetuk Jake.

"Ya enggak gitu juga maksudnya, bego! Itu anak ngomongnya dah kayak mau mati aja gue tengok!" bantah Jaxen.

"Apaan, sih!" tukas Harvey. "Gue ganti, nih!"

Semua kembali terdiam kompak menunggu lelaki itu melanjutkan bicaranya.

"Jadi gini, kepada tuan Aksa Daneswara yang terhormat, bersama keputusan saya yang akan direhab di NTT. Mohon dengan keberatan hatinya, untuk menjadi ketua atau pemimpin Dandelion." Harvey bahkan bercerita dengan nada bicaranya yang sangat normal dan baku.

"Bwahahahh ... Malah aneh, nyet!" seru Jay setelah tertawa lebar.

"Gue wakilnya ya, Har!" celetuk Janu setelah tertawa cukup puas.

"Terserah lo pada, deh!" balas Harvey.

Rasanya sangat aneh, melihat mereka yang tertawa dengan leluasa berhasil membuat dirinya kembali teringat kenangan indah bersama Dandelion. Sejak pertama kali grub ini dibentuk, kenangan bahagia itu terlalu banyak untuk dikenang. Selamanya, Harvey akan menyimpan kenangan itu.

•••

Satu hari lagi lelaki itu akan dibawa terbang ke NTT untuk proses rehabilitasi yang akan dia jalani. Selama sisa waktunya di Jakarta, tak akan dia lewatkan kesempatan itu untuk banyak mengobrol dengan keluarga, teman-temannya dan yang paling utama adalah Cleobee.

Setiap hari tanpa jeda, Cleobee mengunjungi dirinya dan pulang sebelum jam delapan malam. Sebagai murid teladan yang punya otak pintar, wanita itu biasa melakukan belajar tambahan demi menunjang nilainya semakin tinggi.

Harvey tidak masalah, selagi Cleobee masih mencintai dirinya.

"Har, aku bawa Winona," ucap Cleobee satu hari sebelum ia pergi ke tempat rehabilitasi.

Terlihat jelas wajah tidak senangnya melihat wanita itu, tapi ketika ada Janu dan Jaxen di belakang mereka, wajahnya langsung berubah sedikit lebih ramah.

"Harvey ... Gue mau minta maaf sama lo, kesalahan gue mungkin gak berhak dapat maaf dari lo, masa bodoh karena gue tetap minta maaf sampai lo bosan."

Harvey tak bergeming, mencerna ucapan wanita itu. Diamnya sangat lama, membuat semua orang yang ada di ruangan ini tidak sabar.

Sangat berat mengucapkan kata itu, lelaki seperti Harvey bukanlah tipe yang mudah memaafkan kesalahan seseorang. Tapi, Cleobee terus menggenggam tangannya, seakan memberinya isyarat untuk memaafkan wanita itu.

"I'll forgive you, Winona," ucapnya berusaha terlihat ramah.

"Ma-makasih ... Hiks!" Winona menangis, susah payah ia menahan air matanya dan akhirnya runtuh karena balasan lelaki itu.

Setelah pertemuan singkatnya dengan Winona, seperti biasa menjelang malam akan dilanjutkan dengan teman-temannya yang datang untuk bercerita lucu. Harvey sangat bahagia sampai hilang kendali tertawa lepas karena candaan Jaxen yang tiada matinya.

Hingga tengah malam tiba, Harvey selalu merasa kesepian yang tak ada ujungnya. Susah payah ia berusaha memejamkan matanya, selalu gagal dengan mimpi buruk yang datang tiba-tiba. Jika berhasil dia akan tertidur pulas hingga pagi hari.

Harvey ... Maafin Mama ya, Nak.

Mama salah karena nyiksa kamu selama hidup.

Mama sayang sama kamu, Mama cuma gak mau kehilangan kamu seperti Gulzar.

Harvey ... Ikut Mama yuk, Nak. Temani Mama di sini, Mama kesepian.

Harvey membuka matanya secara tiba-tiba, tubuhnya mengeluarkan banyak keringat dingin dengan tangannya yang bergetar hebat. Sekilas dia melirik ke luar jendela dengan suasananya yang terang. Susah payah ia memperbaiki pernapasannya yang terdengar sengal dan berat.

Dadanya menjadi sangat sesak dan menyakitkan, dia berusaha menahannya tapi gagal karena rasa sakitnya luar biasa pedih.

Berkali-kali tangan itu menekan tombol untuk memanggil perawat di luar ruangannya. Napasnya mulai menipis hingga tanpa sadar tubuhnya terjatuh dari ranjang bersama para Dokter yang masuk dengan sejumlah perawat.

"Harvey! Harvey! Kamu bisa dengar saya?"

"Dok! Pasien mengalami gagal jantung!"

"Bawa ke ruang ICU, kabari keluarganya cepat!"

Mendengar kondisi lelaki itu yang tiba-tiba drop membuat semua orang khawatir dan berbondong-bondong pergi ke rumah sakit. Semua orang terlihat pasrah menunggu Dokter itu keluar untuk mengabarkan kondisinya.

"Jaxen! Harvey kenapa, Jaxen?" tanya Cleobee dengan derai air mata yang mengalir deras.

Jaxen tampak kesulitan menjawab pertanyaan itu, dia menangis hingga sesenggukan dan sulit menjelaskan tentang kondisi sahabatnya.

"Ha-harvey kenapa, Jaxen?" tanya Cleobee cemas dengan tubuhnya yang perlahan runtuh dari pertahanannya.

"Padahal tadi malam ... Dia masih bisa ketawa ngakak, kenapa pagi-pagi denger kabarnya udah drop parah ... Hiks! Har, bangun," lirih Janu yang sama sedihnya seperti Jaxen.

Hingga pada akhirnya, hanya kata-kata itu yang berhasil Cleobee dengar. Sejak saat itu, dia tidak melihat wajahnya lagi bahkan untuk mengucapkan kata perpisahan. Semua orang dilanda kesedihan yang sama, dengan takdir yang tak bisa mereka lawan.

sangat emosional!!! sorry ya kalo feelnya kurang🙏

don't forget to vote and comment maybe, thankyou 😊🥳

[senyum dulu gaes]

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 93.1K 29
"Jangan berani pergi, atau kamu akan melihat aku mati." Ancaman yang sama setiap kali gadisnya mencoba lepas dari laki-laki itu. Sulit untuk menjelas...
3M 346K 62
[CERITA MASIH LENGKAP] Hanya cerita sederhana tentang seorang mahasiswa yang dipertemukan dengan satu gadis manis dari kampus lain. Laki-laki itu ter...
159K 25.6K 47
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...