BLIND OBSESSION

By dandelion035

28K 1.5K 31

WARNING 21+(area dewasa) Seprai itu sudah tak karuan. Bantal, guling berjatuhan. Mereka bagai hewan buas, lia... More

1. Prolog & Cast
2. Hujan
3. Pertemuan
4. Mansion'21+
5. Alfian Shawn
6. Pertunangan'21+
7. Tinggal Di Mansion'21+
8. Pesta Lajang
10. Malam Pengantin
11. Lamborghini Countach
12. Hukuman
13. '21+
14. '21+
15. The Femme Fatale'
16. Escargot
17. BRUSSEL
18. Newlyweds
19. Obat Perangsang'21+
20. Wafel
21. Khawatir
22. Obat Tidur
23. Hilang Akal
24. Christian
25. Depresi
26. Kabur
27. Mabuk Berat
28. Kehilangan
29. Pencarian
30. Mata Kucing
31. Pesta Perjamuan
32. Kesalahan
33. Festival Keukenhof
34. Akhirnya menemukanmu
35. Kembali Rujuk??
36. Kematian
37. Pembulian
38. Kematian Mommy
39. Penyelamatku
40. Perpisahan
41. PENJARA
42. Markas
43. Mati Suri
44. Bercerai
45. Beautiful Lady
46. Penawaran
47. Toxic
48. Penggeledahan'21+
49. Mina
50. Memainkan Peran
51. KAPAL PESIAR
52. Tersesat
53. Dia Masih Hidup
54. Terjun
55. Penyekapan
56. Persidangan
57. Pelacakan
58. Perang

9. Pernikahan Sempurna

432 26 0
By dandelion035

Acara sakral yang diselenggarakan di Hotel The Ritz-Carlton, bernuansa winter sangat meriah. Persiapan pernikahan yang dilakukan satu hari begitu sempurna. Jessie sekretaris asal Jerman itu, sungguh cekatan dan pintar dalam segala hal.

Wanita yang kecantikannya begitu sempurna berbalut gaun putih bertabur berlian. Namun kesedihan dihatinya tak dapat ia sembunyikan. Ia begitu ragu melangkahkan kakinya. Keringat dingin membasahi sekujur tubuh. Kegugupan yang dirasakan malam itu begitu hebat. Terlintas dibenaknya untuk melarikan diri.

Dengan gemetaran Revela memanggil Mina yang ada disampingnya. "Mina ...."

"Iya Non," sahut Mina sang pelayan Pierre yang kini menjadi pelayan pribadi Revela.

"Mina ... cepat kau ambilkan obat penenang di tasku!" ucap Revela sambil menggigit kuku jemari tangannya.

Mina mengambil obat itu dan memberikannya pada Revela. "Ini Nona ... tenanglah jangan gugup."

Dengan cepat Revela menelannya. Mina memberinya minum. "Mina ... aku tak sanggup. Bawa aku lari dari sini! Semua tabungan yang ku punya akan kuberikan untukmu. Cukup untuk membangun sebuah perusahaan desain interior. Bukankah kau menginginkannya?"

Mina terdiam. Dia tergiur tawaran Revela. Memang itu cita-citanya selama ini. Ketika Mina akan mengiyakan, datanglah pria paruh baya.

"Kenapa kau tak kunjung keluar? Ayolah jangan gugup, Ayah akan mendampingimu menuju altar!"

"Ta-tapi Ayah aku-"

"Ayolah Sayang, semua orang sudah menunggumu! Kasian nak Pierre!"

Revela tertegun memperhatikan raut wajah Henry yang sudah terlihat banyak kerutan. Sang ayah menatap nanar putrinya.

"Kau tak kan membatalkan pernikahan ini, bukan?" Henry menatap sedih. "Ayah sudah tua ... jika bukan karenanya, keluarga kita sudah hancur."

Revela sangat menyayangi ayahnya. Semenjak ibu kandungnya meninggal, ia begitu depresi. Tak ingin kehilangan orang tuanya kembali. Gadis itu mengurungkan niatnya untuk kabur. Dengan tegar Revela membulatkan tekadnya. "Baik Ayah ... aku akan menuruti keinginanmu!"

Buliran air mata jatuh dari pelupuk mata pria paruh baya itu.

"Kenapa Ayah menangis?" Revela menghapus air mata ayahnya.

"Ayah bangga melihat putri ayah yang sangat cantik!" Henry tersenyum. Buliran air mata lolos berjatuhan menghiasi wajah ayah dan putrinya.

Mereka berjalan melewati koridor. Taburan kelopak mawar putih menggelar bagai permadani. Lampu-lampu mewah berderet sepanjang lantai dan menggelantung di langit-langit ballroom, menambah kemewahan. Henry berusaha membenarkan keputusannya menikahkan putri satu-satunya dengan pemuda yang ia percayai. Dengan hati sedih tangan Revela ia gandeng menyusuri sepanjang jalan menuju altar.

Para tamu undangan yang hadir mulai melihat mereka. Alfian menatap lekat wajah Revela yang tampak sedih. Pemuda itu merasakan kesedihan yang teramat sangat melihat wanita yang sangat ia cintai menikahi pria lain.

Perlahan Revela dan ayahnya berjalan menuju altar. Langkah wanita itu semakin gamang, ketika melihat altar yang semakin dekat. Dari kejauhan tampak seorang lelaki tampan bertubuh maskulin yang tak henti-hentinya menatap lekat sang mempelai wanita.

Tepat didepan altar, Henry menyerahkan putrinya pada sang mempelai pria. Pria itu tersenyum tulus mengambil tangan wanita yang akan menjadi istrinya dari gandengan ayahnya.

Mereka mengikat janji suci didepan altar dan pendeta. Acara sakral itu disaksikan para kerabat terdekat, teman-teman mereka, juga para kolega bisnis, tapi tidak dengan orang tua sang mempelai pria.

Setelah mengucap janji suci, pertukaran cincin pun dimulai. Revela yang sedari tadi gugup tangannya mulai bergetar hebat saat Pierre menyentuh jemarinya. Pierre pun bisa merasakan kegugupan wanita itu.

Dengan paksa ia memasukkan cincin pernikahan itu ke jari manis tangan kanan Revela yang gemetaran.

Sang mempelai pria tak peduli apa yang tengah wanita itu rasakan. Ia hanya berpikir agar cincin itu harus masuk ke jemari tangan wanita itu. Setelah itu giliran Revela yang memasukkan cincin ke jemari pierre. Acara pertukaran cincin pun selesai. Mereka resmi menjadi sepasang suami istri. Para tamu yang menjadi saksi bersorak-sorai melihat sepasang pengantin yang berciuman.

Revela perlahan mendorong tubuh suaminya untuk menyudahi ciumannya. "Lepaskan aku Tuan!" bisik Revela dengan tubuh yang masih dalam pelukan sang suami.

Pierre pun melepaskan pelukannya. "Tak bisakah kau berpura-pura bahagia saat pernikahan kita?! Dan berhenti panggil aku tuan!"

"Lalu aku harus memanggilmu apa?"

"Panggil aku 'Mas'!"

"Apa?? Hah!"

"Panggil aku Mas, aku sudah menjadi suami sah mu! Setidaknya kau harus menghormatiku!"

"Cih!"

"Jangan mengejekku. Jika kau tak ingin aku menghukummu sepuasnya di ranjang!"

Revela membulatkan kedua matanya. Benar-benar tak percaya apa yang diucapkan pria yang kini tengah menjadi suaminya.

Acara selanjutnya adalah menuangkan champagne. Kedua mempelai maju kedepan untuk menuangkan champagne, mereka bersulang didepan para tamu undangan.

Para tamu pun melakukan cheers bersamaan. Acara malam itu begitu sempurna dan meriah. Setelah itu, acara berlanjut ke sesi pemotongan wedding cake. Sepasang pengantin itu saling menyuapi. Satu persatu tamu undangan mulai menyalami mereka. Begitu pun dengan kerabat dan teman-teman mereka.

Alfian menghampiri mereka. Revela langsung memeluk Alfian. "OPPA ...!!" Alfian membalas pelukannya dengan erat didepan Pierre. Pierre yang menyaksikan semua itu tak tahan lagi. Ia menarik paksa tubuh Revela hingga pelukannya pada Alfian terlepas. "Jaga sifatmu yang murahan itu didepanku! Kau sudah menjadi seorang istri, tak bisa lagi main peluk sana peluk sini! Dimana harga diriku sebagai seorang suami?!" bisik Pierre penuh penekanan.

"Ya aku memang wanita murahan," jawab Revela tenang.

"Dengar Revela"-Pierre menarik napas dalam menahan amarah-"disini begitu banyak wartawan, awas saja kalau besok ada berita miring yang mencemarkan nama baikku. Aku tidak akan segan-segan menghukummu!"

Revela mengangguk pelan dengan sukar menelan salivanya.

Setelah acara salaman selesai, tibalah sesi makan bersama. Berbagai hidangan kelas atas dari berbagai penjuru dunia sudah tersedia. Begitu pun dengan cake, kudapan kecil, snack, buah-buahan dan jus tersedia di meja prasman.

Para tamu mulai menikmati hidangan yang disajikan. Malam itu benar-benar malam yang sempurna untuk berpesta ria. Revela beranjak pergi menuju meja makan para tamu yang kosong. Ketika hendak mengambil champagne sebuah tangan menyambarnya.

"Cukup! Kau jangan minum lagi. Aku tak mau kau mabuk dan mengacaukan pesta pernikahan kita!"

"Kapan aku minum? Tadi itu sesi acara hanya sedikit! Aku ingin minum lagi! Minuman itu membuat hatiku tenang!"

"Bukan tenang tapi membuat kau mabuk!! Apa kau tau kau berubah menjadi buas jika kau mabuk?"

"Apa maksudmu?" Revela tak mengerti karena memang ia tak pernah mengingat hal-hal yang dilakukannya ketika mabuk.

"Sudahlah ayo kita makan!"

Mereka mulai menyantap hidangan bersama. Jessie, Luna dan Kevin bergabung. Begitu pula Jackson dan Rana.


"Sayang ... ayo kita dansa!" ajak Pierre pada Revela yang membuat pandangan semua orang tertuju pada Revela.

"Aku tak bisa berdansa!"

"Dia bohong, Tuan! Tiap tahun dia selalu berdansa dengan Alfian di hari anniversary perusahaan!"

"Oh, Shit! LUNA!!" Revela mengumpat.

Tentu saja Pierre sangat cemburu mendengar hal itu. "Ayolah tak ada lagi penolakan kau harus menuruti ucapan suamimu!" Pierre menarik paksa lengan Revela.

"Ok 'my lovely husband', easy!!" Revela memutarkan kedua bola matanya malas.

Dengan alunan musik romantis, mereka berdansa ditengah orang-orang yang tengah menyantap hidangan. Mereka begitu menikmati keindahan pesta pernikahan yang sangat mewah dan sempurna.

***

BERSAMBUNG 💖

Continue Reading

You'll Also Like

759K 74K 51
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
3.3M 35K 31
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
3.2M 47.3K 31
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
451K 2.4K 19
Warning ⚠️ 18+ gak suka gak usah baca jangan salpak gxg! Mature! Masturbasi! Gak usah report! Awas buat basah dan ketagihan.