Journey of Terror -||√ #NUPA

By Yatihasyim

1.6K 810 2.1K

5 tahun bukanlah waktu yg sebentar buat Deska melupakan semua kejadian dimasa lampau di usianya yg msih terbi... More

Prakata ~ Journey of Terror
Prolog ~ Journey of Terror
Part 1 - Terlambat ~ Journey of Terror
Part 2 - Principal ~ Journey of terror
Part 3 - Naluriah ~ Journey of Terror
Part 4 - What's is Happened ~ Journey of Terror
Part 5 - Sad or Bad? ~ Journey of Terror
Part 6 - Disturbed ~ Journey of Terror
Part 7 - Disproof ~ Journey of Terror
Part 8 - Fighting ~ Journey of Terror
Part 9 - Rumah sakit ~ Journey of Terror
Part 11 - Sleepwalking ~ Journey of Terror
Part 12 - Don't be curious ~ Journey of terror
Part 13 - Lintasan suara ~ Journey of terror
Part 14 - Kegaduhan ~ Journey of terror
Part 15 - Improve ~ Journey of terror
Part 16 - Musuh yang tak diundang ~ Journey of terror
Part 17 - Meminta Kepercayaan ~ Journey Of Terror
Part 18 - Stalker ~ Journey of terror
Part 19 - Kalut ~ Journey of terror
Part 20 - Sam Empaty? ~ Journey of terror
Part 21 - Menakjubkan ~ Journey of terror

Part 10 - Pulang dari rumah sakit ~ Journey of Terror

72 42 155
By Yatihasyim

Bukan tidak bisa mengendalikan rasa malu, tapi ketidaksengajaan dengan kapasitas diri yang terkadang membuatnya jadi penghambat munculnya kemampuan diri oleh perasaan malu

~Zukhruffa Dayrana Qudwa~


"lalu, bagaimana sekarang?".

Laki-laki itu menggeleng pasrah, "Gue harus keluar dari sini". Kata laki-laki itu sembari mencoba melepaskan selang infus yang tertancap di tangannya,

"Tapi, kondisi Lo masih belum cukup stabil_". Ucapan pria muda itu berhenti, matanya membola saat melihat punggung tangan laki-laki itu berdarah akibat cabutan kasar dari laki-laki itu sendiri karena jarum infus yang sempat menempel.

"Tuh kan, apa gue bilang, bisa gak jangan memaksakan diri!?". Ujarnya lagi hampir tersulut rasa geram, pria muda itu bisa melihat bahwa laki-laki itu kini merintih menahan rasa sakit itu. "Susterrrr!". Panggilnya reflex dengan suara yang sedikit dilantangkan.

"Gue gak apa-apa". Laki-laki itu menyahut untuk memberi keyakinan pada pria muda itu, bahwa masalah kecil seperti ini tidak perlu di permasalahkan.

"Gak apa-apa gimana?". Pria muda itu jelas masih cemas meski ia mungkin baru mengenalinya, tapi rasanya saat bersamanya sekarang entah mengapa perasaanya sudah begitu terasa dekat,

"Tolong, bawa gue keluar dulu, gue gak suka ditempat ini". Ujar laki-laki itu yang kemudian disambut oleh anggukan pria muda tersebut, baiklah.. tiruti saja apa yang diinginkannya,

Bersamaan dengan datangnya seorang perawat yang memasuki ruangan mereka kemudian.

"Ada yang bisa dibantu mas? Saya cemas panggilan keras dari luar tadi, makanya saya langsung kesini"

"Ohh, itu sudah tidak jadi sust, terimakasih, setelah ini saya mau langsung membayar tagihannya"

"Oh begitu, baik mas silahkan langsung ke pelayanan resepsionis di lobi depan, mari mas saya antarkan?"

"Baik, tidak usah terimakasih, saya kesana sendiri"

"Baik kalau begitu, saya permisi". Perawat itu sempat memberikan senyum keramahannya, sebelum akhirnya berlalu pergi.

Mereka kemudian keluar ruangan, Sam menuntun laki-laki itu untuk berjalan.

"Loh, mau kemana Sam?". Dr. Anrey menyapa mereka saat tak sengaja berpapasan bertemu di tengah jalan yang akan membawa mereka ke lobi.

"Ah ini om, dia minta balik katanya". Jawab Sam

"Memangnya kamu sudah tidak apa-apa? Ini baru saja saya mau ke ruang kamu". Dr. Anrey beralih pada laki-laki itu yang rupanya ia sendiri sebagai dokter yang akan bertanggung jawab atas perawatannya.

Tapi laki-laki itu hanya menggeleng menjawabnya, dan berkata, "Saya tidak apa-apa dok".

Tak lama dari itu, Pria muda yang bernama Sam itu segera menarik lengan dr. Anrey yang di akui sebagai om-nya tersebut, menggesernya lebih jauh dari keberadaan laki-laki itu.

"Apaan sih Sam? Om ini lagi banyak kerjaan". Dr. Anrey mengumpat seraya melepaskan paksa genggaman Sam yang tadi sempat menarik lengannya.

"Aku mau ngomong om, ini masalah penting". Ujar Sam kemudian

"Yaudah ngomong aja, kenapa mesti jauh-jauh gini sih". Timpal dr. Anrey yang sedikit geram atas tingkah keponakannya ini, pandangannya sesekali ia sorotkan ke arah laki-laki tersebut dengan perasaan was-was, berharap laki-laki itu tidak berpikir yang mengandung rasa kecurigaan.

"Jadi begini, tadi aku sempat mengobrol sama bocah itu, aku pikir bisa membantunya, dan memberitahu orang tuanya, tapi permasalahannya dia belum bisa mengingat siapa dirinya"

"Ohh masalah itu, memang tadi, setelah om analisa, lukanya sedikit parah, itulah yang kemudian menyebabkannya amnesia sementara". Tutur dr. Anrey menerangkannya.

"Lah. T-terus ini jadinya gimana om?". Disitu Sam terlihat sedikit panik bergabung dengan perasaan bingung.

"Ya, kau tenang saja, bantu dia untuk sementara ini, berhubung dia adalah orang yang baru kau kenal, jadi akrabin dia, baik-baikin saja dia, itu akan membantu". Dr. Anrey menyarankan sekaligus memberi solusi.

"Tapi sebelum itu om, dia tinggal dimana kalau begitu?". Sam tiba-tiba teringat soal ini, dilihat dari kondisi laki-laki itu saat ini yang sudah di pastikan berbicara tentang alamat rumahnya, jelas, hal itu tidak akan diingatnya juga.

Dr. Anrey terdiam sejenak, pria itu tampak tengah berpikir,

"Sementara, bawa saja ke rumah-mu dulu"

"Ke rumah,-ku?". Sam bertanya seraya menunjuk dirinya sendiri, yang kemudian di tanggapi langsung oleh dr. Anrey dengan mengangkat kedua alisnya

"Kenapa harus ke rumah-ku? Dirumah om kan lebih luas"

Dr. Anrey mendekat dan menyentuh bahu Sam,

"Karena di rumahmu pasti ada yang jagain, kalau di rumah om tidak ada, jangan khawatir, sesekali om akan berkunjung kesana untuk melihat kondisinya sudah sejauh mana". Dr. Anrey menepuk-nepuk bahu Sam pelan setelah mengakhiri ucapannya, sebelum akhirnya pergi meninggalkannya.

"Om! Ergh,,,,". Sam ingin mengumpat tapi, yasudahlah, ia menatap punggung dr. Anrey yang semakin jauh, lalu pandangan Sam beralih kembali menatap lelaki itu yang kini juga tengah menatapnya, spontan ia sodorkan dengan senyuman masamnya. Jujur, senyuman yang ia lakukan kali ini sedikit dipaksakan. Namun tak ada balasan yang berubah dari wajah datar milik lelaki itu.


_oo0oo_


Tidak menyita waktu lama, mobil yang mereka kendarai pun sampai di tempat komplek perumahan.

Mereka segera turun dari mobil. Sam sudah berada di depan pintu dan mengetok pintu rumahnya, namun pria itu tampak terpana melihat di setiap sisi bagian rumah yang kini di dipijakinya sekarang,

Rumah sederhana yang memiliki ukuran yang tidak terlalu besar dan tidak pula terlalu kecil, memiliki warna cat abu muda dengan perpaduan abu tua, yang membuat rumah ini terlihat sejuk dipandang mata.

Halamannya yang berada di depan penuh dengan tanaman yang ditanami menggunakan sistem hidroponik.

Letaknya memang tidak jauh dari arah gerbang, keberadaannya berada di depan jalan dengan tanah berpaping yang berada di blok terakhir dari depan gerbang kompleks perumahan ini,

"Bocah, sini"

Lelaki itu tersentak dan segera memutuskan kesibukan matanya yang sempat menyapukan di setiap sisi halaman rumah ini, dan kemudian berjalan menyusul pria muda itu berdiri.

"Lo kenapa panggil gua bocah sih?". Sorotan mata lelaki itu menatap Sam dengan gusar,

"Ya terus gue harus panggil Lo apaan? Gue aja gak tahu nama lo". Jawabnya tenang yang membuat laki-laki itu kemudian membuang muka.

Tak lama setelah itu, pintu itu pun terbuka, menampakkan seorang gadis di baliknya,

"Ko baru pulang sih bang jam segini?". Gadis itu tengah menguap, kedua matanya masih tertutup, entah apa yang membuatnya bisa menebak bahwa di hadapannya kini memanglah abangnya dan bukan orang lain, namun tidak juga, gadis itu masih tidak menyadari bahwa di sebelah abangnya terdapat seorang anak laki-laki seumurannya.

"Tadi ada sedikit masalah"

"Masalah apa!?". Seketika kedua kelopak mata gadis itu setengah terbuka, membuat kedua laki-laki di hadapannya sedikit tersentak oleh suara lantangnya. Tapi tak berlangsung lama, kedua kelopak matanya menutup kembali, seolah berlihai dengan mimpi di dalamnya. Tapi, gadis itu tetap mencoba menyesuaikan kesadarannya,

"Elah nih anak, kebiasaan, tidur masih bisa menyahut".

Gadis itu mendengarnya meski lagaknya sedikit tidak peduli, ia coba membuka matanya sedikit lebar, ah tapi itu sangat berat, ia melihat abangnya di depannya walau itu samar, tapi.... Ada orang lain di sebelahnya,,,,

"Abang bawa siapa?"

Matanya terarah pada sosok laki-laki yang berdiri dihadapannya saat ini, senyum bibirnya terulas....

"Tampan sekali"

Mendengar penuturan adiknya sontak Sam melirik laki-laki itu dengan hati-hati, Sam berharap saja, semoga dia tidak tersinggung oleh perkataan adiknya yang membuatnya risih, ia malu sebagai abangnya, adiknya ini benar-benar masih terbawa ke alam mimpi,

Laki-laki itu membalas menoleh ke arah Sam yang kini tengah menatapnya setelah Sam memandanginya cukup lama, kira-kira enam detikan, tapi melihat dari ekspresi yang ditampilkan oleh laki-laki ini nampaknya begitu biasa saja, raut wajahnya masih sama, begitu datar.

"Ahh, dia ngomongnya emang suka ngaco' kalo lagi ngelantur, haha". Laki-laki berucap sembari terkekeh.

"Mirip Deska". Gadis itu kembali melontar, yang membuat kedua laki-laki di hadapannya dibuat menoleh kembali kearahnya, tampaknya dia masih tidak sadar dengan perkataannya itu, gadis itu terus melantur dengan senyuman yang terus di sodorkannya, membuat kedua laki-laki dihadapannya, lagi-lagi dibikin naik alis terutama Sam yang lebih memperkerutkan dahinya sekaligus,

"Deska itu siapa?". Sepertinya Sam baru mendengar nama yang disebutkan oleh adiknya itu, dilihatnya gadis itu kini menunduk lagi dengan kedua mata yang masih terpejam, menyebalkan. Berkata begitu ngawur disaat kesadarannya belum terkumpul. 

Dan seketika gadis itu pun tersadar, ia membuka kedua matanya dengan kaget saat Sam menyuarakan pertanyaan itu setelah beberapa detik. Tapi, sepertinya ini bukan mimpi, mengapa ia baru menyadarinya sekarang atas perkataan yang dilontarkannya barusaja? Ia coba mengangkat wajahnya untuk memastikan,,,,

Gadis itu membulat dan spontan langsung menutupi sebelah wajahnya setelah ia membuang muka untuk berpaling. "Hah! Itu benaran Deska, kenapa bisa dia ada disini?". Umpatnya menelan Saliva yang sedikit kasar, ia terpejam dengan kuat, perasaan malu yang sudah berusaha ia sembunyikan tak mampu lagi untuk ia kendalikan.

"Ran? Hei? Kamu udah bangun ya?". Tanpa menjawab lontaran Sam, gadis itu langsung berbalik kabur dan berlari meninggalkan kedua laki-laki itu yang masih berada di ambang pintu.

"Kenapa tuh anak? Dia udah bangun keknya?". Sam tergeleng-geleng ia sudah tidak heran atas tingkah adiknya tersebut.

"Masuk yuk". Sam kembali mempersilahkan ajakannya untuk memasuki ke dalam rumahnya.

Laki-laki itu membelakangi punggung Sam, tanpa mengeluarkan suara ataupun sikap humorisnya.

Namun lagi-lagi laki-laki itu kembali terpana saat melihat ruangan kecil yang begitu rapi, tepatnya di sebuah ruangan tamu yang ia pijak kini, hanya berisi alas karpet dan tempat duduk sekaligus rak buku kecil yang membentuk kubis di tempel pada dinding, selain beberapa foto terbingkai yang menempel begitu anggun disana.







~To Be Continued~


H

ai gais, terimakasih yang sudah mampir, jangan lupakan jejak kalian, vote dan comennya. Penasaranin untuk part selanjutnya ya....

See you in the next part....

Love you all❤️

Continue Reading

You'll Also Like

At Close By Vi

Teen Fiction

471 225 8
Semesta selalu punya cara untuk menciptakan jalan cerita kita. Dari Gavian Aidan Reishard yang selalu mencintai Alleisya Adinda Hutama dengan caranya...
444 293 5
Wijaya tersenyum melihat seberapa berusahanya putrinya ingin menjaga nama baik kekasihnya, "mau sebaik apapun Rico, tapi itu salah sayang." Wijaya me...
1.6K 437 23
Update setiap Kamis 🏅Rank Tagar 1#Cerita populee (27-03-2024) ....
18.6K 12.1K 74
Naura Dirandra (Kim Dayeon) merupakan seorang murid kelas 12 IPA 2 di SMA 15 Jakarta, dikenal sebagai murid yang jenius terlebih lagi kedua orangtuan...