Pierre mengumumkan pertunangannya kepada semua kolega bisnis di acara pesta termasuk para wartawan yang memotret dan meliput pengusaha dunia itu. Setelah pertukaran cincin, mereka resmi bertunangan.
"Selamat Tuan atas pertunangannya. Saya Alfian Shawn sahabat Revela!"
"Terimakasih," jawab Pierre singkat. Mereka berjabat tangan.
Tatapan Alfian beralih. "Selamat atas pertunanganmu. Kau sungguh menawan!" Alfian mengecup tangan Revela.
Pierre terbakar cemburu. Wajah merah menahan amarah.
"Terimakasih. Opp ...-"Revela melirik Pierre, dengan cepat menghempaskan tangannya. Alfian berlalu meninggalkan mereka dengan kekecewaan.
"Apa dia laki-laki yang selalu kau panggil oppa?"
"Benar!"
"Pantas kau diam saat dia mencium tanganmu! Apa kau juga menyukainya?"
"Bicara apa sih! Sudahlah aku capek! Kepalaku pusing!!" Revela berlalu.
"REVELA!!" Revela pura-pura tak mendengar. "Dasar wanita!"
*
Revela membayangkan pertemuan dengan pria yang dicintainya. Sebuah tangan menepuk bahu membuat lamunannya tersentak. Revela menoleh, kesedihan kentara di parasnya. Alfian duduk disampingnya. Mereka minum bersama.
Selang beberapa waktu Revela mulai mabuk.
"HAHA! Tadi kau mencium tanganku didepan bajingan itu?" Revela menepuk meja berkali-kali. "Sungguh lucu! Wajahnya bagai tomat!!" Revela tak berhenti tertawa.
"Vela diamlah!"
"AKU BENCI DIRIKU YANG SEPERTI INI!!! HUUHUHUU!"
"Sudah jangan menangis! Berhenti minum kau sudah cukup mabuk!"
Tiba-tiba seseorang menghampiri.
"Eh suamiku datang!" Revela tertawa dengan mata setengah teler.
Melihat gelas-gelas kosong diatas meja, Pierre menatap marah Alfian. "Berapa gelas koktail yang dia habiskan?"
Alfian tak menyahut. Hanya menatap tajam. Revela terus tertawa dan menyanyi tak jelas.
"Kau sengaja ingin mencelakainya kan?"
Alfian berdiri. "Hati-hati dengan ucapan anda Tuan!"
"KAU!" Pierre menarik kerah Alfian.
"Suamiku!" Revela berdiri memeluk Pierre. "Jangan memukul kelinci imutku!"
"Kelinci imut?? DIA??!"
Revela mengangguk. "Mm. Dia kelinci imut dan kau serigala jahat yang busuk!"
"APA??!"
"PUFT!" Alfian menahan tawa.
"BRENGSEK!!" Pierre bersiap memukul Alfian.
Revela mengeratkan pelukan.
"Kau mau memukul WAJAH TAMPANKU?? Silahkan saja jika kau ingin menghancurkan pestamu!" pancing Alfian.
Pierre mendengus kesal. Wajah marahnya tak bisa lagi ia sembunyikan.
"Hee. Wajahmu membuatku ingin memakanmu!" Revela berjinjit berusaha menggigit pipi Pierre.
"Sayang, hentikan tingkah konyolmu!" Pierre mulai menggendong Revela. "Markus. Kau urus semua ini. Aku akan mengantarnya pulang. Mulai malam ini ...,"-Pierre menatap Alfian-"Revela akan tinggal bersamaku! Katakan itu pada orang tuanya!"
Revela terus meracau dengan tangan yang tak mau diam dipangkuan Pierre. Tangannya mencoba menelusup kedalam kemeja. "Sayang apa-apaan sih?!"
"Dadamu begitu keras! Aku menyukainya!"
"Kau benar-benar separah ini jika mabuk?? Aku takkan membiarkanmu minum alkohol lagi!"
Tangan Revela berhasil menelusup kedalam kemeja hingga satu kancing terlepas. "Apa yang kau lakukan?!" Revela meremas dada Pierre membuatnya mengerang. "Markus CEPAT IKAT TANGANNYA!" Markus mengikat kedua tangan gadis yang tengah mabuk itu.
Pierre melangkahkan kakinya dengan pandangan yang tak lepas menatap Alfian. Melewatinya dengan Revela yang berada dipangkuannya.
"BERHENTI!" Pierre menghentikan langkah. "Kalian tak bisa tinggal bersama!"
Pierre menyeringai. "Heh, apa urusanmu?! Dia calon istriku! Jika sesuatu terjadi, akan ku percepat pernikahanku dengannya!"
"BRENGSEK!!" Alfian melayangkan sebuah pukulan keras pada wajah Pierre namun di tangkap Markus.
"Jika anda sampai melukai tuanku, aku akan membayarnya 100x lipat!!" Sederetan pria berjas hitam ikut menghadangnya.
"Sudahlah! Hanya tikus kecil! Aku pergi, urus pestanya dengan baik!"
Brengsek! Suatu saat aku pasti akan menghajar wajah sombongmu itu! batin Alfian.
❌
Mansion
Pierre merebahkan tubuh Revela ke atas ranjang. Ia melepas tali yang mengikat kedua tangan wanita itu. Perlahan ia cecap bibirnya diselingi gigitan kecil. Revela melenguh, mulai setengah sadar. Pierre menghentikan aksinya dan menatapnya. Dengan setengah mata terpejam Revela melihat samar wajah Pierre yang ia sangka pria yang dicintainya. Mereka saling menatap dalam beberapa detik. Revela tersenyum. Tiba-tiba sang wanita mengalungkan kedua lengan di lehernya dan langsung menyerang bibir pemuda yang tengah mematung. Pierre membalas ciumannya dengan penuh nafsu dan gairah. Dirinya tak bisa menolak perlakuan mesra Revela yang selama ini ia inginkan.
Selepas dua menit, Pierre melepas pagutannya dengan napas terengah. "Sayang ... jika kamu seperti ini terus, aku takkan bisa menahannya lagi!"
Revela tak mempedulikannya. Ia kembali mencium Pierre yang ia sangka Christian. Mereka berciuman dengan sangat panas dan saling membalas. Hingga tak terasa sudah menanggalkan seluruh pakaian. Pierre merebahkan tubuh Revela. Matanya tertuju pada payudara putih mulus yang terlihat sintal. Dengan cepat kedua tangannya meremas dan melahapnya.
Setiap inci tubuh Revela tak ada yang lepas dari remasan dan lumatannya. Sampai pada bagian sensitif, ia hisap klitorisnya membuat sang gadis mendesah. Pierre mencoba memasukkan jari pada area sensitif yang masih rapat namun sudah basah. Perlahan ia paksa masuk jarinya ke lubang sempit itu hingga dalam. Revela menjerit dan merintih kesakitan. Lalu menambah dua jari lagi. Lengkingan begitu kencang terdengar jelas ke luar. Bahkan seluruh pelayan mendengarnya termasuk Markus yang baru saja tiba. Markus hendak menghampiri kamar tuannya. Namun Tomas menghentikan langkahnya.
"Tomas, apa yang terjadi di kamar Tuan?"
"Tuan bilang jangan ada yang mengganggunya. Malam ini beliau ingin bersenang-senang."
Wajah Markus memerah mendengar hal itu. Laki-laki itupun berlalu pergi untuk beristirahat.
*
Revela sepenuhnya tersadar. Dengan napas tersengal netranya melihat sekeliling kamar yang hanya disinari cahaya rembulan yang tembus melalui dinding kaca.
"Apa yang terjadi padaku? Kepalaku sakit sekali dan ... AH!" Revela meringis. Bagian intimnya terasa sangat sakit dan perih. Ia begitu terkejut saat mendapati dirinya tak berpakaian. "Tu-Tuan ... apa yang sudah kau lakukan padaku?"
"Bukankah kau juga menginginkannya?"
"Apa maksudmu?" Revela perlahan memundurkan tubuhnya. Tapi dengan mudah Pierre menariknya kembali. "Ah!"
"Diamlah Sayang ... nikmati saja!"
"Aku tak mau! Kita belum menikah!"
"Besok akan ku urus pernikahan kita!"
"Aku tak mau menikah secepat itu! Aku ingin berkarir lebih dahulu!"
"Mulai besok kau tak usah bekerja. Kau akan tinggal disini selamanya."
"Apa??"
"Ssstt. Diamlah Sayang! Buka kakimu lebar-lebar!"
"TIDAK MAAU!!"
"Baiklah biar aku sendiri yang melakukannya!"
"Jangan Tuan! Aku mohon lepaskan aku!" Revela terisak. Namun Pierre tak menghiraukannya. Ia membuka paksa kaki gadis itu dengan lebar. Dalam satu kali gerakan ia paksa masuk miliknya kedalam milik sang gadis. Revela terbelalak menjerit kesakitan merasakan sakit yang menembus ulu hati.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!"
Lengkingan panjang kembali melantun. Area sensitifnya mengeluarkan banyak darah. Tangannya meremas seprai dengan sangat kuat.
Pierre sangat puas sudah berhasil menembus milik sang gadis. Dirinya begitu menikmati setiap jeritan yang melantun. Napasnya tersendat saat merasakan sesuatu yang siap menyembur. Pemuda itu kini berada di puncak kenikmatan. Gerakannya semakin lincah, membuat Revela semakin meraung kesakitan.
"AARRRGGH SAKIIIITTT ... SAKITT SEKALII TUAN HUHUU! HENTIKAN AKU MOH-HON ...!" Revela meronta dengan peluh bercucuran.
Pemuda itu mengerang nikmat. Tak berapa lama cairan miliknya menyembur. Tubuh Revela terkulai lemas. Pierre menyelimutinya dan mencium keningnya. Memeluk tubuhnya dengan erat. Kepuasan dan kebahagiaan tak terlukiskan. "Akhirnya ... kau menjadi milikku!" Pierre mencium lembut tengkuknya. Mendekapnya erat.
***
BERSAMBUNG 💖