Dear Renza [TERBIT]

By moccamatha

275K 40.6K 2.6K

Mohon untuk tetap meninggalkan VOTE + KOMENTAR meski cerita sudah end. - DEAR RENZA - Hidup tidak berjalan me... More

1 - Awal Mula
2 - Renza Juga Ingin
3 - Perlakuan Tak Sama
4 - Anak Berwajah Lumpur
5 - Latihan Berjalan
6 - Sakit, Yah...
7 - Matahari dan Sayap Pelindung
8 - Pantai
9 - Sekotak Martabak
10 - Namanya Zoya
11 - Lampu
12 - Pelukan Pertama Zoya
13 - Lukisan dan Keluarga Bahagia
14 - Sebuah Tempat yang Sedang Diperjuangkan
15 - Gadis Pertama
16 - Ceroboh
17 - Maaf, Kak
18 - Peri, Permen Kapas, dan Janji
19 - Bimbang
20 - Kekhawatiran
21 - Renza Nggak Salah, Yah...
22 - Fakta Menyakitkan
24 - Secuil Masa Lalu
25 - Senja, Doa, dan Zoya
26 - Pengumuman
27 - Rumah Kedua
28 - Seleksi
29 - Yah, Renza Rindu
31 - Sesak yang Kembali
32 - Pertemuan Pertama
33 - Tawa
34 - Sedikit Tentang Haidar
35 - Satu Dua Masalah
36 - Masih Sama
37 - Haidar Lagi
38 - Tuhan, Dengarkanlah Ketiganya
39 - Masih Ada Waktu
40 - Habis
41 - Terlambat
42 - Perpisahan
43 - Dear Renza
44 - END
Spin Off Dear Renza
OPEN PO!
Rose & Lose

30 - Acara Penting

4.3K 741 25
By moccamatha

Dua tahun telah Renza lalui dengan cepat dan lebih dari itu dia tak tinggal lagi di rumah mewah milik Dion. Hari demi hari Renza jalani dengan penuh semangat. Dari pagi hingga siang dirinya belajar di kampus meskipun tak jarang teman-temannya membuli secara diam-diam. Siang hingga malam ia harus bekerja hingga mengorbankan waktu istirahatnya, karena sering kali ada tugas yang membuatnya begadang.

Bisa saja untuknya kembali kepada Dion karena pria itu sudah beberapa kali menemui Renza di restoran untuk sekedar meminta Renza kembali ke rumah. Tapi Renza selalu menolak ajakkan Dion, dia hanya bilang ingin mencoba hidup mandiri.

Renza juga ingin berkumpul lagi dengan mereka, ingin sekali. Tapi, dia selalu ingat bahwa kehadirannya di tengah-tengah keluarga itu pernah menjadi beban. Juan pasti juga tidak senang jika dia kembali ke sana, dirinya tak ingin menghancurkan kebahagiaan Juan sebagai anak tunggal.

Hubungannya dengan Zoya baik-baik saja walau sering kali teman-temannya mengatakan bahwa dirinya yang tak sempurna ini tidak pantas bersanding dengan perempuan cantik, cerdas, nan kaya raya. Mereka bilang bahwa Zoya seharusnya berpacaran dengan Juan, pria yang juga memiliki segalanya.

Namun, Zoya dan Renza tidak terlalu memikirkan ucapan orang lain yang tidak mendukung hubungan mereka. Mereka memilih diam dan menutup telinga seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Zoya selama ini sudah sangat nyaman dan bahagia menjalani hari bersama Renza. Ia sudah dicintai dengan sangat tulus oleh seorang pria luar biasa.

Semakin langgengnya hubungan dua sejoli itu, semakin terpupuklah rasa cemburu dan kekesalan di hati Juan terhadap adiknya. Ia memang tidak pernah terlihat menyakiti Renza, tapi dia menjadi dalang teman-teman yang membuli Renza.

Entah sejak kapan itu terjadi, tapi satu bulan setelah Renza masuk kuliah ada saja yang menjahili atau menyakitinya dan itu selalu membawa nama Zoya. Itu semua akan lebih parah jika Juan telah melihat kemesraan antara Zoya dengan dirinya. Singkatnya, Juan melampiaskan rasa cemburunya dengan menyakiti Renza.

Tapi inilah Renza yang selalu diam jika disakiti, tak ingin melawan atau membalas. Dia hanya akan menghindar semampunya saja. Kadang sikapnya yang terlihat pasrah itu membuat Zoya dan Haidar kesal sendiri. Haidar bahkan sampai mengajarinya bela diri untuk setidaknya menepis atau melawan sedikit jika disakiti, tapi Renza tidak pernah menerapkannya.

Renza bilang dia tidak suka kekerasan, makanya dia tidak ingin bersikap keras pada orang lain. Dia bilang jika orang lain keras kepada kita, maka kita harus menghadapinya dengan lembut. Jika kita menghadapinya dengan keras maka keduanya akan sama-sama sakit.

Renza selalu percaya apapun kejadian yang ia alami pasti akan membentuk rangkaian proses yang menciptakan ujung takdir. Kejadian yang menimpa kita itu sifatnya netral, positif atau negatifnya itu tergantung bagaimana kita menyikapinya.

Renza juga selalu memandang keluarganya seperti pantai berombak dengan batu karang.

Pantai yang begitu terlihat indah karena adanya batu karang, apakah batu karang itu langsung ada dengan bentuk unik begitu saja? Tentu tidak. Ada ombak yang terus menabraknya, kadang juga ada hujan yang menimpanya. Batu karang itu lama-kelamaan akan terkikis dan bentuknya menjadi beraneka ragam. Ragamnya batu karang memperindah cantiknya pantai.

Intinya, kita cuma perlu sabar dan terus berbuat baik agar keindahan itu muncul dengan sendirinya.

“Tapi kalo Lo selalu diem yang ada nantinya Lo sendiri yang akan hancur, Ren.” Ucap Haidar setelah menyesap kopi hitamnya.

“Gue nggak akan hancur hanya karena mengalah. Tapi Gue akan hancur kalau Gue berusaha untuk menang dengan cara menghancurkan orang lain.” Balas Renza kemudian pria itu tersenyum.

Semakin dewasa Renza, semakin ikhlas pula ia untuk menerima segala kenyataan hidup yang ia jalani. Luka di hatinya memang belum sembuh seluruhnya, bahkan kadang juga bisa bertambah. Tapi, pria itu selalu berusaha untuk menyembuhkan perlahan dengan cara melukis, bercanda dengan keluarga Haidar, atau bermain seharian bersama wanita yang dia cintai-Zoya.

Sesederhana itu.

Dia juga semakin sering mengikuti lomba melukis dan sering kali memenangkannya. Satu per satu piala terkumpul bersama beberapa medali. Renza selalu berusaha untuk bagaimana caranya dirinya bisa maju walau hanya selangkah demi selangkah.

Pun dengan Juan, pria itu kini semakin luar biasa. Prestasinya di kampus baik akademik maupun non akademik selalu membuat Dion dan Riana bangga. Setahun terakhir ini dia juga lebih aktif di kegiatan basketnya. Bahkan bulan lalu timnya mampu membawa pulang piala terbesar dalam ajang pertandingan basket nasional.

Renza ikut bahagia melihat kakaknya yang semakin hebat. Ia juga ingin suatu saat nanti bisa ikut melihat Juan bertanding secara langsung bersama Dion dan Riana.

Tadi Dion datang lagi ke restoran menemui Renza yang baru selesai bekerja memintanya untuk datang ke acara ulang tahun perusahaannya. Ini untuk pertama kalinya bagi Renza diajak secara langsung oleh sang ayah hadir di acara penting seperti itu.

“Maaf, Yah. Bukannya Renza nggak mau, tapi Renza takut kalau nanti bikin Ayah malu lagi.” Ucapnya, mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu.

Dion dibuat bungkam dengan ucapan anaknya sendiri. Saat itu seperti ada sengatan listrik yang mengenai jantungnya. Entah perasaan apa itu, tapi hatinya sedikit nyeri.

“Kamu hanya perlu datang saja, diam, dan duduk sambil menikmati acara.” Ucap Dion sambil membenarkan jam tangannya yang mahal. Renza terdiam cukup lama.

“Diamnya kamu berarti jawaban iya untuk Saya. Jam tujuh tepat acara akan dimulai dan dua jam sebelum itu kamu akan dijemput Kang Mamat untuk bersiap. Pulanglah dengan hati-hati, Saya permisi.” Final Dion kemudian meninggalkan Renza yang masih mematung.

Kini Renza merebahkan tubuhnya, tidak ada tugas dari dosen sehingga dirinya bisa tidur lebih awal. Besok dia juga hanya akan pergi ke kampus, karena akan libur bekerja satu hari agar bisa menghadiri undangan acara penting dari ayah.

Saat sedang menyetel alarm di ponsel ada pesan masuk dari kontak yang sudah lama tidak ia lihat. Renza segera membuka dan membaca isi pesan tersebut.

Kak Juan

Besok Gue jemput Lo, Kang Mamat sakit.
Share lock, Gue nggak mau repot-repot nyasar.
21.54

Iya, Kak
Google📍
22.55

Setelah melihat pesannya sudah dibaca oleh sang kakak, Renza bangkit mengambil buku diary-nya. Duduk di lantai dan menyalakan lampu belajar.

Tuhan, besok malam adalah acara yang penting untuk Ayah.

Bantu Renza supaya tidak membuat Ayah malu lagi.

Renza takut mempermalukan Ayah di depan banyak orang, seperti saat itu.

Ini pertama kalinya untuk Renza, Renza takut.

Semoga Renza tidak bertindak bodoh.
Bantu Renza, Tuhan..

Setelah menuliskan beberapa kalimat Renza menutup bukunya lalu tidur.

Sepulang kuliah Renza langsung pulang ke kosan setelah sebelumnya makan siang bersama Haidar di angkringan belakang kampus. Dia lantas mengerjakan tugas-tugas dari dosennya, kemudian mencuci baju. Setelah menjemur pakaian ia segera mandi karena satu jam lagi Kak Juan pasti datang untuk menjemputnya.

Lima menit menunggu Renza lantas beranjak saat mobil sang kakak sudah berhenti di depan halaman rumah ibu kos. Renza segera berjalan cepat menghampiri mobil sebelum Juan turun karena tidak sabar menunggu jalannya.

Selama perjalanan Juan sama sekali tidak mengajaknya berbicara. Hening sekali dan itu membuat Renza memberanikan diri untuk bersuara.

“Udah lama ya Kak kita nggak ketemu dalam waktu lama. Renza kangen banget sama Kakak.” Ucap Renza dengan menoleh ke arah Juan.

“Em. Ya.” Singkat Juan dengan tetap fokus ke arah jalanan yang cukup ramai di jam pulang kerja.

“Memangnya kita mau kemana dulu sebelum ke hotel?” Tanya Renza saat menyadari hotel yang biasanya digunakan untuk acara-acara penting ayah dilewati begitu saja.

“Salon rekomendasi dari Ayah.” Jawab Juan seperlunya. Renza hanya mengangguk paham.

Kini mereka sudah ada di dalam sebuah salon mewah yang penuh dengan pelayanan layaknya hotel bintang lima. Kakak beradik itu dibawa ke ruangan yang berbeda untuk bersiap-siap. Renza sempat terkagum-kagum melihat betapa royalnya Dion memberikan fasilitas ini kepada anak-anaknya untuk menghadiri pesta itu.

Setelah lebih dari satu jam bersiap Renza dan Juan sudah lengkap dengan setelan jas mahal dan keduanya segera berangkat menuju hotel. Sesampainya di hotel bisa Renza lihat tamu-tamu sudah berdatangan dengan menaiki mobil mewah dan pakaian yang tak kalah mahal. Mereka semua orang-orang penting seperti Ayah.

Renza dan Juan turun dari mobil berjalan menuju ruang utama seperti dua orang pangeran dari negeri dongeng. Mereka di kawal oleh dua orang pria kekar yang juga bersetelan jas. Keduanya lalu duduk di kursi paling depan, beberapa pelayan kemudian datang menyuguhkan minuman mahal dari sebuah botol dengan merk Henri Jayer Cros yang Renza ketahui sebagai wine.

Dion dan Riana terlihat sangat serasi dengan jas dan dress berwarna senada. Mereka menyambut tamu-tamu yang datang sambil mengobrol singkat. Hingga tiba acara dimulai, Riana duduk bersama kedua putranya dan Dion naik ke atas podium untuk memberikan sambutan.

Renza tersenyum bangga melihat sang ayah dengan sangat berwibawa berbicara di depan banyak orang penting dan juga sukses. Mimpinya, semoga suatu hari nanti dia bisa seperti sang ayah.

Acara inti telah selesai beberapa menit yang lalu dan kini hanya tinggal acara mengobrol dan makan-makannya saja. Momen yang pas untuk para tamu saling berkenalan dan bertukar kartu nama.

Renza masih duduk memperhatikan orang-orang kaya di sekitarnya, sedangkan Juan sudah bangkit akan pergi entah kemana. Namun seorang pria paruh baya dengan setelan jas berwarna merah maroon menghampiri mereka membuat Juan mengurungkan niatnya untuk pergi dan menyambut pria itu dengan senyuman.

“Wah jadi ini putranya Pak Dion? Sudah besar ya kamu sekarang.” Ucap pria-yang Juan sebut sebagai Om Roy-itu sambil menepuk-nepuk lengan Juan. Kemudian pria itu melihat ke arah Renza dan sedikit terkejut akan kehadiran Renza.

“Loh, kamu ini kan pelukis muda yang waktu itu. Ada kerja sama apa dengan Pak Dion?” Tanya Roy membuat Renza berdiri dari duduknya. Juan hanya menyeritkan dahi.

Belum juga Renza menjawab, Dion dan Riana datang menyapa Roy. Mereka akhirnya berbincang dan Juan juga memilih pergi. Renza duduk kembali dan hanya menghabiskan waktu dengan melihat interaksi orang-orang sambil meminum segelas sirup.

Ia sebenarnya ingin berjalan-jalan melihat sekitar, tapi dia tidak ingin mengambil risiko. Renza tidak ingin membuat ayah malu.

Selesai acara Dion meminta Juan untuk mengantar Riana pulang terlebih dahulu, karena Dion sendiri yang akan mengantar Renza kembali ke kosan. Di dalam mobil hanya ada suara AC dan radio sebagai pengisinya.

Dion mematikan radio yang sedang menyiarkan sebuah berita malam. Pria itu menoleh ke arah Renza yang sedang fokus melihat jalanan dari jendela samping.

“Terima kasih karena sudah mau datang ke acara Saya.” Ucap Dion lalu mengalihkan pandangannya ke depan saat Renza menoleh.

“Terima kasih juga, karena Ayah sudah bersedia mengundang Renza ke acara yang sangat penting ini. Renza bersyukur sekali.” Balas Renza memandang sang ayah.

Renza lalu kembali fokus melihat kendaraan yang sering kali menyalip mobil sang ayah. Dion diam-diam melirik Renza, anak itu tersenyum sepanjang perjalanan.

"Semakin dewasa kamu semakin mirip dengannya. Aku seperti melihat dia hidup kembali. Semoga suatu saat nanti kamu bisa menjadi seperti dia." Batin Dion.

Sesampainya di kosan, Dion langsung berpamitan pergi karena ada beberapa rekannya yang harus ia antar ke bandara. Renza lantas masuk ke dalam dan mencari buku diary-nya. Sepanjang menulis bibirnya tidak berhenti tersenyum.

Terima kasih Tuhan, sudah membawa Renza ke acara berharga Ayah malam ini.

Renza bersyukur sekali bisa melihat Ayah berpidato dan satu meja bersama Mama dan Kak Juan.

Ayah tadi terlihat sangat tampan, mirip sekali dengan Kakak.

Mama juga cantik sekali, ah Renza jadi ingin tahu jika Bunda ada di sana pasti Bunda juga akan sangat cantik.

Tadi saat bercermin Renza juga merasa tampan, hehehe..

Renza bersyukur sekali, Tuhan.

Untuk hari ini, Renza tidak membuat keluarga Ayah malu.

Renza bahagia.

___________________
___________________

"Bagaimana bisa aku melupakan seseorang yang sudah meninggalkanku, sedangkan kini ada sosok yang sama sepertimu di hidupku."

- Dion -

Continue Reading

You'll Also Like

2.1K 211 8
seperti apa rasanya bahagia? Follow toktok:@selmijiarma
244K 36.7K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
7.2K 1K 33
Dua kepribadian yang berbeda dengan takdir yang sama, kehilangan. "Karena dalam hidup gue. Cukup gue kehilangan satu kali, yaitu bunda. Gue gaakan sa...
1.4K 202 24
"Didunia ini tidak ada yang namanya abadi, suatu saat kita pasti akan meninggalkan dunia ini, satu persatu ataupun bersama" Untuk Anak-Anakku, hidupl...