Garis Takdir [END]

By naadalh

1.5M 109K 7.8K

[PRIVATE ACAK, FOLLOW SEBELUM MEMBACA] __ BELUM DIREVISI Highest Rank 🥇 #1 in teenfiction (09/04/22) #1 in g... More

Prolog
01|| Awal
02 || Gencar
03 || Rahasia
04 || Perubahan Rissa
05 || Masalah
06 || Kenyataan
07 || Terbongkar
08 || Bunda
09 || Kehidupan Baru
10 || Zean atau Akra
11 || Keysha Berulah
12 || Insiden
13 || Dukungan atau Ancaman
14 || Bertemu
15 || Benci tapi Cinta
16 || Gavin vs Gio
17 || Perihal Rasa
18 || Mengejutkan
19 || Kael Keysha
20 || Gosip
21|| Pelaku
22 || Kabar buruk
23 || Kematian
24 || Asing
25 || Masa Lalu
26 || Sahabat Kecil
27 || Peduli?
28 || Putus
29 || Sekali Lagi
30 || Confidential
31 || Gudang
32 || Suka
33 || Senyuman Berharga
34 || Rasa Sakit
35 || Peringatan
36 || Topeng
37 || Malaikat Baik
38 || Kerja Sama
39 || Kesempatan
40 || Taruhan
41 || Kekecewaan Zean
42 || Aishell A. Razena
43 || Kedekatan Rakael dan Sisil
44 || Tamu pagi hari
45 || Berubah
46 || Pilihan
47 || Ketakutan Keysha
48 || Surat
49 || Celia's Birthday
50 || Insiden tak terduga
51 || Hancur
52 || Hal aneh
53 || Baikan?
54 || Kecelakaan
55 || Penyakit Zean
56 || Hari bahagia
57 || Selamat jalan sang pemenang
58 || Tabrakan
59 || Positif
60 || Tanggung Jawab
61 || Penolakan
62 || Wedding Day
63 || Maaf
64 || Perhatian dan Usaha
65 || Dangerous Night
66 || Mastermind of Trouble
67 || Ketakutan Gavin
68 || Dalang dari masalah
69 || Luka dan Penyembuhnya
70 || Dia, pergi
71 || Amnesia
72 || Mengingat
73 || Penculikan
74 || Anak Kembar
76 || Mau kamu
77 || Let's break up
78 || I fucking love you
79 || Terciduk
80 || Liburan
81 || Pantai
82|| Keinginan Keysha
83 || END

75 || Berpisah?

15.6K 998 66
By naadalh

Happy reading cantik<3


>>•.•<<


"Hello everyone... Apa kabar hari ini?" seru Gidar heboh memasuki kelas 11 Ips 2.

Gidar tidak sendirian, cowok ke bule-bule an itu datang bersama keempat sahabatnya. Banyak pasang mata yang memandang takjub kepada mereka. Selain anggota inti Xabarca, kelima cowok itu memiliki pesona masing-masing yang membuat siapa saja kagum. Terlebih para kaum hawa.

"Mulut lo gatel ya kalo nggak teriak?" sengit Ragil meletakkan tasnya di atas mejanya.

"Menyapa orang itu baik, Gil. Apalagi di pagi hari yang cerah seperti ini," balas Gidar menuju tempat duduknya. Gidar terus berceloteh hingga tak menyadari lantai di dekat bangkunya masih basah.

"Gidar angkat kaki lo dari situ!" teriakan itu menggelegar dalam kelas yang berasal dari seorang gadis.

Silvia Letisya, ketua kelas 11 Ips 2.

"Salah ya?" Gidar mengernyit heran.

"Lantai nya masih basah. Liat tuh jejak sepatu lo, jadi kotor lagi lantainya." ujar Silvia menunjuk-nunjuk jejak sepatu Gidar di lantai.

Gidar melirik lantainya sejenak lalu mendudukkan tubuhnya di atas meja, "Ya tinggal di pel lagi aja bisa kan? Ribet banget lo." ucapannya santai.

"Lo pel sendiri! Lo pikir nggak cape apa?" ketus Silvia.

"Kalo cape ya istirahat, jangan marah-marah. Masih pagi juga." balas Gidar. Silvia berkacak pinggang, gadis itu memberikan pel kepada Gidar.

"Bersihin lagi!"

"Tanggung jawab, Dar." ucap Zelfan.

"Dasar ketua kelas songong, untung cantik lo," dumel Gidar mulai mengepel lantai disekitar tempat duduknya. Membersihkan jejak sepatutnya.

"Makasih, emang gue cantik." balas Silvia mengibaskan rambutnya ke wajah Gidar kemudian berlalu dari hadapan Gidar.

"Lantainya yang di pel, Gidar. Ngapain lo senyum-senyum gitu? Sakit lo?" Ragil terkekeh menangkap basah Gidar yang tengah tersenyum kepada Silvia.

"Diem lo. Bukannya bantuin juga,"

Ragil menyenggol lengan Zelfan, menunjuk Gavin dan Rakael yang sedari tadi hanya diam di bangku mereka. Sejak pagi ketika mereka sampai di sekolah bersama-sama, kedua cowok itu tampak saling diam. Kali ini Gavin yang terlihat seperti sedang menghindari Rakael.

"Gue bingung sama mereka berdua, kaya orang asing sekarang." ujar Ragil kepada Zelfan.

"Kenapa, ya pertemanan kita jadi gini? Padahal dulu Gavin sama Kael dekat banget."

"Nggak selamanya pertemanan itu baik-baik aja. Mau kita sedekat apa dulu, pasti juga akan merenggang pada waktunya." balas Zelfan.

Ragil menghela nafas sembari menyandarkan punggungnya kebelakang. Jujur Ragil tidak ingin teman-temannya saling diam seperti ini. Apalagi saling dendam. Ragil tidak suka itu. Belum lagi perihal Rakael yang bukan lagi anggota Xabarca. Hal itu membuat cowok itu sedih. Tak ada lagi kebersamaan dan kekompakan mereka seperti dulu.

Di tempat duduknya, Gavin menatap keluar jendela sesekali ia melirik ponsel di tangannya. Setelah satu minggu di skorsing, ia sudah di perbolehkan masuk sekolah hari ini. Sebenarnya Gavin sangat berharap jika ia di keluarkan juga dari sekolah, tak masalah baginya. Tapi karena permintaan Safina yang menyuruh Gavin tetap bersekolah, mengingat sebentar lagi mereka akan naik kelas dua belas.

Gavin menyalakan ponselnya lalu mematikannya lagi hal itu terus berulang sedari tadi, laki-laki itu berharap ada pesan yang ia tunggu-tunggu selama ini.

***

Kael:

ke rooftop!

Chika menyimpan ponselnya setelah membaca pesan masuk dari Rakael. Sebenarnya Chika bingung dengan hubungan mereka sekarang ini apa? Di sisi lain, Chika belum sepenuhnya memaafkan kesalahan Rakael waktu dulu. Namun, Chika juga tidak bisa menolak jika cowok itu kembali mendekatinya. Meskipun Rakael sudah menjelaskan semua permasalahan mereka dan meminta maaf atas kesalahannya, Chika merasa belum bisa memulai kembali dengan Rakael.

"Kemana lo?" tanya Alika melihat Chika berdiri.

"Toilet, mau ikut?"

"Nggak ah." balas Alika enggan. Chika hanya mengangguk pelan lalu keluar dari kelas meninggalkan Alika.

Chika menaiki tangga menuju rooftop, keningnya mengerut ketika melihat keadaan rooftop yang tampak sepi. Kemana Rakael? Bukannya cowok itu memintanya untuk kesini?

"Sini cantik," ujar Rakael tak jauh dari belakang Chika.

"Ngapain disini? Nggak ada kelas emang?" tanya Chika berdiri dihadapan Rakael yang sedang berbaring di atas meja yang tersusun.

"Kosong," jawab Rakael masih menutup wajah dengan lengannya.

Chika membalikkan tubuhnya, menyandarkan tubuhnya ke tembok sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya.

"Udah mau kelas 12, jangan main-main terus." ujarnya.

"Hm, gimana keadaan Mama kamu?"

"Maksudnya?" tanya Chika tidak mengerti.

Rakael bangkit, merubah posisinya menjadi duduk. Ia menarik tangan Chika agar duduk di sampingnya.

"Tante Ella masuk rumah sakit kan kemarin?" Rakael menatap Chika.

"Tau dari mana?"

"Bunda nggak sengaja lihat kamu sama tante Ella kemarin di rumah sakit." jelas Rakael.

"Hm, gimana keadaan Keysha? Dia udah baikan?" bukannya menjawab pertanyaan Rakael, Chika malah balik bertanya kepada cowok itu.

"Kalo aku nanya jawab, jangan balik nanya." gumam Rakael tak suka jika Chika mengalihkan pertanyaannya.

"Yang lo tanya tuh, nggak ada gunanya buat lo. Lo cuma pengen tau kan? Selebihnya nggak usah tau terlalu jauh."

"Salah, ya aku nanya gitu? Salah aku nanya apa yang terjadi sama kamu? Aku mau kamu jujur sama aku apapun itu." ucap Rakael.

"Gue nggak mau orang lain tau masalah gue. Lo bukan siapa-siapa gue." tekan Chika.

Rakael menghadapkan tubuh Chika agar menatapnya. Tatapannya menusuk netra teduh Chika. Rakael benci mendengar kalimat terakhir yang di lontarkan gadis itu.

Terlepas atau tidak dari masalah yang ada di antara mereka, Chika adalah milik Rakael. Sampai kapanpun.

"Kamu bilang gitu karena kamu nggak mau kan bergantung sama aku? Chika dengerin aku, meski kamu nggak ngasih tau masalah kamu, aku bisa cari tau sendiri."

"Buat apa, Rakael? Berhenti ikut campur masalah gue." sentak Chika meninggikan suaranya. Ia berniat turun dari meja, namun Rakael langsung menahan tangannya.

Rakael mengalihkan pandangannya ke depan. Rakael ingin mengatakan bahwa ia tahu semua masalah keluarga Chika. Bahkan sebelum Chika tahu Papa nya berselingkuh, Rakael sudah tahu lebih dulu waktu itu. Saat itu Rakael mengantarkan berkas Agam, Papa nya dan tak sengaja melihat Edward bersama wanita lain di sebuah hotel. Bukan hanya sekali.

Namun, jika Rakael mengatakan sekarang kepada Chika yang ada hubungan mereka kembali merenggang lagi. Butuh waktu lama buat Rakael untuk memberanikan dirinya mendekati gadis ini. Chika sudah terlalu rapuh dalam masalah keluarganya yang ia tanggung sendirian sejak SMP.

"Liat aku," Rakael mengusap pipi Chika lembut, "Aku nggak suka denger kamu bilang aku bukan siapa-siapa kamu. Oke, kamu nggak mau bergantung sama aku. Tapi semuanya yang berhubungan sama kamu akan jadi urusanku juga. Termasuk masalah keluarga kamu." ucap Rakael tegas.

"Rakael loー"

"Hustt... Aku nggak suka di bantah, Chia!" ungkap Rakael menatap Chika dalam.

Chika menepis tangan Rakael dari wajahnya kemudian mengalihkan pandangannya kearah lain. Di tatap seperti itu oleh Rakael membuat jantungnya berdebar kencang. Tatapan tajam penuh intimidasi Rakael selalu membuat Chika kalah dari cowok itu.

"Ini, buat kamu," Rakael memberikan sebuah kotak beludru berwarna hitam kehadapan Chika.

"Apa?" tanya Chika melirik Rakael sekilas.

"Hadiah, karena udah kuat selama ini."

"Tapi gue nggak lagi ulang tahun, Kael." Chika mengernyit.

"Setelah ini kamu bakal nerima hadiah dari aku terus," Rakael turun dari meja, ia beralih ke belakang Chika, menyampingkan rambut Chika ke sebelah.

"Kael ini?" Chika menatap tak percaya pada sebuah liontin yang Rakael tunjukan ke depan wajahnya sebelum di pasangkan di lehernya.

"From now on, you are mine, my girl!"

"Rakael tapiー"

"Sayangnya aku nggak nerima penolakan." bisik Rakael serak tepat di telinga Chika setelah memasangkan liontin cantik tersebut.

***

Gavin memarkirkan mobilnya di basement rumah sakit. Laki-laki itu keluar dari mobil dengan wajah datar yang terlihat lelah. Gavin berjalan menuju ruangan Keysha. Sudah hampir seminggu lebih namun sang istri tak kunjung sadarkan diri. Kata dokter kondisinya sudah membaik, hal itu cukup membuat Gavin lega namun entah kenapa Keysha belum juga membuka matanya. Mungkin, perempuan itu sedang menghukum Gavin.

Gavin menghembuskan nafas beratnya sebelum membuka pintu ruangan Keysha. Matanya langsung disuguhkan dengan orang-orang yang ada disana. Bunda Safina, Agam, Oma Kelly, Sisil, Gia dan juga Rakael.

Gia berdehem pelan lalu menghampiri Gavin yang masih berdiri di depan pintu.

"Udah pulang, bang? Gimana sekolahnya?" tanya Gia terdengar basa-basi. Gavin melirik Gia sekilas lalu menarik kursi, duduk di samping tempat tidur Keysha.

"Ganti bajunya dulu, Gia udah bawain baju ganti buat abang." ujar Gia tak tega melihat keadaan Gavin yang seperti ini.

Gia menatap orang-orang yang disana mulai berdiri dari duduk mereka kemudian beranjak keluar dari ruangan Keysha. Meninggalkan Gavin sendirian.

Sepeninggalan mereka, Gavin langsung menyelusupkan wajahnya di kasur yang Keysha tempati. Tangannya menggenggam tangan sang istri yang bebas dari infus.

"Belum mau bangun ya, Key?" Gavin mulai membuka suaranya.

"Kamu seneng ya hukum aku kaya gini? Kamu seneng, tapi aku nggak."

"Udah se benci ini, ya sampe nggak mau lihat aku lagi? Aku janji, Key... Aku janji kalo kamu bangun, aku akan lakuin semua keinginan kamu..., Termasuk keingan kamu yang mau minta cerai dari aku." serak Gavin terendam di tempat tidur Keysha.

"Aku mau kamu bangun, bilang kalo kamu benci sama aku. Abis itu aku pergi, aku janji nggak bakal nyakitin kamu lagi setelah ini."

"Sekarang, kebahagiaan kamu terpenting buat aku. Aku nggak mau egois lagi." lirih Gavin menahan sesak di hatinyaーia menangis.

"Kalo kamu pergi, aku sama siapa?"

"Kamu bebas mau sama siapa, asal orang itu nggak nyakitin kamu kaya aku. Dia harus jaga kamu, sayangin kamu. Kamu berhak bahagia, Key."

"Meskipun sama orang lain? Kamu yakin?"

Gavin mengangguk beberapa kali, "Iya. Meskipun sama or─" sontak Gavin menghentikan kalimatnya. Apa tadi? Tunggu, ada yang membalas ucapannya? Bahkan sekarang kepalanya terasa sedang di elus.

Seketika Gavin mengangkat wajahnya yang berderai air mata, ia menatap Keysha yang juga sedang menatap kearahnya sambil tersenyum lembut.

"Nggak mimpi kan? A─aku nggak lagi mimpi kan?" seru Gavin tak berkedip sedikitpun. Keysha menggeleng kecil, senyumannya belum pudar dari wajah pucat nya.

"Aaaaaaaa dokter.. dokter istri saya bangun, dok." teriak Gavin entah senang atau sedih.

"Gavin jangan teriak-teriak." Keysha terkekeh geli melihat Gavin, air mata suaminya itu malah makin deras.

Di luar dugaan Keysha, Gavin berlutut di samping brankar nya. Kepalanya menunduk dalam dengan tangisan pilunya.

"Maafin aku Keysha. Aku benar-benar minta maaf sama semua kesalahanku selama ini. Maaf, aku selalu nyakitin kamu, buat kamu sedih, buat kamu nangis. Maaf aku nggak bisa jadi suami yang baik buat kamu. Maaf aku nggak bisa jaga kamu, nggak bisa jaga anak kita. Aku minta maaf, Key." lirih Gavin terisak.

"Gavin ngapain kaya gini? Berdiri, Vin." kata Keysha, namun Gavin tak menghiraukannya.

"Kamu udah sadar, itu berarti aku harus nepatin janji aku buat kabulin permintaan cerai kamu." parau Gavin menyayat hati Keysha.

"Aku nggak mau egois lagi, Key. Jika kebahagiaan kamu bukan aku, aku bakal lepasin kamu."

Keysha diam tak bersuara lagi. Matanya memanas, ia menatap langit-langit ruangan, menghalau air matanya yang berdesakan ingin keluar namun nihil. Keysha menangis.

Mati-matian Keysha menahan rasa sesak di dadanya. Di sisi lain, Keysha merasa senang karena Gavin menyesali semua perbuatannya selama ini. Namun jika untuk berpisah, tidak pernah terlintas dalam benaknya. Mungkin kata cerai yang pernah Keysha lontarkan beberapa minggu yang lalu adalah bentuk kemarahan dan kekecewaannya kepada Gavin. Namun, pada kenyataannya Keysha tidak ingin hal itu terjadi.

-to be continued-

Tentuin harapan kalian buat ending Garis Takdir! Sad end - Happy end??👉🏻

See u next part semuanyaaaa<3

Continue Reading

You'll Also Like

ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

1.8M 94.9K 55
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
NARA By ray

Teen Fiction

196K 9.8K 60
Semuanya berawal dari ketidaksengajaan. Pertemuan mereka tak semanis yang kalian bayangkan. Pertemuan mereka juga tak seburuk yang kalian bayangkan. ...
75.6K 8.2K 34
kumpulan cerita para author MewGulf
1.4M 53.9K 33
WHATT?!! PUNYA BAYI SAAT MASIH SEKOLAH?!! Apakah kalian akan membuangnya? Atau merawatnya? Alex dan Kalila, dua orang yang sama-sama terjebak dalam...