TRANSMIGRASI ARAYA [SEGERA TE...

By Chatweetz18

10M 1.2M 68.1K

"Sumpah?! Demi apa?! Gue transmigrasi cuma gara-gara jatuh dari pohon mangga?!" Araya Chalista harus mengalam... More

PROLOG
1. Beda Raga
2. Welcome To Dunia Fiksi
3. Alaskar Galendra
4. Alas Tikar
5. Serangan Centong Sayur
6. Yollanda Amelia
7. Drama Pagi Hari
8. Keputusan Araya
9. Bertemu Tokoh Lain
10. Araya Kissing?
11. Ravloska Is The Kings
12. Araya Diculik?
13. Pertemuan Kedua
14. Levator
15. Permintaan Araya
16. Amarah Macan Betina
17. Queen Ravloska
18. Balapan
19. Terciduk
20. Apakah Ini Benar, Atau Salah?
21. Nomor Palsu
22. Good Girl
23. Sasaran Utama
24. Mengundurkan Diri
25. Balapan, lagi?
26. Kasih Bunda
27. Bekerja Sama?
28. Tetap Dia Pemenangnya
29. Toilet Sekolah
30. Lambe Turah
31. Pengeroyokan
32. Mencari Si Impostor
33. Petunjuk Pertama
34. Darren dan Kiran?
35. Parasit
36. Terbongkar?
37. Fakta Baru?
38. Unfriend
39. Temen Rasa Pacar?
40. Pamit
41. Bersenang-senang
42. Let's Get Started
43. Dia Impostornya
44. Penjelasan
45. Klarifikasi
46. Playing Victim
47. Freak
49. Demi Levator
50. Lelah
51. AYANG!!
52. Cari Kesempatan
53. Nathan Mabuk?
54. Apa Bedanya?
55. Kenapa harus Levator?
56. ARAYA KEMBALI!!
57. Lo Nyalahin Gue?
58. I Just Wanna Be Yours
59. Kencan Pertama
VOTE COVER + GIVEAWAY

48. Minimal Pacaran, lah.

131K 17.1K 670
By Chatweetz18

- H A P P Y R E A D I N G -

***

"Iya, gue sakit. Kenapa? Lo mau ke sini?"

Nathan sedang bertelepon dengan seseorang. Matanya menoleh saat Araya masuk ke dalam kamarnya dengan tangan membawa semangkuk bubur.

"Lo gak perlu ke sini. Kalo lo ke sini, bisa-bisa lo sama si Araya baku hantam," ucap Nathan.

Araya yang mendengar namanya disebut-sebut menatap Nathan dengan tatapan bertanya. Dan sepertinya Nathan langsung memutuskan panggilan tersebut, karena ponselnya ia letakkan di samping tubuhnya.

"Siapa yang telpon? Kok bawa-bawa nama gue?" tanya Araya ingin tau.

"Menurut lo?"

"Jovan? Tapi kenapa gue harus baku hantam kalo dia ke sini?" ujar Araya semakin bingung.

Araya duduk di tepi kasur, dan Nathan langsung membenarkan posisi duduknya.

"Bukan Jovan," jawab Nathan.

"Terus siapa? Pacar lo?"

Nathan memandang Araya yang sibuk mengaduk-aduk buburnya tanpa berkedip.

"Iya, pacar gue."

Tangan Araya yang sedang mengaduk bubur langsung berhenti. Dia menatap laki-laki itu tanpa ekspresi.

"Kenapa natap gue kayak gitu?" tanya Nathan heran.

"Lo punya pacar tapi malah nyuruh gue buat rawat lo, kenapa gak pacar lo aja?"

"Karena lo babu gue," jawab Nathan tanpa beban.

"Babu mata lo! Nih, makan sendiri!" ujar Araya menyimpan bubur tersebut di pangkuan Nathan.

"Suapin Ray, tangan gue lemes gak ada tenaga sama sekali."

Nathan menatap Araya dengan tatapan memelas. Gadis itu hanya memutar bola matanya dengan malas sembari mengambil alih bubur tersebut.

"Buka mulut lo."

Nathan membuka mulutnya lebar-lebar, membuat Araya berdecak kesal. Ia memasukkan satu sendok bubur ke dalam mulut Nathan.

Nathan mengunyah bubur tersebut, namun tiba-tiba raut wajahnya berubah dengan kening yang mengernyit.

"Kok agak lain, ya."

"Agak lain gimana maksud lo?" tanya Araya sambil memasukkan satu sendok bubur lagi.

"Buburnya kayak gosong."

"Mana ada bubur gosong, Nath."

"Coba lo cium baunya," perintah Nathan.

Araya pun menuruti perkataan Nathan, dia mencium bau bubur tersebut. Apa yang dikatakan oleh Nathan benar, buburnya gosong.

Araya mengatupkan bibir dengan tangannya yang terkepal. Dia mengambil napas dalam-dalam lalu ....

"GALANG!!"

Galang datang dengan tangan yang memegang semangkuk mie. Araya melayangkan tatapan tidak bersahabat.

"Gak usah teriak Ray, telinga gue masih berfungsi dengan baik," ucap Galang.

Araya berdiri dengan wajah kesal. Ia menyodorkan mangkuk berisi bubur kepada Galang.

"Lo nyuruh gue suapin si Nathan? Gak, gue gak mau."

"Makan," perintah Araya.

"Gue?" tanya Galang menunjuk dirinya sendiri, yang langsung mendapatkan anggukkan kepala dari Araya. Dia melirik Nathan meminta penjelasan, namun laki-laki itu hanya mengedikkan bahunya.

"Yang sakit si Nathan, kenapa jadi gue yang disuruh makan nih bubur. Lagian gue lagi makan mie," tolak Galang.

Araya memejamkan matanya sebentar, bersamaan dengan menghela napas.

"Gue nyuruh lo buat aduk-aduk buburnya, kenapa bisa gosong?" tanya Araya.

"Gak mungkin gosong, orang gue aduk terus buburnya."

Araya menyipitkan kedua matanya. "Yakin lo aduk terus buburnya?"

Galang mengangguk dengan mulut yang tengah mengunyah mie. Sebenarnya dia kurang yakin. Dia mencoba mengingat kembali apakah dirinya terus mengaduk bubur tersebut.

Galang terbelalak saat mengingat bahwa dia sempat meninggalkan bubur tersebut. Araya terus menatap cowok itu dengan tatapan menyelidik.

"Yakin buburnya lo aduk?" tanya Araya sekali lagi.

"Yakin lah, gue aduk terus buburnya," jawab Galang mencoba tidak terlihat panik.

"Dia bohong Ray, jangan percaya," timpal Nathan.

"Kagak! Seriusan, buburnya gue aduk!"

Galang terus mencoba untuk meyakinkan gadis yang menatapnya curiga. Sampai akhirnya Araya menyerah untuk percaya kepada Galang.

"Yaudah, lah. Mau lo jujur atau enggak, buburnya tetep gosong," ujar Araya.

"Terus nasib gue gimana? Gue belum makan dari pagi," saut Nathan.

Araya menoleh. "Manja! Kenapa gak bikin sendiri?"

"Gue kan lagi sakit, cantik ...."

"Gak usah ingetin gue, gue sadar diri kok kalo gue cantik pake banget," jawab Araya penuh percaya diri.

Nathan dan Galang bersamaan memutar bola matanya dengan malas mendengar ucapan Araya yang kelewat percaya diri. Kalau saja Nathan bukan temannya, dia tidak akan merawat cowok itu.

"Gimana kalo gue suruh si Jovan buat beli bubur? Dia lagi jalan ke sini soalnya," usul Galang.

"Gak perlu, gue udah bawa buburnya," ucap Reno yang tiba-tiba sudah berdiri di samping Galang.

"Astagfirullah! Kaget gue anjir!"

Galang memukul bahu Reno cukup kuat saking kesalnya karena terkejut. Sedangkan laki-laki itu terlihat tidak peduli dan memberikan sebungkus plastik berukuran sedang kepada Araya.

"Kok lo bisa tau si Nathan sakit?" tanya Araya penasaran.

"Gue gak tau dia sakit, dia cuma nyuruh gue buat beli bubur."

Araya menoleh ke arah Nathan. "Gue cuma gak terlalu percaya bubur lo bakalan jadi, dan ternyata kenyataan, kan?" bela Nathan.

"Gara-gara lo juga ya, udah nyuruh gue ambil minum lah, pijitin lah," balas Araya tidak mau kalah.

"Lo kan harus merawat gue."

"Kenapa gak pacar lo aja yang disuruh ini itu sama lo?"

"Kenapa? Lo cemburu gue punya pacar?"

"Gue? Cemburu sama lo? Gak usah mimpi!"

Mereka berdua terus saja berdebat, tidak menghiraukan keberadaan dua manusia yang memandang mereka dengan jengah.

"Jujur aja Ray, lo gak terima gue punya pacar," ujar Nathan.

"Mau lo punya pacar kek, selingkuhan kek, ataupun istri sekaligus, gue gak peduli Nath."

"Yakin gak peduli? Kehilangan gue nanti nangis," goda Nathan.

Araya terkekeh. "Yang ada itu lo yang bakalan nangis karena kehilangan gue."

Tanpa Araya sadari, perkataannya barusan mampu membuat Nathan langsung terdiam.

"Cewek secantik gue itu langka, Nath. Yakan Ren, Lang?" tanya Araya kepada dua manusia yang hanya menyimak.

"Semerdeka lo aja Ray," jawab Galang.

Araya yang akhirnya sadar kalau Nathan tidak menggubris perkataannya, mengalihkan pandangannya kepada cowok itu. Kedua alisnya saling bertautan. Dia heran kenapa tiba-tiba Nathan terdiam.

"Gue laper Ray," celetuk Nathan.

"Gue pindahin dulu buburnya ke mangkuk. Buat bubur yang gosong, lo makan aja Lang."

"Gak mau gue, yakali makan bubur gosong," tolak Galang.

Araya mengangkat bahunya. "Salah siapa lo buat buburnya jadi gosong," ucap Araya sembari berlalu keluar kamar.

Setelah memindahkan buburnya ke mangkuk, Araya kembali ke kamar Nathan. Sedangkan Galang dan Reno terlihat sibuk bermain game di ponsel mereka. Dan juga Jovan, laki-laki itu sudah sampai dengan setelan jas yang masih melekat di tubuhnya.

"Lo gak balik dulu, Van?" tanya Galang.

"Kagak. Setelah penutupan acara gue langsung cabut, di sana bikin gue males," jawab Jovan sambil membuka jas dari tubuhnya.

"Acara apaan emang?" tanya Nathan.

"Biasalah, urusan perduitan."

Araya terus menyuapi Nathan, walaupun sebenarnya dia sangat enggan melakukan hal ini. Namun mau bagaimana lagi? Menyuruh mereka bertiga sama saja dia berbicara dengan sebuah manekin.

"Selesai lo makan gue mau balik."

Nathan menelan makanannya. "Tidur di sini aja, udah malem."

"Dih, lo pikir gue cewek apaan tidur di apartemen cowok?"

Nathan memutar bola matanya dengan malas. Selalu saja gadis itu salah kaprah.

"Bukan gitu Ray. Ini udah malem, kalo lo kenapa-kenapa gue gak mau tanggung jawab."

"Bilang aja sih, kalo lo khawatir sama gue," jelas Araya.

"Frontal sekali anda," saut Jovan dengan mata yang kini fokus ke ponsel.

"Yang penting bener, kan? Maksud ucapan lo itu khawatir sama gue, yakan?" tanya Araya dengan alis yang sengaja di naik turunkan.

"Terserah lo," saut Nathan yang sudah lelah menghadapi sikap Araya.

Jovan melihat ke arah sahabat satunya ini. Dia tersenyum tipis saat melihat ekspresi di wajah Nathan.

"Minimal pacaran, lah," celetuk Jovan membuat atensi mereka semua kini mengarah ke dirinya.

"Pacaran?" ulang Araya.

"Gak usah dengerin si Jovan," ujar Nathan seraya mendelik ke arah Jovan. Araya hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

"Tapi kayaknya lo emang harus dengerin ucapan si Jovan, Ray," tambah Galang.

"Siapa yang minimal pacaran? Gue sama si Nathan?" tanya Araya blak-blakan.

Nathan menggelengkan kepala saat Araya berbicara dengan sangat blak-blakan. Seperti tidak mempunyai rasa jaim sedikitpun.

Jovan menjentikkan jarinya. "Tuh lo peka!"

"Lo berdua pacaran aja lah, biar kagak ribut mulu."

Nathan menoleh ke arah Galang dengan tajam. Namun sepertinya Galang sama sekali tidak merasa takut dengan lirikan tajam dari laki-laki tersebut.

Araya tertawa, membuat mereka berempat menatapnya curiga.

"Gue sama si Nathan pacaran?" tanya Araya sambil tertawa. "Sampai kecebong berubah jadi ikan pun gak akan terjadi."

"Why not?" tanya Jovan.

"Karena dia lebih demen sama kebo daripada sama gue," jawab Araya sembari tertawa.

Jovan dan Galang yang tidak mengerti maksud ucapan Araya hanya bisa melongo. Sedangkan Nathan sudah mengumpat gadis itu.

"Sialan."

Araya terus tertawa, tidak memperdulikan Nathan yang tampak kesal. Berbanding terbalik dengan mereka semua. Reno terlihat mengalihkan pandangannya ke arah lain sembari tersenyum sinis.

______________
batas suci


Continue Reading

You'll Also Like

44K 2.6K 15
Karina Ravenna-Gadis berumur 16 tahun yang kurang kasih sayang dari orang tuanya ini sering keluar masuk terus ke BK karena perlakuannya itu yang bru...
119K 5.3K 40
"17 tahun tanpa mama, saya sudah bahagia." Areeyata. "Kak Areeyata ya?? Aku mau nanti tutor bimbingannya Kak Areey." Shalum. "Ini buku lo kan? Tenan...
979K 83K 40
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ___...
3.6M 239K 76
Selama 28 tahun hidup, Rene sama sekali tidak memiliki pikiran untuk menikah apalagi sampai memiliki anak. Dia terlalu larut dengan kehidupannya yang...