TRANSMIGRASI ARAYA [SEGERA TE...

By Chatweetz18

10M 1.2M 68K

"Sumpah?! Demi apa?! Gue transmigrasi cuma gara-gara jatuh dari pohon mangga?!" Araya Chalista harus mengalam... More

PROLOG
1. Beda Raga
2. Welcome To Dunia Fiksi
3. Alaskar Galendra
4. Alas Tikar
5. Serangan Centong Sayur
6. Yollanda Amelia
7. Drama Pagi Hari
8. Keputusan Araya
9. Bertemu Tokoh Lain
10. Araya Kissing?
11. Ravloska Is The Kings
12. Araya Diculik?
13. Pertemuan Kedua
14. Levator
15. Permintaan Araya
16. Amarah Macan Betina
17. Queen Ravloska
18. Balapan
19. Terciduk
20. Apakah Ini Benar, Atau Salah?
21. Nomor Palsu
22. Good Girl
23. Sasaran Utama
24. Mengundurkan Diri
25. Balapan, lagi?
26. Kasih Bunda
27. Bekerja Sama?
28. Tetap Dia Pemenangnya
29. Toilet Sekolah
30. Lambe Turah
31. Pengeroyokan
32. Mencari Si Impostor
33. Petunjuk Pertama
34. Darren dan Kiran?
35. Parasit
36. Terbongkar?
37. Fakta Baru?
38. Unfriend
39. Temen Rasa Pacar?
40. Pamit
41. Bersenang-senang
42. Let's Get Started
43. Dia Impostornya
44. Penjelasan
45. Klarifikasi
46. Playing Victim
48. Minimal Pacaran, lah.
49. Demi Levator
50. Lelah
51. AYANG!!
52. Cari Kesempatan
53. Nathan Mabuk?
54. Apa Bedanya?
55. Kenapa harus Levator?
56. ARAYA KEMBALI!!
57. Lo Nyalahin Gue?
58. I Just Wanna Be Yours
59. Kencan Pertama
VOTE COVER + GIVEAWAY

47. Freak

137K 17.9K 961
By Chatweetz18

- H A P P Y R E A D I N G -

***

Seorang gadis dengan pakaian super ketat di atas lutut terlihat seperti menunggu seseorang. Dia duduk di depan meja bar seraya memesan satu minuman lagi.

Kedua matanya terus mengedar ke sekeliling, melihat sebagian orang yang berjoget. Tidak sedikit pria berhidung belang mendekatinya, namun dia mengusirnya dengan kasar.

"Reno setan! Kemana sih dia?"

Dia mengotak-atik ponselnya, mencoba menghubungi laki-laki itu.

"Gak perlu nelpon gue, gue di sini."

Reno tiba-tiba datang, dan mengambil tempat duduk di sampingnya. Ia menatap laki-laki itu kesal. Reno terlihat memberi isyarat memesan satu minuman beralkohol.

"Lambat lo kek siput!" gerutu gadis itu.

Reno mengabaikannya. Laki-laki itu malah sibuk meminum minumannya.

"Ada apa?" tanya Reno.

"Semuanya berantakan."

Dahi Reno terlihat mengernyit. "Maksud lo?"

Gadis berambut pendek tersebut menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga, sambil menghela napasnya.

"Araya. Dia tau siapa gue, dan ngebongkar semuanya di depan Ravloska."

Yolla mengepalkan kedua tangannya dengan wajah menahan emosi.

"Gara-gara dia, gue dapet surat panggilan orang tua. Dan gue gak yakin bakalan bertahan di sekolah itu nantinya," lanjut Yolla.

Reno memukul meja bar cukup keras. Ekspresi wajahnya benar-benar menakutkan.

"Kenapa lo bisa ceroboh? Kenapa si Araya bisa tau semuanya tanpa lo sadari?" tanya Reno.

"Gue gak tau, Ren! Selama ini dia cuma diem, bahkan bertingkah seolah gak tau apa-apa."

"Lo terlalu menganggap remeh si Araya. Apa saja yang dia tau tentang lo?" tanya Reno lagi.

"Dia tau bahwa gue dalang dibalik penculikan si Kiran. Dia tau selama ini gue cuma manfaatin si Kiran dan ngatur cewek itu. Bahkan dia punya semua bukti berupa video yang gue gak tau kenapa dia bisa mendapatkan video itu, padahal gue udah pastiin gak ada siapapun saat gue ngomong sama si Kiran."

Yolla menunjukkan video yang kini masih trending topik di akun lambe turah. Video yang didapatkan Arthur, dan diunggah oleh Elita.

Reno mengatupkan rahangnya saat melihat video tersebut.

"Apalagi yang dia tau?" tanya Reno mencoba sabar.

Yolla sedikit ragu untuk mengatakan hal ini. Namun tidak ada pilihan lain, Reno harus mengetahuinya.

"Dia tau gue pacar lo."

Reno seketika terdiam membatu, sedangkan Yolla merasa was-was.

"Sialan!" umpat Reno seraya minum.

"Gue gak tau dia mengetahui hal ini dari mana, karena si Kiran aja gak tau kalo gue pacaran sama lo."

Reno menatap Yolla dengan tatapan datar. Lalu tersenyum tipis.

"Lo yakin si Araya cuma sendirian?"

"Maksud lo?" tanya Yolla tidak mengerti.

"Cewek bodoh! Pantes kecolongan."

Yolla menggeram kesal saat mendengar sindiran Reno untuk dirinya. Akan tetapi dia mencoba untuk bersabar.

"Ada orang yang membantu dia buat selidiki semuanya," ucap Reno.

Kedua alis Yolla saling bertautan. "Bekerja sama?"

Reno mengangguk. "Dia gak mungkin mendapatkan semua tentang lo dengan cepat. Pastinya dia bekerja sama dengan orang lain tanpa lo sadari."

"Maksud lo ... si Kiran?"

Reno mengedikkan bahunya dengan acuh. "Lo cari tau sendiri."

"Cari tau sendiri lo bilang?! Selama ini gue yang bergerak. Sedangkan lo? Gak ada kemajuan sama sekali!" papar gadis itu emosi.

"Gue gak ceroboh kayak lo."

"Ceroboh?! Gue lakuin semuanya dengan sangat hati-hati, asal lo tau! Oh ... atau jangan-jangan lo belum bisa lupain si Araya dan bekerja sama dengan gadis sialan itu?"

Reno menatap Yolla dengan tajam. "Tutup mulut lo. Gue gak akan ngelakuin hal bodoh kayak lo yang pacaran sama si Zayn."

Yolla terkekeh di tengah-tengah dentuman suara DJ yang sangat keras.

"Terserah lo, Ren. Gue cape!" ujar Yolla seraya mengambil tas kecilnya dan berlalu pergi meninggalkan Reno.

Reno tersenyum tipis melihat kepergian gadis itu. Dia menggelengkan kepalanya seraya meminum minumannya hingga habis.

***

"YUHUU ... TEMAN LO YANG PALING BAIK SEJAGAT RAYA DATANG!"

Galang menutup pintu apartemen milik Nathan. Dia melihat ke arah rak sepatu, di sana terpajang sepatu pemilik apartemen ini.

"Nath?" panggil Galang seraya berkeliling apartemen.

Dia melihat ke dapur namun tidak ada siapa-siapa. Dia berkeliling ruangan, mencari keberadaan dimana pemilik apartemen ini.

"Apa dia di kamar?" ujar Galang bermonolog.

Galang mencoba mengetuk pintu kamar milik Nathan.

"Nath, lo di dalem?" tanya Galang seraya menempelkan telinganya ke pintu.

Namun tidak ada jawaban sama sekali. Ia mencoba membuka pintu kamarnya namun terkunci.

"Nath, ini gue Galang."

Prang!

Galang berjengit kaget saat mendengar suara pecahan dari dalam kamar Nathan.

"Lo gak papa, Nath?!" tanya Galang yang mulai panik.

Galang yang panik hanya bisa celingukan. Mencoba mencari cara agar bisa membuka pintu tersebut.

"Bodoamat lah, gue dobrak juga pintunya."

Galang langsung mendobrak pintu kamar Nathan. Dia terkejut saat melihat keadaan Nathan yang mengenaskan.

"Lo kenapa, Nath?" tanya Galang.

Galang menyentuh kening laki-laki itu yang terasa sangat panas sekali.

"Lo sakit bego! Malah ngurung diri," gerutu Galang.

Nathan menarik selimut untuk mengurangi rasa dingin di badannya. Sedangkan Galang terlihat kelabakan.

"Ini gue harus ngapain? Bawa lo ke rumah sakit atau gimana?"

Nathan menggeleng pelan. "Terus gue harus ngapain Nathaniel Magenta? Gue mana pernah ngurusin orang sakit," ucap Galang frustasi.

"Bersihin pecahan," ujar Nathan pelan dengan suara parau.

"Kampret! Lo sakit bisa-bisanya malah nyuruh gue buat bersihin pecahan gelas," gerutu Galang.

Satu nama terlintas di kepala Galang. Dengan cepat dia segera mencari kontak seseorang dan langsung menelponnya.

"Ke apartemen si Nathan sekarang. Cepetan, darurat!"

Galang menutup telponnya dengan sepihak. Dia harap orang yang dia hubungi segera datang.

Setengah jam kemudian, pintu apartemen Nathan terbuka. Galang cepat-cepat menghampirinya.

"Kenapa sih, Lang? Darurat banget kayaknya," tanya Araya dengan santai.

Tanpa menjawab pertanyaan Araya, dia langsung menarik tangan gadis itu menuju kamar Nathan. Araya memandang ke arah Nathan yang terbaring di kasur dengan mata terpejam.

"Lo nyuruh gue ke sini buat liat orang molor?" tanya Araya.

"Si Nathan sakit, badannya panas banget kek planet Venus."

"Terus?"

"Lo urus dia sana! Gue gak tau gimana ngurusin orang sakit," perintah Galang.

Araya terbelalak, dia menunjuk dirinya sendiri. "Gue? Heh, gue mana pernah ngurus orang sakit."

"Yakali lo gak pernah ngurusin orang sakit. Lo kan cewek."

"Bawa ke rumah sakit aja biar gampang," ujar Araya.

"Gue gak mau ke rumah sakit," saut Nathan pelan.

Araya berdecak. "Lo sakit tapi kagak usah nyusahin lah, Nath."

Nathan melirik ke arah gadis itu, dan mendelikkan tatapan tajamnya.

"Buset! Sakit tapi masih bisa natap gue tajam ya, Bang," ucap Araya.

Nathan tidak menghiraukan ucapan gadis itu. Ia lebih memilih memejamkan matanya kembali.

Araya berdiri di samping laki-laki itu, lalu duduk di tepi kasur. Tangannya terulur menyentuh keningnya yang terasa sangat panas.

"Lang, bisa ambilin gue air dingin sama handuk kecil?" pinta Araya.

"Tunggu bentar," ujar Galang seraya pergi keluar kamar.

Araya mencoba membuka laci, dia melihat alat pengukur panas. Araya menyimpan termometer tersebut di ketiak Nathan.

"Sorry, gue mau ukur berapa tinggi panas lo," ucap Araya saat Nathan membuka matanya.

Galang datang dengan sebuah baskom kecil berisi air dingin dan juga handuk kecil di tangannya.

"Ini, Ray."

Galang menyerahkan semuanya kepada Araya. Gadis itu membasahi handuknya dan diperas, lalu di simpan tepat di kening Nathan. Setelah handuknya tidak dingin lagi, dia membalikkan handuknya.

"Tumben sakit, malam kemarin aja lo masih sehat," ujar Araya membuka suara.

"Sakit gak ada yang tau Ray," jawab Nathan.

"Kan ada tanda-tandanya."

"Tadi pagi si Nathan nyuruh gue sama yang lain buat berangkat duluan. Gue pikir dia mau nganterin lo ke sekolah, ternyata dia malah gak masuk," ucap Galang.

"Karena yang lain pada sibuk, gue mutusin buat dateng ke sini karena seharian gak ketemu. Eh, ternyata nih anak sakit," lanjut Galang lagi.

Araya hanya manggut-manggut tanda mengerti. Dia mencelupkan handuk tersebut, dan memasangnya lagi di kening Nathan.

"Lo gak perlu kompres gue pake begituan, Ray. Di laci bawah ada plester penurun panas."

"Kampret! Kenapa gak bilang dari tadi?" tanya Araya sedikit kesal.

"Lo gak nanya."

Araya lebih memilih mengalah saja. Percuma walaupun laki-laki itu tengah sakit, tetap saja tidak mau mengalah. Tangannya dengan telaten memasang plester tersebut di kening Nathan.

Dia mengambil alat pengukur panas yang berada di ketiak Nathan.

"Panas lo cukup tinggi, Nath. Lo udah makan? Minum obat?" tanya Araya, yang dibalas dengan gelengan kepala.

"Bener-bener nyusahin lo jadi orang," ucap Araya sembari bangkit dan keluar dari kamar.

"Mau ngapain dia?" tanya Nathan kepada Galang. Galang hanya menjawabnya dengan mengedikkan bahu.

"Biar gue samperin dia," ucap Galang menyusul Araya.

Ternyata gadis itu tengah sibuk dengan peralatan dapur. Galang mendekat, mencoba melihat apa yang sedang Araya buat.

"Lo buat apaan?"

Araya menoleh. "Gue lagi bikin bubur buat tuh cowok kampret."

"Beli kan bisa, Ray."

"Hemat duit lah, Lang. Selagi bisa bikin sendiri, kenapa harus beli?"

Galang mengangguk. "Iya juga, sih."

Araya kembali fokus mengaduk-aduk buburnya yang belum jadi.

"Lo suka sama si Nathan?"

Pertanyaan Galang spontan membuat Araya menoleh.

"Pertanyaan macam apa itu?" tanya Araya sembari tertawa.

"Gue serius, Ray. Lo suka sama si Nathan?"

"Kagak, lah. Yakali gue suka sama cowok ngeselin kek dia," jawab Araya yakin.

Namun Galang tetap tidak percaya dengan jawaban Araya. "Yakin gak suka?"

"Apa wajah gue kurang meyakinkan?" tanya Araya melirik ke Galang.

"Kalo lo gak suka sama dia, kenapa lo mau ngelakuin ini semua?"

Araya terdiam sejenak. "Karena lo nyuruh gue buat dateng ke sini. Dan gue masih punya rasa berperikemanusiaan."

Baru saja Galang akan menyaut, teriakan Nathan tiba-tiba terdengar memanggil nama Araya.

"Araya!" panggil Nathan.

"Apaan lagi nih anak. Iya, bentar!" saut Araya.

"Gue titip ini, jangan lupa lo aduk terus," pesan Araya sebelum berlalu pergi menghampiri Nathan.

Dengan sedikit kesal tapi harus bersabar, Araya menghampiri Nathan. Laki-laki itu sudah mengubah posisinya menjadi bersandar.

"Ada apaan?" tanya Araya ketus.

"Gue haus," ucap Nathan sambil mencebikkan bibirnya.

"Bibir lo gak usah kek gitu, eneg gue liatnya."

Araya mengomel sambil keluar dari kamar dan kembali dengan segelas air putih di tangannya.

"Nih, minum."

"Gak lo kasih apa-apa, kan?" tanya Nathan sembari meneliti air tersebut.

"Kagak, cuma gue kasih racun tikus."

"Sialan!"

"Katanya sakit tapi bisa mengumpat," sindir Araya.

"Gue cuma demam, bukan gak bisa ngomong."

"Terserah, lo. Gue mau balik ke dapur."

Nathan menahan tangan Araya, membuat gadis itu menoleh ke arahnya.

"Apa lagi?" tanya Araya.

"Pijitin kaki gue, rasanya lemes banget."

"Dih, ogah! Lo kata gue tukang pijit?!"

"Sekali ini aja, Ray."

Araya mengalah lagi. Dia duduk di tepi kasur seraya memijit kaki laki-laki itu. Wajahnya tertekuk.

"Sambil senyum Ray, wajah lo jelek soalnya."

Araya beralih memandang Nathan dengan datar, lalu mengubah ekspresi wajahnya dengan senyuman pepsodent.

"Manja banget sih, lo!" tutur Araya dengan tangan yang masih memijit.

"Gue kan lagi sakit," jawab Nathan.

Araya memutar bola matanya dengan sangat malas. Dia harus meninggalkan Galang sendirian di dapur.

"Gue lagi masak bubur buat lo, Nath."

"Gak papa, biar si Galang aja."

"Kampret, lo!"

Araya terus-terusan mengomel. Sedangkan Nathan hanya tersenyum tipis melihat gadis itu. Tatapan matanya sama sekali tidak teralihkan dari Araya.

"Lo kenapa liatin gue terus? Terpana akan kecantikan gue?"

Nathan menggeleng sembari tersenyum tipis.

"Lo cocok jadi masa depan gue, Ray."

Seketika tangan Araya terhenti, pandangan mereka berdua saling bertemu satu sama lain.

Buk!

"Argh! Gue lagi sakit, Ray."

Nathan mengaduh saat Araya menimpuk wajahnya menggunakan bantal. Namun gadis itu sama sekali tidak peduli.

"Kenapa sih, lo?" tanya Nathan.

Araya melayangkan tatapan permusuhan ke laki-laki itu.

"Jangan bikin gue makin repot, Nath. Lo udah nyusahin gue."

"Lo kan babu gue," timpal Nathan dengan entengnya.

"Babu mata lo! Gue pukul juga lo lama-lama."

"Nanti gue makin parah sakitnya, Ray."

"Bodoamat! Gak bakalan peduli gue."

Nathan yang sudah sangat gemas, ingin mendaratkan jitakannya di kepala gadis itu. Namun dengan gerakan cepat Araya menghindarinya seraya meledek dengan menjulurkan lidahnya.

"Dasar pasangan prik," celetuk Galang yang berdiri di ambang pintu dengan tangan memegang sodet.

______________
batas suci

Hai, apa kabar?

Kalian sehat, kan?

Terima kasih buat yang udah baca dan vote😽💖

Virtual hug💖

Continue Reading

You'll Also Like

965K 81.7K 39
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ___...
44K 2.6K 15
Karina Ravenna-Gadis berumur 16 tahun yang kurang kasih sayang dari orang tuanya ini sering keluar masuk terus ke BK karena perlakuannya itu yang bru...
5.9K 296 24
END~ Nathalia Dirgantara. Sebuah nama sosok gadis cantik bersifat dingin nan cuek. Ia punya segalanya. Uang, keluarga, sahabat, peringkat satu di kel...
1.8M 138K 102
Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak dan bela diri. Thalia mengalami kecelakaa...